- Inong adalah bayi gajah sumatera yang diselamatkan dari kubangan lumpur di kawasan hutan Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, pada 10 Februari 2021.
- Inong, bayi gajah betina usia belum genap sebulan itu harus berpisah dengan induknya. Inong dirawat di Pusat Konservasi Gajah [PKG] Saree, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Saat diperiksa dokter hewan BKSDA Aceh, kakinya bermasalah sehingga tidak bisa berdiri dan mata kirinya terluka.
- Dalam perkembangannya, kini Inong berangsur pulih. Kesehatannya mulai membaik dan kakinya perlahan sudah bisa digerakkan meski untuk berdiri harus dibantu alat. Namun, Rabu [03/3/2021] pagi, Inong mati. Upaya intensif telah dilakukan untuk menyelamatkannya.
Inong, bayi gajah sumatera yang diselamatkan dari kubangan lumpur pada 10 Februari 2021 lalu itu, mati. Upaya intensif telah dilakukan untuk menyelamatkan gajah betina ini.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Irianto mengatakan, bayi gajah tersebut mati pada Rabu [03/3/2021] pagi. Tim dokter BKSDA Aceh telah melakukan nekropsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.
“Nekropsi telah dilakukan, tim PKG Saree sedang menulis laporan, untuk mengetahui penyebabnya. Kami telah berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya,” terang Agus. Agus.
Agus menyatakan, drh. Rosa Rika Wahyuni dan mahout BKSDA Aceh telah berusaha keras merawat bayi gajah ini, sejak pertama ditemukan hingga 2 Maret 2021.
“Perkembangan fisiknya menunjukkan tanda-tanda pemulihan karena terlihat makin kuat. Namun, Rabu pagi tadi, bayi gajah ini mati,” terangnya.
Baca: Keracunan Pupuk, Gajah Sumatera Betina Mati di Bener Meriah
Diselamatkan
Inong yang berumur sekitar sebulan itu harus terpisah dari induknya. Dia terperosok ke kubangan lumpur di kawasan hutan Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Warga Desa Panton Beunot, Kecamatan Tiro, Helmi pada 10 Februari 2021 mengatakan, masyarakat awalnya melihat kawanan gajah liar mandi di kubangan air pada Minggu [07/2/2021]. Jumlahnya sekitar 18 individu. Lokasinya, sekitar 50 meter dari permukiman penduduk.
“Namun, dua hari kemudian, warga melihat ada anak gajah yang terjebak di kubangan lumpur tersebut. Di sekitar kubangan masih ada induk dan kawanannya,” ujarnya.
Helmi yang sehari-hari bertani itu mengatakan, warga segera melaporkan kejadian tersebut ke perangkat desa hingga ke Muspika Kecamatan Tiro.
“Warga coba menolong, namun ketika mendekati kubangan makan sang induk dan gajah lainnya mendekat kubangan juga,” ujarnya, baru-baru ini.
Baca juga: Rusaknya Habitat Ancaman Utama Kehidupan Gajah Sumatera
Camat Tiro, Almanza menyebutkan, pihaknya segera melaporkan kejadian itu ke Conservation Response Unit [CRU] Mila, Kabupaten Pidie, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Aceh.
“Setelah tim CRU Mila dan BKSDA Aceh datang, akhirnya dibentuk dua regu. Sebagian mengeluarkan anak gajah dari kubangan, sebagian lain menghalau induk dan kawanannya,” terangnya.
Setelah berjibaku beberapa jam, tim yang dibantu masyarakat berhasil mengeluarkan sang anak.
“Tim kadang harus menjauh dari kubangan dulu ketika induk dan kawanannya mendekat. Anak gajah bisa dikeluarkan dari kubangan pada pukul 03.00 WIB esoknya,” ungkapnya.
Almanza mengatakan, karena telah beberapa hari tidak mendapat asupan asi dari induknya, anak gajah itu tampak lemah. Bola mata sebelah kiri terluka dan tidak dapat berdiri.
“Tapi saya sangat berterima kasih kepada masyarakat yang telah bahu membahu mengeluarkan anak gajah malang itu,” ucapnya.
Dalam perawatan
Kepala BKSDA Aceh Agus Irianto sebelumnya mengatakan, kondisi bayi gajah itu sangat lemah dan kritis.
“Umurnya diperkirakan belum genap sebulan. Saat diperiksa dokter hewan, kakinya bermasalah sehingga tidak bisa berdiri dan mata kirinya terluka,” terangnya, Sabtu [27/2/2021].
Agus menyatakan, karena kondisi kritis itu, tim memutuskan untuk mengevakuasinya ke Pusat Konservasi Gajah [PKG] Saree, Kabupaten Aceh Besar.
“Dari hasil pemeriksaan, kaki kiri depannya mengalami dislokasi, sementara kaki belakangnya mengalami paralisis atau kelumpuhan. Hal ini yang menyebabkan tidak bisa berdiri,” tuturnya.
Agus menambahkan, tim belum bisa memastikan apakah kelumpuhan yang diderita Inong, nama anak gajah ini, sementara atau permanen. Pastinya, perawatan intensif terus dilakukan.
“Dalam perkembangannya, Inong mulai bertenaga. Meski kaki depannya mulai bisa digerakkan, namun untuk berdiri, Inong harus dibantu alat khusus,” terang Agus.
Agus mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Tiro yang turut serta menyelamatkan Inong. “Semoga ini menjadi contoh bagi masyarakat lain agar kita hidup hidup berdampingan dengan satwa liar dilindungi,” ucapnya.
Sabtu, 27 Februari 2021, Mongabay Indonesia melihat langsung Inong di PKG Saree. Dokter hewan dan mahout terlihat intensif merawatnya.
Selain membersihkan badan, tim juga memberikan susu. Inong harus dibantu berdiri, menggunakan kain tebal yang dibuat khusus.
“Luka di bola mata kiri berangsur pulih. Kakinya juga ada perkembangan, namun untuk berdiri masih dibantu,” terang dokter hewan BKSDA Aceh, Rosa Rika Wahyuni.
Rosa yang kerap menangani satwa terluka di Provinsi Aceh mengatakan, merawat anak gajah apalagi yang masih berumur satu bulan harus ekstra hati-hati.
“Susu yang diberikan juga sangat diperhatikan, kalau tidak sesuai bisa menimbulkan penyakit.”
Tim yang merawat juga terus memperhatikan kondisi Inong agar tidak tertekan. “Kami menjaganya 24 jam, karena bayi gajah sangat sensitif dengan kondisi apapun,” papar Rosa.