Mongabay.co.id

Waspada Awan Panas dan Lahar Semeru

Guguran awan panas terpantau dari permukiman di kaki Gunung Semeru. Foto : Facebook Tariqul Haq).

 

 

 

 

Gunung Semeru, muntah. Hujan abu mengguyur Kaki Semeru dampak aktivitas vulkanik kawah Jonggring Saloka sejak Sabtu (16/1/21). Hujan abu terjadi semalaman hingga menggangu aktivitas masyarakat sekitar gunung yang disebut atap Pulau Jawa ini.

“Hujan abu deras, mulai maghrib kemarin,” kata Edi Santoso, warga Desa Burno, Kecamatan Senduro, Lumajang, Minggu (17/1/21) kepada Mongabay lewat saluran telepon.

Edi cerita, kalau hujan abu kerap terjadi saat aktivitas Semeru. Hujan abu menutupi atap rumah dengan ketebalan sekitar satu centimeter. Air hujan berwarna kuning kecoklatan.

“Hujan abu deras sekali. Alhamdulillah, sekarang hujan, bercampur abu,” katanya.

Hujan abu menyebabkan aktivitas warga bertani terganggu, terutama petani yang tengah mencari rumput untuk pakan ternak. Mereka terpaksa memakai helm dan penutup wajah. Sebagian memilih berdiam diri di rumah karena memiliki cadangan rumput.

Baca juga: Waspada Semeru dan Merapi

Wawan Hadi Siswoyo, Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang dalam siaran pers menjelaskan, hujan abu terdampak di lima kecamatan sekitar Lumajang, yakni Senduro, Candipuro, Gucialit, Pasrujambe, dan Kecamatan Pasirian.

“Kami membagikan masker bagi warga yang terdampak abu vulkanik Semeru,” katanya. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Warga bertahan di rumah masing-masing, tak ada pengungsi. Warga diminta tenang dan tidak panik dengan aktivitas Semeru.

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan hasil pemantauan di pos pemantauan mulai 1-15 Januari 2021. Erupsi berlangsung tidak menerus, kolom erupsi tidak teramati karena tertutup kabut. Asap keluar dari kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 200 meter dari puncak.

 

Guguran awan panas terpantau dari permukiman di kaki Gunung Semeru. Foto : Facebook Tariqul Haq

 

Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, selatan, dan barat daya. Suhu udara antara 21-31 derajat celsius.

Pada 1 Januari 2021 pukul 14:58 WIB terjadi awan panas guguran, jarak luncuran dan arah luncuran tidak teramati karena tertutup kabut.

Selama periode 1-15 Januari 2021, teramati aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1000 meter arah Besuk Kobokan. Kolom asap letusan teramati dengan ketinggian 200-300 meter, warna asap putih tebal condong ke arah utara. Sinar api temari setingi 10 meter di atas puncak.

Kembali terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 4,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan, pada 16 Januari 2021 pukul 17.24 WIB. Aktivitas guguran lava terjadi dengan jarak luncur antara 500-1.000 meter dari Kawah Jongring Seloko ke arah Besuk Kobokan.

Juga terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dengan durasi durasi 4.287 detik. Pasca awan panas guguran pada 1 Desember 2020, secara visual menunjukkan masih tinggi kejadian guguran lava pijar dengan jarak luncur berkisar antara 500-1.000 meter arah Besuk Kobokan.

Sedangkan awan panas guguran masih teramati satu kali. Kegempaan berfluktuatif, didominasi gempa-gempa permukaan. Kejadian gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi.

“Mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi,” tulis laporan PVMBG.

Jumlah getaran banjir mulai naik, mengindikasikan kejadian lahar meningkat di aliran Besuk Kobokan seiring meningkatnya curah hujan. Potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, material lontaran abu vulkanik tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Potensi ancaman bahaya lain, berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah atau ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Saat hujan, bisa bepotensi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.

 

Awan panas Semeru. Foto: relawan dari lapangan/BNPB

 

Pada pengamatan 17 Januari 2021, pukul 06:00-12:00 WIB terpantau satu kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 15 milimeter, gempa selama 60 detik. Juga terjadi tujuh kali gempa hembusan dengan amplitudo 3-6 milimeter, dan lama gempa 70-75 detik. Sebanyak dua kali harmonik dengan amplitudo 2-5 mm, lama gempa 1.032-1.312 detik. PVMBG menetapkan status level II atau ‘waspada’.

“Masyarakat dimintai mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya. Agar menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhu masih tinggi,” tulis Liswanto di laman magma.esdm.go.id.

Potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan perlu diwaspadai. Begitu juga ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru. Dia bilang, banyak material vulkanik telah terbentuk.

Gunungapi Semeru memiliki tipe strato atau berbentuk kerucut dengan kubah lava dengan puncak tertinggi Mahameru 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Letusan Semeru biasa bertipe vulkanian yakni melontarkan material dari magma dan bongkahan batu, serta strombolian (semburan lava pijar dari magma dangkal).

“Dalam status level II (waspada) masyarakat,pengunjung,wisatawan diimbau tidak beraktivitas dalam radius satu km dari kawah atau puncak Semeru dan jarak empat km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara,” kata Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam rilis mereka.

Masyarakat, diminta selalu mewaspadai awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.

 

 

 

****** Keterangan foto utama: Guguran awan panas terpantau dari permukiman di kaki Gunung Semeru. Foto : Facebook Tariqul Haq.

Exit mobile version