Mongabay.co.id

Riset : Meski Terancam, Terumbu Karang Keberadaannya Masih Berlimpah

 

Sebuah studi baru-baru ini, yang menghitung setengah triliun koloni terumbu karang antara Indonesia dan Polinesia Prancis menemukan bahwa sebagian besar karang di planet ini dalam waktu dekat tidak akan terancam punah.

Terumbu karang yang rusak akibat gelombang panas dan terkikis oleh air laut yang asam adalah mimpi buruk bagi ekologis. Tetapi terumbu karang bukanlah keutuhan yang homogen; mereka adalah konglomerasi dari spesies terumbu karang. Untuk spesies ini, mungkin masih aman dalam jumlah dan jangkauannya yang luas.

“Sebagian besar spesies memiliki ukuran populasi yang begitu besar sehingga bahkan jika mereka kehilangan 90% individu, mereka masih akan dapat ditemukan di beberapa bagian dan dapat bertahan untuk sementara waktu. Hal ini memberikan kita kesempatan untuk mengendalikan pemicu stress seperti perubahan iklim, dan berharap bahwa keragaman yang telah ada selama jutaan tahun akan dapat pulih,” kata Andreas Dietzel, seorang peneliti di James Cook University di Australia yang merupkan penulis utama dalam penelitian tersebut.

baca : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Seorang penyelam sedang menikmati bangkai kapal (shipwreck) di perairan Tulamben, Bali. Foto : wandernesia.com

 

Dietzel dan rekan-rekannya menyerukan pengajuan revisi pada Daftar Merah IUCN, yang menurutnya, sepertiga dari semua karang pembentuk terumbu menghadapi beberapa tingkat risiko kepunahan yang berbeda. Daftar ini diambil dari studi penting tahun 2008 yang mengobservasi status 704 spesies yang datanya ada cukup dan tersedia.

Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution ini berfokus pada 318 spesies di 900 terumbu karang di Samudra Pasifik, membentang dari Indonesia hingga Polinesia Prancis. Analisis baru ini menggunakan data yang pengambilannya dijalankan selama lima tahun dikumpulkan antara tahun 1997 dan 2006. Para peneliti memilih wilayah tersebut karena ketersediaan data tingkat spesies dan karena wilayah tersebut menampung sebagian besar spesies karang dunia.

Karang pembentuk terumbu berada di platform besar yang dibuat oleh diri mereka sendiri. Terumbu karang ini merupakan sarang bagi biota laut, yang menyediakan makanan dan tempat berlindung yang melimpah. Polip karang, sejenis ubur-ubur, adalah organisme yang pada dasarnya dapat menciptakan struktur kalsium karbonat. Bersama-sama, polip ini membentuk koloni dan saling berhubungan dengan cara bekerjasama.

Ilmuwan kelautan sering menggunakan tutupan karang, area yang ditempati oleh karang hidup di terumbu, untuk mengukur kondisinya. Namun, metode ini tidak menghasilkan output tentang bagaimana keadaan masing-masing spesies karang. Untuk dapat mencapai keputusan tentang angka besaran populasi itu cukup rumit. Jadi, ilmuwan seperti Dietzel menggunakan koloni karang yang diikat oleh jaringan penghubung yang bereproduksi bersama, tumbuh bersama, dan mati bersama sebagai unit pengukuran.

baca juga : Begini Tantangan Konservasi Terumbu Karang di Saat Pandemi

 

Peta cakupan penelitian. Bagian bayangan menunjukkan kekayaan spesies karang. Segitiga putih menunjukkan lokasi 15 pulau di lima wilayah tempat pengukuran kelimpahan spesies, lingkaran biru menunjukkan lokasi pengukuran tutupan karang, dan lingkaran hitam menunjukkan lokasi survei habitat terumbu karang.

 

Sekitar seperempat spesies yang diteliti dalam penelitian ini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah oleh IUCN. “Ini didasarkan pada penerapan kriteria IUCN yang tidak benar-benar dirancang untuk spesies seperti karang; mereka dirancang untuk mamalia dan burung dan reptil, yang biasanya memiliki ukuran populasi yang cukup kecil,” menurut Dietzel.

Tidak seperti banyak spesies terestrial yang terancam punah, kebanyakan karang ditemukan di samudra tropis yang luas, dan berjumlah jutaan. Selusin spesies karang yang dianggap terancam menurut klasifikasi IUCN dapat ditemukan memiliki populasi lebih dari satu miliar. Porites nigrescens adalah salah satu spesies paling melimpah yang ditemukan oleh tim peneliti. Namun, IUCN mencantumkannya sebagai rentan terhadap kepunahan global.

Pada saat yang sama, beberapa spesies dengan angka populasi rendah termasuk dalam kategori “least concern” IUCN. Ada spesies lain yang datanya tidak cukup tersedia untuk menentukan status mereka. “Pengetahuan kami yang kurang tentang ekologi dan angka kelimpahan mereka dapat mencerminkan kelangkaan mereka, dan bahwa risiko kepunahan mereka mungkin relatif tinggi dan tidak cukup diketahui,” ungkap para penulis.

baca juga : Tata Kelola Terumbu Karang Berkelanjutan Resmi Diadopsi PBB

 

Seorang penyelam sedang menyelam di perairan Pulau Kapoposang yang masuk areal TWP Kapoposang. Foto : BKKPN Kupang

 

Penelitian baru ini menggarisbawahi fakta bahwa kepunahan lokal dan hilangnya fungsi ekologis adalah ancaman nyata pada saat ini. Karang tabular merupakan salah satu contoh karang yang tergolong langka. Jika mereka punah secara lokal, populasi ikan butterflyfishes (Chaetodon trifascialis) yang memakan karang ini akan mengalami masalah. Bahkan karang yang melimpah dan menempati wilayah yang luas dapat lenyap dari terumbu atau suatu wilayah.

“Studi tersebut tidak mengatakan bahwa terumbu karang baik-baik saja. Terumbu karang benar-benar sedang berjuang, ”kata Dietzel. “Suatu spesies mungkin kehilangan 95% individu, dalam hal ini terumbu karang tidak akan terlihat seperti dulu, dan mereka tidak akan berfungsi seperti dahulu. Tapi spesies itu tetap tidak akan menjadi punah secara global,” katanya.

 

Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita. Edisi asli berbahasa Inggris bisa dibaca pada tautan ini.

 

Exit mobile version