Mongabay.co.id

Remis dan Keseriusan Masyarakat Sukorejo Merawat Sungai Megang

 

 

Selama sepekan, 15-21 Desember 2020, Mongabay Indonesia melakukan perjalanan ke tiga kabupaten di Sumatera Selatan yaitu Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara, untuk melihat langsung lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Tidak hanya persoalan sosial, liputan ini juga mengangkat bagaimana perkembangan program perhutanan sosial, perkebunan rempah tersisa, hingga kondisi lanskap Ulu Rawas yang berbatasan dengan TNKS. Laporan diturunkan dalam lima tulisan. [Redaksi]

**

 

Remis [Pilsbryoconcha exilis] adalah sejenis kerang yang hidup di sungai dan danau. Remis yang di Jawa disebut kijing, saat ini menjadi sumber pangan dan ekonomi masyarakat di Desa Sukorejo, Kecamatan Suku Tengah Lakitan Ulu [STL] Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Bagaimana mereka melestarikan remis di Sungai Megang?

Sekitar 30 keluarga di Desa Sukorejo yang berada di kaki Bukit Gatan hidupnya memang bergantung dari remis. Setiap hari mereka mencari remis yang dijual kepada para pedagang, yang kemudian dibawa ke Lubuklinggau dan Palembang.

Kawasan lanskap Bukit Cogong [Bukit Cogong, Bukit Gatan dan Bukit Botak] dikenal sebagai sentra remis yang didapat dari Sungai Megang.

“Kami mencari remis mulai jam 7 atau 8 pagi WIB, hujan maupun tidak. Kami berkelompok mencarinya, meskipun hasilnya sendiri-sendiri,” kata Bakri [33], seorang pencari remis kepada Mongabay Indonesia di Sungai Megang di Dusun Suka Cinta, 16 Desember 2020 lalu.

Baca: Dulu Makmur, Perubahan Bentang Alam Membuat Warga Desa Ini Menjadi Miskin

 

Edi Sarman dan Bakri, warga Desa Sukorejo, STL Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumsel, tengah mencari remis di Sungai Megang. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Sungai Megang bermuara ke Sungai Lakitan, salah satu anak Sungai Musi. Warga yang menetap di sepanjang Sungai Megang adalah Suku Lakitan. Disebut Suku Tengah Lakitan. Ada 10 mata air di Bukit Gatan yang airnya mengalir ke Sungai Megang.

Masyarakat dari Suku Lakitan sudah membaur dengan pendatang dari Jawa, dan berbagai wilayah di Sumatera Selatan. Hampir setiap warga mampu berkomunikasi dengan berbagai bahasa, mulai bahasa Lakitan, Jawa, atau Melayu.

“Mencari remis dari pagi hingga pukul 11 siang,” katanya.

Setiap hari Bakri mendapatkan sekitar 30 kilogram. “Jika musim kemarau, remis didapatkan hingga 90 kilogram.”

Mencari remis hanya dihentikan jika hari libur, seperti perayaan hari besar agama, dan air sungai naik. “Bukan remisnya hilang, tapi sulit mengambilnya ke dasar sungai jika air tinggi,” ujar Bakri.

 

Bakri bukan hanya mencari, tapi juga menampung remis. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Remis ini dijual ke penampung dengan harga Rp3 ribu per kilogram. Para penampung kemudian merebus dan mengeluarkan daging remis dari kulitnya, yang kemudian dijual sekitar Rp15 ribu per kilogram.

Bakri bersama istrinya Tuti Hartati [30], juga menampung remis dari warga. Setiap hari mereka menjual yang sudah direbus sekitar 50-100 kilogram.

“Setelah dipotong biaya produksi seperti kayu bakar dan upah pekerja, pendapatan bersih kami sekitar Rp100-150 ribu per hari,” kata Tuti yang sibuk merebus dan mengeluarkan daging remis di halaman rumahnya.

 

Menjaga Sungai Megang dari pencemaran dan menjaga mata air merupakan upaya melestarikan remis sebagai sumber pendapatan berkelanjutan. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Memilih yang besar

Para pencari remis di Desa Sukorejo yang merupakan pendatang dari berbagai wilayah di Sumatera Selatan dan Jawa, sejak tahun 1960-an awal, sangat menyadari pentingnya menjaga kelestarian remis.

“Agar remis terus tersedia kami hanya mengambil yang ukuran besar. Sebesar jempol tangan. Yang ukuran kecil kami biarkan di sungai,” kata Edi Sarman [37], pencari remis yang satu kelompok dengan Bakri kepada Mongabay Indonesia.

“Caranya kami menggunakan sanggi yang lubang jaringnya besar [1 x 1 sentimeter], sehingga yang tertinggal remis ukuran besar. Yang kecil terjatuh ke sungai,” jelasnya.

 

Sekitar 30 kilogram yang didapatkan para pencari remis setiap harinya di Sungai Megang. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Selain itu, katanya, karena makanan remis banyak diambilnya dari air, “Kami pun menjaga kualitas air sungai. Jika ada sampah plastik kami pasti mengambil dan membuangnya. Warga pun sadar akan hal ini sehingga mereka tidak pernah membuang sampah, apalagi sampah plastik ke sungai,” kata Edi.

 

Remis yang diambil dari Sungai Megang. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

“Kami juga menjaga mata air Sungai Megang, caranya tetap menjadikan Bukit Gatan tetap hijau. Tetap dipenuhi pohon. Tidak boleh digunduli. Kami juga membuat kebun yang dapat menahan erosi dan menjaga air, seperti durian, petai, karet, dan kopi,” kata anggota LPHD [Lembaga Pengelolaan Hutan Desa] Sukorejo.

Hak pengelolaan Hutan Desa diberikan kepada LPHD Sukorejo pada 2 Oktober 2018 melalui SK.6496/MNLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/10/2018. Hutan Desa seluas 403 hektar di Bukit Cagan yang dikelola sebanyak 34 kepala keluarga.

 

Tuti Hartati mengangkat remis yang sudah direbus. Setiap hari dia merebus 50-100 kilogram remis, yang kemudian diambil dagingnya. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Ancaman

Ketika Mongabay Indonesia makan dengan lauk pindang remis di sebuah rumah makan di tengah persawahan antara Desa Wonokerto dan Wukirsari, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, ukuran remis yang dimasak umumnya berukuran kecil. Sebesar kuku jari manis tangan.

“Kami akui jika memang ada warga yang mengambil remis dengan segala ukuran. Tapi maaf, bukan warga di sini. Umumnya warga dari luar desa. Di Sungai Megang tidak ada pembatasan siapa saja yang boleh dan tidak mengambil remis,” kata Edi.

“Kami berharap persoalan ini dapat diatasi, sebab jika remis diambil dengan ukuran apa pun, kami takut habis. Mata pencarian kami pun hilang,” ujar Edi.

 

Tuti Hartati mengambil daging remis yang sudah direbus. Remis dibeli Rp3 ribu kilogram dari tangan pencari, kemudian dijual Rp15 ribu per kilogram setelah diambil dagingnya. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Sulwasi, Kepala Desa Sukorejo, kepada Mongabay Indonesia mengatakan, pihaknya sangat prihatin dengan kejadian itu. Pihaknya berencana menyusun perdes [peraturan desa] terkait pelestarian Sungai Megang.

“Semoga perdes ini mampu melestarikan Sungai Megang, terutama remis yang menjadi sumber ekonomi warga kami. Aturan itu nantinya menyebutkan larangan membuang sampah ke sungai, merusak sungai, menebang pohon di tepian sungai, serta ketentuan mengambil remis,” katanya.

 

Remis yang sudah direbus, siap dijual. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan pantauan Mongabay Indonesia, terlihat ada satu aktivitas penambangan pasir di Sungai Megang. Kegiatan ini dikhawatirkan akan memengaruhi kualitas air sungai.

Ujang Saharudin, Ketua LPHD Sukjorejo, mengatakan salah satu tujuan pengelolaan Hutan Desa Sukorejo yakni menjaga Sungai Megang. Sebab sungai ini selain sebagai sumber pendapatan masyarakat dari remis, juga sumber air bagi persawahan, pertanian, serta perikanan tambak masyarakat.

“Kami sangat senang dan mendukung upaya pemerintah desa yang berencana membuat perdes tentang Sungai Megang,” katanya.

 

Mata air Napal Pitu, salah satu mata air di Bukit Gatan, selain sumber air [PAM] warga juga sumber air Sungai Megang. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Makanan sehat

Hampir setiap hari warga Desa Sukorejo mengkonsumsi remis. Remis dimasak pindang, disambal, atau ditumis bercampur sayuran.

Bagi warga Desa Sukorejo, makan remis dipercaya dapat mencegah mereka dari penyakit liver [hepatitis]. “Selain penyakit kuning [liver] juga membuat tubuh segar,” kata Asnaini, pengurus LPHD Sukorejo, yang juga menyatakan harus ada penelitian lebih lanjut mengenai khasiat remis.

“Bumbu yang digunakan memasak remis pasti menggunakan kunyit dan serai, yang katanya juga sangat baik bagi kesehatan,” ujarnya.

Dikutip dari manfaat.co.id, disebutkan remis mengandung selenium yang tinggi. Selenium adalah zat atau senyawa yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, meskipun tubuh tidak banyak membutuhkan selenium. Selain itu, remis bermanfaat memberikan manfaat berupa energi pada tubuh dan juga memiliki kandungan protein.

 

 

Exit mobile version