Mongabay.co.id

Tak Sekadar Solusi Sampah, RDF Jadi Energi Terbarukan Rendah Emisi

 

Truk-truk pembawa sampah itu masuk ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng). Kegiatan itu terlihat setiap harinya. Sejak Agustus 2020 silam, lokasi setempat menjadi TPST refuse-derived fuel (RDF). Dengan adanya TPST RDF, maka sampah-sampah tersebut diolah menjadi RDF yang kemudian dijadikan bahan bakar di pabrik semen.

Proses awalnya adalah melakukan pemilihan. Kemudian setelah dipilah masuk proses pengeringan. Sampah yang telah kering, kemudian diayak dan dicacah. Jadilah RDF dan siap diangkut ke PT Sarana Bangun Indonesia (SBI) sebagai pabrik semen yang memakai RDF untuk bahan bakar.

Menurut Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji keberadaan TPST RDF menjadi solusi penanganan sampah. “Saat sekarang, Cilacap memiliki penduduk sebanyak 1,9 juta jiwa dengan potensi sampah sebanyak 917 ton setiap harinya. Dari 917 juta ton sampah per hari, pengelolannya telah mencapai 77,22%. Rinciannya, 119,57 ton per hari atau 13,04% pengurangannya dan 588,71 ton per hari atau 64,19% dilaksanakan dengan penanganan. Dengan demikian, secara komulatif telah melampaui target rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) sebesar 70,93%,”jelas Bupati pada MoU virtual dan seminar daring “Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Terbarukan di Fasilitas RDF Cilacap. Acara itu diselenggarakan oleh Pemkab Cilacap bekerja sama dengan Pemprov Jateng, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), PT Sarana Bangun Indonesia (SBI) dan PT Unilever Indonesia Tbk pada Rabu (3/3/2021).

baca : Pertama di Indonesia, Sampah RDF Jadi Pengganti Batu Bara

 

Penandatanganan MoU antara pemerintah dan swasta dalam pengelolaan sampah di TPST RDF Cilacap, Jateng. Foto : screenshoot seminar daring

 

Dalam MoU tersebut, Pemkab Cilacap menggandeng PT Unilever Indonesia dalam meningkatkan kapasitas pengolahan sampah menjadi RDF. “Sejak Agustus 2020 lalu, TPST RDF telah beroperasi dengan kapasitas 120 ton per hari. Dalam lima bulan terakhir, produksi sampah mengalami peningkatan menjadi 140 ton setiap harinya. Dari pengolahan sampah sebanyak 140 ton per hari, mampu menghasilkan 42 ton RDF setiap harinya. Produksi 42 ton RDF tersebut mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD),”ujar Bupati.

Kini, Pemkab Cilacap menggandeng PT Unilever Indonesia Tbk agar sampah yang diproses mampu ditingkatkan menjadi 200 ton setiap harinya. Sasaran utamanya peningkatan kapasitas sampah 200 ton per hari memanfaatkan sampah dari luar Kota Cilacap seperti Eks Distrik Sidareja dan Eks Distrik Kroya.

“Untuk mendukung peningkatan kapasitas menjadi 200 ton tiap hari, diperlukan penambahan beberapa sarana prasarana penunjang seperti antara lain dump truck dan armroll truck sebanyak 10 unit. Selain itu, menaikkan kapasitas bagian utama bio drying agar mampu mengeringkan sampah dengan alternatif menambah bio drying atau mengoptimalisasi proses pengeringan diantaranya dengan menambah bakteri yang telah dikembangbiakkan. Berbagai upaya peningkatan pengelolaan sampah untuk mewujudkan Cilacap bersih, sekaligus mendukung 100% program pengelolaan sampah nasional pada tahun 2025,” ujarnya.

baca juga : Cara Indonesia Kurangi Sampah Plastik hingga 70 Persen

 

Kegiatan warga di TPST RDF Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah. TPST RDF mengolah sampah menjadi bahan bakar untuk kebutuhan energi pabrik semen Cilacap. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Potensi Besar

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengatakan bahwa RDF menjadi solusi dalam mengatasi sampah. Ada potensi pengguna RDF yakni di 52 lokasi PLTU dan 34 plant industri semen. Potensi yang dapat dikembangkan menjadi RDF dari sampah sebanyak 20 ribu ton per hari.

“Komitmen pemerintah sangat tinggi. Tahun 2021 miminal bisa dibangun di 10 titik. Ini sangat potensial, apalagi kalau dikaitkan dengan energi baru terbarukan (EBT) di mana Kementerian ESDM menargetkan 23% merupakan EBT dan telah dimasukkan ke dalam kelistrikan nasional,”ujarnya.

Novrizal menyatakan dengan memproduksi RDF tidak hanya menyelesaikan sampah saja, melainkan menghasilkan EBT sehingga mampu mengurangi efek rumah kaca (ERK). Teknologi RDF tidak hanya memberikan manfaat satu sisi saja, namun juga dapat meningkatkan bauran energi serta penurunan ERK.

“Beberapa daerah sudah melakukan komunikasi dengan KLHK. Di antaranta adalah Kota Kupang karena ada Semen Kupang, Sukabumi ada Semen Siam, di Padang ada Semen Padang, Banda Aceh ada SBI dan Sumatera Selatan ada Semen Baturaja. Selain itu masih ada potensi di PLTU dengan jumlah 52 titik,” jelasnya.

Menurutnya, banyak pelajaran dari  TPST RDF di Cilacap sebagai teknologi yang pertama kali di Indonesia. “Banyak sekali pelajaran yang diperoleh dari TPST RDF Cilacap. Di antaranya adalah adanya kolaborasi antara pemerintah dengan swasta. Karena itulah, Cilacap dapat menjadi percontohan di tempat lainnya. Ada potensi besar RDF sebagai salah satu cara untuk mencapai kemampuan pengelolaan sampah 100% pada tahun 2025. Tidak hanya tugas pemerintah, kolaborasi yang lebih erat dengan seluruh pemangku kepentingan, khususnya pihak swasta, dapat menjadikan teknologi ini sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi sirkular melalui prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan,”tambahnya.

perlu dibaca : Hasilkan Energi Pengganti Batubara, TPA Kebon Kongok Maksimalkan Pengolahan Sampah di Lombok

 

Timbunan RDF di TPST RDF Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah yang siap angkut untuk bahan bakar di pabrik semen. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Direktur Manufaktur PT SBI Lilik Unggul Raharjo mengungkapkan bahwa pihaknya menggunakan bahan bakar aternatif dari RDF. “Pengolahan sampah menjadi RDF sebagai langkah nyata dalam membantu menjaga lingkungan agar tetap berkelanjutan. Apalagi kerja sama SBI dengan Unilever Indonesia mencerminkan sinergi yang saling melengkapi. Unilever Indonesia berperan membantu Pemkab Cilacap dalam pengumpulan dan pengangkutan sampah terolah paska konsumsi sebagai bahan baku RDF. Sementara kami berperan dalam memproses sampah, sehingga menghasilkan RDF berkualitas yang kemudian diserap oleh sejumlah pabrik kami sebagai sumber energi ramah lingkungan,”ujarnya.

Pada kesempatan itu, Head Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk, Nurdiana Darus, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk membantu mengatasi permasalahan sampah dari hulu sampai hilir. “Dengan semangat #MariBerbagiPeran Sayangi Bumi, hari ini kami mengukuhkan kerja sama dengan Pemerintah dan sesama pihak produsen yaitu SBI di dalam fasilitas RDF Jeruk Legi  sebuah langkah sinergis untuk bersama-sama berbagi peranan dalam mengatasi masalah sampah kemasan plastik di bagian hilir pengolahan sampah,”jelasnya.

Ia mengatakan pihaknya siap menambah kapasitas sampah yang terolah menjadi RDF menjadi 200 ton per hari dalam 5 tahun mendatang. “Kami mewujudkan pengadaan armada untuk pengangkut sampah sehingga nantinya akan semakin banyak sampah yang masuk ke TPST Jeruklegi. Sehingga TPST yang semula hanya melayani sampah dari Kota Cilacap saja, kini mendatangkan sampah dari wilayah lainnya. Sehingga totalnya dapat mencapai 200 ton setiap harinya,”kata dia.

Ia berharap, agar kolaborasi ini dapat menginspirasi swasta lainnya untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah di tanah air.

 

Petugas memperlihatkan sampah yang diolah dengan teknologi refuse-derived fuel (RDF) menjadi energi bersih di TPST Desa Tritih Lor, Cilacap, Jateng. Foto : dokumentasi panitia/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version