Mongabay.co.id

Jerat yang Lagi-lagi Lukai Harimau Sumatera

 

 

Seekor harimau sumatera kembali terluka akibat jerat.

Jerat yang terbuat dari kawat kopling sepeda motor itu, dipasang di pinggir kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL]. Tepatnya, di Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh.

Informasi ada harimau terluka di kebun karet masyarakat tersebut, diketahui tim Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser [BBTNGL] dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh, pada 22 Januari 2021.

Kepala BKSDA Aceh, Agus Irianto, Selasa [26/1/2021] mengatakan, begitu mendengar kabar itu tim BKSDA, BBTNGL, bersama personil TNI/Polri dan lembaga mitra langsung ke lokasi.

“Harimau dievakuasi pada 23 Januari. Saat ditemukan, kaki depan kanannya terluka akibat jerat. Umurnya diperkirakan 1-1,5 tahun.”

Anak harimau yang beratnya sekitar 50 kilogram tersebut, kondisinya sangat lemas. Kemungkinan besar kekurangan cairan [dehidrasi] dan kelaparan.

Baca: Jerat Pemburu Kembali Lukai Harimau Sumatera

 

Begini kondisi harimau yang kena jerat pada 22 Januari 2021. Kaki kanan depannya terluka. Foto: Dok. Forum Konservasi Leuser

 

“Saat ini berada di kantor BBTNGL di Kabupaten Aceh Tenggara, untuk perawatan luka. Sejauh ini perkembangan kesehatannya cukup baik, tenaganya berangsur pulih dan kakinya sudah bisa digerakkan,” tutur Agus.

Bila kondisinya kian sehat, rencananya akan dikembalikan ke habitatnya di TNGL. Namun, semua bergantung hasil pantauan dokter dan tim yang menangani.

Agus berterima kasih kepada semua pihak, yang telah membantu evakuasi dan perawatan anak harimau itu.

“Kami juga mengimbau semua pihak agar tidak menangkap, melukai, membunuh, serta memperjualbelikan satwa liar dilindungi dalam keadaan hidup atau mati. Juga, tidak memasang jerat, racun dan pagar listrik bertegangan tinggi yang dapat melukai atau membunuh satwa,” jelasnya.

Baca juga: Malelang Jaya Sudah Kembali ke Habitat Alaminya

 

Kondisi harimau seberat 50 kilogram ini lemah saat ditemukan. Foto: Dok. Forum Konservasi Leuser

 

Jangan pasang jerat

Asrul, warga Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, meragukan jerat itu dipasang untuk menangkap babi. Pasalnya, jerat terbuat dari kawat kopling sepeda motor.

“Kawatnya dilapisi tiga, kalau untuk babi tidak sebanyak itu.”

Asrul menambahkan, Muspika Kecamatan Darul Hasanah telah mengimbau masyarakat agar tidak lagi memasang jerat, baik di kawasan hutan maupun di kebun.

“Pihak kecamatan telah menggelar musyawarah dengan petani dan meminta masyarakat tidak lagi memasang jerat yang dapat melukai satwa. Cara ini bukan solusi, justru mendatangkan masalah baru.”

Asrul mengatakan, dalam waktu dekat, tim dari kecamatan akan mendatangi petani dan masyarakat. Jika ada jerat yang masih dipasang, diperintahkan untuk dibuka.

“Camat sendiri yang mengatakan hal itu di hadapan petani dan masyarakat,” katanya.

 

Harimau usia 1-1,5 tahun ini telah dievakuasi dan dalam perawatan dokter BKSDA Aceh. Foto: Dok. Forum Konservasi Leuser

 

Koordinator Perlindungan Satwa Liar Forum Konservasi Leuser [FKL] Dedi Yansyah mengatakan, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan harimau sumatera mendekat permukiman, atau kebun masyarakat.

“Biasanya yang turun itu harimau betina yang sedang membesarkan anak. Dia mencari daerah-daerah yang mudah mendapatkan buruan.”

Selain itu, sang induk juga dengan mudah mengajari anaknya berburu. “Bisa juga karena buruan di hutan berkurang sehingga harimau mulai sulit mendapatkan mangsa,” ujarnya.

Kemungkinan lain adalah habitatnya terganggu kegiatan manusia. Atau, ada harimau jantan dominan sehingga betina menyingkir dan membuka jalur baru.

“Habitat yang rusak membuat harimau mendekat ke kebun masyarakat, yang bisa jadi areal itu dulunya wilayah jelajahnya,” kata Dedi.

 

Sebelumnya, pada Oktober 2020 lalu, seekor harimau sumatera juga menjadi korban jerat. Foto: Dok. Forum Konservasi Leuser

 

Pada 18 Oktober 2020 lalu, satu individu harimau sumatera remaja dievakuasi akibat terkena jerat babi di Kecamatan Terangun, Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Setelah tiga pekan dirawat, harimau yang diberi nama Malelang Jaya itu, dilepasliarkan ke habitat aslinya.

 

 

Exit mobile version