Mongabay.co.id

Dongeng dan Lagu Samsudin Demi Penyelamatan Keragaman Hayati Negeri

Samsudin kala bercerita dengan anak-anak berkebutuhan khusus dari salah satu Sekolah Luar Biasa di Jambu. Foto: Elviza Diana

 

 

 

 

“Lestarikan kekayaan hayati

 Sebagai bakti suci pada negeri

 Flora fauna tetap lestari

 Hijau tetap jadi warna bumi”

Begitu sebait lirik lagu ditulis Samsudin, pendongeng satwa, yang November lalu menerima Kehati Award 2020. Lewat dongeng dia mengkampanyekan penyelamatan satwa dan lingkungan hidup kepada anak-anak taman kanak-kanak- sekolah dasar, dan tingkat lanjut.

Kini, pria asal Indramayu ini mulai membuat lagu dan menyanyikannya. Baginya, memberikan pengetahuan dan cerita soal penyelamatan satwa, maupun lingkungan hidup, selain lewat dongeng juga bisa melalui lagu.

Berdongeng dengan wayang kardus bekas dia lakoni di berbagai daerah di Indonesia. Samsudin sudah keliling Sumatera, Jawa, dan ke Kalimantan Timur.

Dalam mendongeng di berbagai daerah, dia lakukan dengan mengayuh sepeda dari daerah ke daerah. Dari Jawa ke Sumatera, dia pakai kapal laut, lalu lanjut bersepeda. Obsesi Sam, ingin berkeliling ke berbagai pulau di Indonesia, untuk berdongeng.

Ketika berbincang dengan Mongabay Indonesia terkait lagu yang diciptakan, Samsudin mengatakan, lagu itu sebagai satu upaya menyadarkan publik, terlebih di tengah kondisi pandemi COVID-19 kegiatan dongeng tatap muka jelas membahayakan keselamatan banyak orang.

 

Untuk bikin dongeng virtual, katanya, perlu sarana dan prasarana yang memadai agar penonton mau hadir lewat aplikasi yang dipakai.

Nah, salah satu alternatif yang bisa saya lakukan dengan membuat lagu. Kebetulan saya kenal dekat dengan Aron pemusik yang sama-sama dari Indramayu yang beberapa kali menggarap bareng lagu bertema isu lingkungan. Kami berusaha garap lagi lagu baru,” katanya, baru-baru ini.

Dia bilang, akan terus membuat lagu-lagu baru yang terinspirasi dari aksi penyelamatan dan pelestarian keragaman hayati Indonesia. Harapannya, orang yang mendengar terinspirasi dan jadi pengingat sesungguhnya kekayaaan hayati di Indonesia harus terjaga agar jadi warisan pada anak cucu.

 

Satwa terancam

Berbicara satwa, Samsudin miris melihat habitat mereka di hutan Indonesia, banyak terus tergerus beragam alih fungsi, antara lain pembalakan liar.

Pemerintah, katanya, harus membuat kebijakan agar rakyat melakukan kegiatan ekonomi yang tak berdampak pada kerusakan dan mengancam satwa terlebih dilindungi dan langka.

 

Orangutan Sumatera, salah satu satwa terancam punah dilindungi. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Dia minta pemerintah bisa mendorong banyak pihak, agar memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan membuatkan usaha-usaha selaras dengan kelestarian kekayaan hayati. Dengan begitu, katanya, masyarakat bisa memanfaatkan hutan sekaligus menjaganya.

Selain itu, katanya, penting juga memasukkan konten lingkungan hidup dan satwa dalam kurikulum di sekolah agar bisa mendorong anak-anak memiliki kesadaran tinggi mengenai pentingnya menjaga kelestarian dan kekayaan alam Indonesia. “Guru-gurunya punya cukup mumpuni untuk memberikan pemahaman itu,” katanya.

Menurut Samsudin, musik satu hal yang digemari dan sering jadi bahan pembicaraan. Organisasi dan komunitas banyak berdiri oleh orang yang punya kesamaan dalam bermusik.

Dia membayangkan, kalau ada orang terkenal dalam bermusik rajin menanamkan kesadaran untuk melestarikan kekayaan hayati Indonesia. Setidaknya, kata Sam, akan banyak penggemar berupaya ikut ajakan sang musisi atau penyanyi.

Bandizt Bassis Band Shaggydog mengapresiasi apa yang dilakukan Samsudin. Dia bilang, musik satu media efektif untuk kampanye perlindungan lingkungan hidup termasuk kekayaan hayati. Selain itu, juga media sosial, bisa jadi sarana menarik.

Aksi Samsudin, lewat berdongeng satwa maupun lewat lagu, katanya, merupakan tindakan baik di tengah perburuan dan perdagangan tumbuhan dan satwa yang tinggi, sampai kerusakan habitat habitat mereka.

“Kampanye dari anak-anak itu patut dicontoh karena orang dewasa sudah susah dibilangin dan diberitahu,” kata pria yang juga merupakan Founder Animal Friends Jogja (AFJ) ini.

Dia mengatakan, penyanyi atau band yang memiliki basis cukup besar, fans biasa mengikuti atau mencontoh mereka. Kalau band idola peduli terhadap lingkungan hidup, bisa mendorong fans ikut peduli lingkungan. Mereka akan belajar dan mencari tahu soal lingkungan hidup termasuk soal konservasi. “Ini sangat efektif sekali.”

 

Samsudin berkeliling Sumatera dengan sepeda ontelnya untuk mengkampanyekan penyelamatan satwa. Foto: Chik Rini

 

Musik, katanya, mampu menjadi mediasi paling tinggi mengajak orang tidak melakukan kejahatan lingkungan hidup baik itu kerusakan alam, sampai perburuan satwa.

Musisi, katanya, harus peduli dan bergandengan tangan mengajak para pendengar atau fans melindungi lingkungan hidup, termasuk keragaman hayati negeri ini. “Menjaganya agar tidak punah.”

Kemudian, katanya, politisi dan pemerintah harus peduli dan anak-anak diberi pemahaman maupun pendidikan tentang keragaman hayati.

“Itu harus ditanamkan di setiap hati manusia di muka bumi ini dimulai dari diri sendiri dan keluarga serta orang-orang terdekat.”

Chairul Saleh, Conservation Specialist, mengatakan, Indonesia kaya keragaman hayati namun ancaman kerusakan begitu besar. Perburuan terjadi karena ada permintaan global cukup tinggi. Satwa-satwa yang biasa jadi perdagangan global di pasar gelap itu seperti sisik trenggiling, paruh rangkong gading, kulit harimau, orangutan dan satwa endemik Indonesia lain.

Dia bilang, kampanye keragaman hayati Indonesia bisa melalui musik seperti grup-grup band dan bisa juga melalui dongeng. Selain itu, katanya, dakwah juga bisa. Intinya, penyadartahuan dengan melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk menjaga kekayaan hayati Indonesia bersama-sama.

 

 

 

****** Keterangan foto utama:  Samsudin berkeliling Sumatera dengan sepeda ontelnya untuk mengkampanyekan penyelamatan satwa. Foto: Chik Rini/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version