Mongabay.co.id

Inilah Satwa Terancam Punah Pertama yang Berhasil Dikloning

 

 

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan berhasil mengkloning spesies satwa asli Amerika Utama terancam punah: yakni Ferret berkaki hitam bernama Elizabeth Ann. Donornya, musang bernama Willa, yang mati lebih dari 33 tahun lalu.

Jasad Willa saat itu dibekukan, di masa awal teknologi DNA dimulai. Waktu itu para ilmuwan berharap suatu saat, Willa dapat ‘dihidupkan’ kembali. Dan itulah yang terjadi.

“Saat Willa mati, Wyoming Game and Fish Department di Amerika Serikat mengirim sel jaringannya ke ‘frozen zoo’ yang dijalankan oleh San Diego Zoo Global, yang memelihara jaringan-jaringan 1.100 spesies dan subspesies di seluruh dunia,” kata Mead Gruver dari Associated Press, sebagaima dilansir dari Popular Mechanics.

Hasil kloning Willa, Elizabeth Ann kini tinggal di fasilitas penangkaran di Fort Collins, Colorado. Kondisinya masih sangat liar, dengan semua naluri dan agresi yang ditunjukkan. Ferret adalah hewan mirip musang tetapi beda keluarga. Ferret berasal dari keluarga Mustelidae, sedangkan musang berasal dari keluarga Viverridae. Menurut World Wildlife Fund for Nature, Elizabeth Ann lahir pada 10 Desember 2020.

Untuk saat ini, mengkloning Willa terbukti sangat membantu mempertahankan keberadaan sang Ferret kaki hitam— tapi itu bukanlah akhir dari rencana untuk hewan beku seperti dia. “Akhirnya, para ilmuwan mungkin dapat memodifikasi gen tersebut untuk membantu hewan-hewan kloning bertahan hidup,” tulis Gruver.

“Meskipun penelitian ini masih pendahuluan, ini adalah kloning pertama dari spesies asli yang terancam punah di Amerika Utara. Cukup menjanjikan untuk mendukung upaya berkelanjutan dalam melestarikan musang berkaki hitam,” kata Noreen Walsh, Direktur USFWS Mountain-Prairie, dikutip dari BBC.

Baca: Kemungkinan, Fosil Dinosaurus Bisa juga Ditemukan di Bulan?

 

Elizabeth Ann hasil kloning musang bernama Willa, yang mati lebih dari 33 tahun lalu. Foto: U.S. Fish and Wildlife Service [USFWS]

 

Gen Willa dibuahi menjadi embrio dan kemudian dibawa oleh musang domestik “biasa” yang melahirkan Elizabeth Ann. Sesama musang berkaki hitam tidak membawa embrio karena risiko rutin yang terkait dengan kehamilan. Dengan keberhasilan prosedur ini, konservator hewan merasa lebih percaya diri untuk membawa kembali spesimen lain, termasuk spesimen yang memerlukan patch atau modifikasi genetik agar bisa berhasil dikloning.

Proyek untuk mengkloning musang berkaki hitam dimulai pada 2013, dan merupakan hasil kemitraan antara USFWS, Revive & Restore, perusahaan ViaGen Pets & Equine, San Diego Zoo Global, dan Association of Zoos and Aquariums, sebagaimana dituliskan Live Science.

Ini adalah kisah sukses baru bagi musang kaki hitam langka, yang telah menjadi lambang seberapa baik upaya konservasi dan populasi kembali dapat bekerja. Para peneliti berharap Elizabeth Ann akan membantu membawa keragaman genetik ke populasi musang berkaki hitam. Saat ini hanya tersisa 7 ekor yang hidup dan semua spesies ini masih saudara.

Baca: Inilah Beberapa Tumbuhan dari Zaman Sebelum Dinosaurus, yang Masih Ada hingga Kini

 

Elizabeth Ann kini tinggal di fasilitas penangkaran di Fort Collins, Colorado. Foto: U.S. Fish and Wildlife Service [USFWS]

 

Musang berkaki hitam pernah dianggap punah, tetapi para ilmuwan menemukan populasi kecil pada 1981, yang memungkinkan para konservasionis untuk memulai program penangkaran spesies tersebut. Sekitar 250 hingga 350 musang hidup di penangkaran, dan 300 lainnya hidup di lokasi reintroduksi di alam liar.

Elizabeth Ann tidak akan dilepaskan ke alam liar. Dia akan tinggal di fasilitas tempat dia dilahirkan sehingga peneliti dapat mempelajarinya. Musang itu diciptakan oleh perusahaan kloning hewan peliharaan ViaGen Pets & Equine, yang berhasil mentransfer embrio menjadi musang pengganti.

Musim panas lalu, perusahaan mengkloning kuda liar Mongolia yang terancam punah menggunakan proses yang sama. Kuda Przewalski, yang diklon dari DNA kuda liar berumur 40 tahun, diberi nama Kurt.

Musang berkaki hitam adalah satu-satunya spesies musang di Amerika Utara dan termasuk mamalia paling terancam punah di Amerika Utara. Mereka sangat terancam sehingga para ilmuwan memberi 120 di antaranya vaksin COVID-19 selama musim panas.

Puluhan ribu cerpelai -kerabat dekat musang- telah mati setelah tertular virus corona dari manusia. Jutaan cerpelai telah dimusnahkan di Eropa untuk mencegah penyebaran virus.

Baca juga: Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia

 

 

Jika keberhasilan kloning memunculkan kenangan tentang Jurassic Park, di mana hewan hasil kloning justru menjadi ancaman bagi manusia, makan ketakutan ini tidak salah. Ketakutan akan konsekuensi yang tidak diinginkan memang valid dan sudah lama menjadi pertimbangan, tetapi hewan seperti merpati penumpang dan burung dodo punah karena ulah manusia — bukan karena ciri spesifik ekosistem atau iklim ‘modern’ yang tidak sesuai dengan mereka.

Para ilmuwan mengatakan, manfaat ‘menghidupkan’ kembali satwa punah lebih besar dibandingkan kerugiannya.

Mamalia lebih mudah untuk dikloning daripada burung, kata para ilmuwan, karena burung bertelur yang menambah kompleksitas proses kloning. Adanya kembali materi genetik Willa dapat membuat musang kaki hitam lebih kuat secara genetik dan siap untuk bertahan hidup di alam liar. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version