Mongabay.co.id

Foto-foto Bukit dan Hutan Gundul di Nusa Tenggara Barat

Lahan yang baru ditanami jagung dan padi di Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Setiap tahun kawasan hutan yang dibuka untuk pertanian semakin luas. Sambelia adalah daerah yang paling sering dilanda banjir di Pulau Lombok. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

Lahan yang baru ditanami jagung dan padi di Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Setiap tahun kawasan hutan yang dibuka untuk pertanian semakin luas. Sambelia adalah daerah yang paling sering dilanda banjir di Pulau Lombok. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesiadefault

 

 

Bencana banjir jadi langganan di Nusa Tenggara Barat, seperti Lombok, Sumbawa, Bima dan kabupaten lain. Kala gempa bumi melanda 2018, merusak ratusan ribu rumah di Lombok dan Sumbawa, belum pulih rehabilitasi dan rekonstruksi, banjir terjadi awal 2019. Menyusul kemudian “banjir kecil” di beberapa wilayah setiap awal tahun termasuk pada masa pandemi ini. Bahkan, 9 Maret ini, di Dompu, banjir bandang melanda dan menghanyutkan belasan rumah.

Banjir di Sanggar, Kabupaten Bima menewaskan seorang bocah. Jalan raya dan gang di kampung berubah jadi aliran sungai deras. Saat orangtuanya membersihkan sampah di rumah, bocah terseret arus air dan ditemukan meninggal, tersangkut di pagar. Ternak sapi, kambing, ayam hanyut terbawa banjir. Kendaraan roda empat, roda dua terendam air bercampur lumpur.

 

Baca juga: Kala Hutan Gundul, Pulau Lombok dan Sumbawa jadi Langganan Banjir

Bukit dan hutan di Lombok dan Sumbawa, berubah peruntukan jadi berbagai hal seperti kebun jagung maupun tambang emas. Fathul Rakhman/Mongabay IndonesiaDCIM104MEDIADJI_0047.JPG

 

Satu Puskesmas di Lombok Barat tergenang air pada malam hari. Saat Puskesmas penuh pasien, air kecoklatan masuk ke ruang-ruang perawatan.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, tempat proyek sirkut MotoGP juga tidak lolos dari banjir. Tidak sedikit juga yang menghubungkan banjir di kawasan, yang hanya sepelemparan batu dari bibir pantai itu, dipicu juga oleh proyek itu. Bukit-bukit di kawasan itu habis dikeruk untuk tanah urug meratakan sirkut. Rawa-rawa yang sebelumnya banyak di sekitar kawasan itu tertimbun, termasuk juga sedikit demi sedikit akan menimbun hutan mangrove.

 

Bukit-bukit di Sekotong, Lombok Barat, nyaris tak bersisa. Pohon besar ditebang, berganti jagung dan padi. Sebagian lahan yang digunduli itu adalah kawasan hutan di bawah KPH Pelangan Tastura. Foto: Fathul Rakhman / Mongabay Indonesia

 

Bukit-bukit dari Sekotong Lombok Barat hingga KEK Mandalika, Lombok Tengah muncul hotel, villa, sampai tanaman jagung. Bukit berubah. Sebagian bukit-bukit itu ada yang sudah jadi milik pemodal. Mereka lalu memberikan izin kepada petani untuk merawat, dan menanami jagung. Setidaknya pemilik tidak perlu membayar orang untuk menjaga lahan.

Sebelum tanam jagung atau keperluan lain pohon-pohon besar ditebangi, kayu dijual, tersisa yang kecil. Pohon kecil dibakar saat kemarau, kemudian tanam jagung. Tidak sedikit lahan-lahan itu masuk kawasan hutan dari hutan lindung, taman wisata alam, bahkan taman nasional.

 

Ladang yang baru di Pulau Moyo, Sumbawa siap ditanami wijen. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesiadefault

 

Satu contoh, di jalur Teluk Sepi–Mekaki, Sekotong Lombok Barat, kini penuh jagung. Sekitar 10 tahun lalu masih banyak pohon, tiga tahun lalu marak tambang emas ilegal. Pohon ditebangi, tambang merajalela, setelah itu hadir jagung. Hutan lindung Sekaroh di Lombok Timur, alih-alih rimbun oleh pepohonan, lebih banyak tumbuh jagung.

Bencana seperti banjir dan longsor pun akan terus mengancam kala bukit maupun hutan-hutan bertutupan itu berubah wujud jadi lahan-lahan gundul.

 

 

Setiap tahun makin luas lahan kritis di Pulau Moyo, Sumbawa. Tampak terlihat rumah di ladang yang baru saja dibuka. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

 

*****

Foto utama:

Lahan yang baru ditanami jagung dan padi di Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Setiap tahun kawasan hutan yang dibuka untuk pertanian semakin luas. Sambelia adalah daerah yang paling sering dilanda banjir di Pulau Lombok. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version