Mongabay.co.id

Kabar Baik dari Tangkahan: Gajah Lahir di Tengah Ancaman Kepunahan

Sari dan anaknya, yang baru lahir awal Februari 2021. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Kabar baik dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Pada 1 Februari 2021, di Pusat Latihan Gajah Sumatera di Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, lahir satu bayi gajah Sumatera dalam kondisi sehat. Bayi betina lahir dari induk Sari, pada malam hari tanpa ada yang mengetahui proses kelahirannya.

Jefry Susyafrianto, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser mengatakan, bayi gajah ini lahir dengan berat antara 68-69 kg, lingkar badan 90, tinggi 108 cm.

Mereka tahu bayi lahir pada pukul 04.00 subuh, saat mahout mendengar jeritan Sari. Ketika pengecekan terlihat sudah ada bayi masih diselimuti plasenta berada dekat sang induk. Mendapat kabar kelahiran bayi Sumatera ini Jefry langsung meminta dokter hewan dan tim medis segera mengambil langkah-langkah penyelamatan.

Alhamdulillah, lahir bayi gajah betina dalam keadaan sehat dan stabil. Tim dokter hewan dan petugas kami sudah bersiaga untuk mengontrol sang induk dan bayi,“ kata Jefry.

Muhammad Wahyu, Direktur Veterinary Society Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic) Minggu (6/2/21) menjelaskan, sehari setelah kelahiran tim BBTNGL bersama Vesswic datang ke Tangkahan untuk mengontrol dan memonitor kesehatan induk dan bayi gajah.

Kondisi terkini, anak gajah cukup baik menyusui dan sang ibu peduli terhadap anaknya. Setelah pemeriksaan medis, produksi air susu sang induk sangat baik hingga disimpulkan anak gajah cukup sehat begitu juga dengan sang induk.

 

Baca juga: Nasib Gajah di Sorolangun dan Balai Raja Kala Habitat Terus Tergerus

 

Guna menjaga kesehatan induk dan bayi, katanya, tim dokter dari Vesswic melakukan berbagai upaya, seperti pemberian pasokan gizi cukup tinggi kepada induk untuk menjamin produksi air susu tetap baik dan berkualitas.

Si induk juga dapat asupan makanan cukup, seperti rumput gajah, pelepah pisang, pelepah sawit serta buah-buahan kemudian menambahkan suplemen khusus per tiga hari sekali. Lalu, berikan bubur dari campuran beras jagung kemudian gula merah tambah dengan mineral vitamin untuk menjamin Sari tetap memproduksi susu sangat baik untuk anaknya.

Hari pertama kolostrum didapatkan sang bayi. Kolostrum adalah susu pertama yang mengandung antibodi dianggap sudah cukup. Untuk kelanjutan, menjamin nilai nutrisi daripada air susu ibu dengan memberikan asupan pakan baik.

Fokus utama, katanya, memberikan asupan gizi cukup tinggi kepada induk supaya bisa memproduksi air susu berkualitas dan banyak hingga bisa memenuhi kebutuhan sang bayi.

Selain itu, menempatkan induk dan bayi gajah di lokasi cukup nyaman dan aman. Hal ini penting, katanya, untuk menghindari stres pada anak gajah termasuk induk, Kalau anak gajah stres, kata Wahyu, gampang sekali terjangkit virus atau penyakit-penyakit lain ke dalam tubuhnya.

Saat ini, tim medis Vesswic mempersiapkan obat-obatan dan siap siaga di lokasi. “Untuk anak gajah ini fokus utama bagaimana mendapatkan susu sesuai dari induknya. Artinya, susu alami. Support makanan bergizi kepada ibunya itu sangat penting,” katanya.

Berdasarkan pemantauan lapangan, kondisi induk dan bayi gajah dalam keadaan sehat dan stabil, bayi minum susu setiap 15 per 20 menit dan tidur di bawah sang induk.

Pergerakan induk tidak terlalu banyak hanya di kandang sosialisasi. Induk dan bayi juga berada di lokasi teduh di bawah pohon dan sinar matahari pagi cukup.

 

Baca juga: Gajah di Riau dalam Rimba Konsesi

Tim Patroli BBTNGL. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

***

Di Tangkahan sendiri, kata Jefry, ada delapan gajah Sumatera ditambah satu baru lahir jadi ada sembilan.

Dia bilang, guna menjaga populasi gajah tetap ada di alam, mereka menjaga habitat agar tidak rusak. Di TNGL, katanya, ditemukan kantong-kantong baru populasi gajah Sumatera. Ada lima kantong gajah di RNGL, tiga di Aceh, dua di Sumatera Utara. Di Sumut, kantong gajah ada di Bahorok dan Besitang.

Untuk pengawasan, katanya, dengan peningkatan smart patrol guna mencegah pemburu masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser. Ini Pengawasan, mereka lakukan satu bulan penuh secara bergilir.

Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) juga punya program memantau populasi gajah Sumatera dengan memasang kamera pengintai. Petugas smart patrol ke kawasan hutan juga memantau pergerakan gajah liar sembari identifikasi.

“Sebaran kantong-kantong baru populasi gajah Sumatera diharapkan terus bertambah dan habitat terjaga jangan sampai rusak. peningkatan pengawasan hutan melalui smart patrol juga tak pernah berhenti di Taman Nasional Gunung Leuser.”

Untuk mengontrol kondisi kesehatan gajah, BBTNGL bekerjasama dengan dokter hewan dari Vesswic.

Menurut Wahyu, makin tinggi jumlah gajah lahir di pusat pelatihan diharapkan mampu menekan penurunan populasi satwa yang masuk status terancam punah ini.

Di tengah perburuan gajah liar, saat bersamaan terus pengembangbiakan gajah-gajah jinak agar melahirkan generasi-generasi penerus spesies ini. Yang jadi masalah, katanya, soal pertukaran gajah jantan antara pusat pelatihan ataupun kematian-kematian gajah jantan baik di alam maupun di pusat pelatihan gajah. Kondisi ini, katanya, akan berisiko terhadap penurunan genetik atau nilai keragaman genetik.

Untuk itu, katanya, perlu persiapan, misal, dengan inseminasi atau perkawinan buatan. Meskipun dia sadar kalau teknologi ini terlalu tinggi untuk Indonesia, tetapi tidak ada pilihan. Perlu juga mempersiapkan sumber daya manusia agar suatu saat bisa reproduksi dengan terlebih dahulu mengkoleksi sperma jantan. Lalu, sperma dibekukan atau masuk dalam bank sperma baik itu di Jawa atau di Way Kambas, atau dimanapun.

Tahapan berikutnya, kalau dokter hewan telah belajar reproduksi gajah, katanya, maka pada saatnya bisa inseminasi gajah, dan sperma telah tersimpan jadi ada sumber genetik sperma berkualitas baik.

“Jika strategi-strategi di atas tidak dilakukan, akan sangat membahayakan untuk regenerasi gajah mendatang.”

 

 

Satu anak gajah lahir, menambah populasi yang terus berkurang. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

****

Foto utaa: Sari dan anaknya, yang baru lahir awal Februari 2021. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version