Mongabay.co.id

Begini Tantangan Konservasi Kawasan Hulu DAS Ayung Kintamani Bali

 

Air mengalir tak henti dari pipa-pipa yang meliuk-liuk di bebukitan Kintamani, Bangli, Bali menuju bak beton penampung. Dari bak ini, air mengalir ke rumah-rumah warga di lereng sampai kaki bukit.

Air bersih ini dari sumber-sumber air di hutan penyangga kawasan hulu dan daerah aliran sungai (DAS) Bali. Tak hanya warga sekitar yang tergantung pada sumber air di kawasan penyangga ini, tapi juga daerah hilir Bali, perumahan, PDAM, hotel, restoran, dan lainnya.

Kawasan perbukitan DAS Ayung misalnya Bukit Peninjauan dan Bukit Penulisan. Salah satu jenis pohon yang memenuhi perbukitan ini adalah pinus. Tanaman tegak lurus yang diameternya bisa sampai pelukan dua orang dewasa. Erupsi Gunung Batur di masa lalu memberikan jejak kesuburan di Kintamani, salah satu sentra hortikultura di Bali.

Ketika memasuki kawasan hutan di Bukit Peninjauan, perumahan sudah makin merangsek ke lereng-lereng bukit. Masalah yang segera menyergap mata adalah beberapa titik pembuangan sampah di tebing bukit. Di masa lalu, sampah yang didominasi sampah organik tak memberi masalah bagi alam karena bisa terurai. Kini, sampah anorganik jadi bagian keseharian warga dan tak terkelola.

Ketua Kelompok Puncak Peninjauan Lestari I Wayan Sukadia mengakui persoalan sampah adalah salah satu yang krusial untuk melestarikan kawasan hulu. Ia menunjuk titik bukit lain yang kerap jadi lokasi pembuangan sampah sembarangan, termasuk sampah yang dibawa dalam kendaraan.

baca : Begini Upaya Konservasi Mencegah Krisis Air di Bali

 

Sampah rumah tangga di areal longsor dekat hutan DAS Kintamani, Bangli. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

“Mestinya ada banyak titik tangki tempat sampah yang tersedia di kawasan ini. Bayangkan, ini kan kan kawasan suci juga, warga cari tirta pangentas di sini,” keluhnya. Tirta Pangentas adalah air yang diambil di sumber-sumber air alami, salah satu elemen penting ritual upacara kematian atau Ngaben.

Pengelolaan sampah memang masih jadi masalah besar di Bali. Pemerintah Provinsi Bali sudah membuat regulasi penanganan sampah di sumber dan larangan plastik sekali pakai, namun pelaksanaannya masih tertatih-tatih. Tak secepat timbulnya volume sampah plastik di perdesaan dan perkotaan.

Beberapa menit dari titik-titik pembuangan sampah di tebing hutan, tutupan pinus sudah mulai rapat. Udara sejuk menyergap. Buah-buah pinus memenuhi jalan setapak. Sebagian pohon nampak sudah pernah diambil getahnya, bekas guratan di batang pohon mengering. Selain pinus, kini mulai nampak puluhan batang pohon pisang yang ditanam warga di tengah hutan. Masalahnya, pohon pisang perlu cahaya yang cukup, dan ini rentan jadi alasan untuk merabas sejumlah pohon penaungnya.

Warga nampak lalu lalang membawa ikatan rumput di bahu dan punggungnya. Ada bagian hutan yang terbuka dan ditumbuhi rumput-rumput gemuk dan panjang. Sebagian warga memiliki ternak sapi.

Wayan Sri Adnyani adalah warga yang berharap dapat memanfaatkan hasil hutan untuk sehari-hari. Ia memiliki ternak sapi. Perempuan ini juga masuk dalam kelompok yang berkomitmen melindungi hutan dan bisa memanfaatkan hasil hutan. “Kami menanam tanaman buah-buahan seperti manggis, alpokat biar bisa dipetik untuk banten,” harapnya.

Ia menunjukkan beberapa pohon nangka dan alpokat yang ditanam dua tahun lalu. Namun, tak semua pohon buah bisa tumbuh karena memerlukan cahaya yang cukup dan tidak cocok dengan kondisi tanah sekitarnya.

Tiga kelompok pemanfaat hutan di Dusun Biah, Kintamani kawasan Bukit Peninjauan ini terbagi jadi tiga yakni ekowisata, pembibitan, dan ternak.

baca juga : Demi  Keanekaragaman Hayati, Penanaman Masif Ampupu di Hutan Bali Perlu Dikaji

 

Gunung Batur (kiri) dan deretan bebukitan kawasan Kintamani, Bangli, kawasan hulu Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Sukadia, pengurus kelompok mengatakan ada rencana untuk menanam aneka rempah yang cocok di bawah tegakan pohon pinus. Misalnya jahe, kunyit, lengkuas, merica, kapulaga, dan lainnya. Warga mendapat akses memanfaatkan hutan lindung dengan kesepakatan mampu mencegah kebakaran hutan dan tidak ada penebangan pohon. Hanya memetik hasilnya.

Mereka pernah menanam bibit buah duren dan manggis tak berhasil. “Iklimnya cocok karena dingin tapi tanahnya kering,” sebut Jero Sudirman, Ketua Pengelola Kelompok Induk Puncak Bukit Peninjauan. Menurutnya pemanfaatan hutan lindung ini bisa membantu jaga kelestariannya sekaligus manfaat bagi warga sekitar. Tantangannya, warga makin mudah masuk hutan dan perlu pengawasan.

Kawasan hulu makin penting di tengah ancaman krisis air di Bali. Ini adalah sumber air bawah tanah dan air permukaan yang menuju sungai-sungai sekitarnya.

 

Penanaman Ribuan Bibit Pohon

Penanaman pohon dilaksanakan pada Sabtu (20/03/2021) di kawasan hutan Puncak Peninjauan Lestari. Oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur, Kelompok Tani Hutan (KTH) Puncak Peninjauan Lestari serta Yayasan Bambu Lestari.

Kawasan hulu DAS Ayung disebut salah satu daerah tangkapan dan resapan air terbesar di Bali. Luas wilayahnya hampir 30.000 hektar dan memiliki sungai terpanjang di Bali, yakni Sungai Ayung sepanjang 68,5 kilometer. Penanaman akan berlangsung selama sepekan hingga 27 Maret oleh KTH setempat.

baca juga : Begini Cara Unik Desa Pengotan Melestarikan Hutannya

 

Bibit bambu petung yang ditanam di kawasan hutan, jenis tanaman yang mencengkeram tanah dan menyimpan air di lereng-lereng bukit. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Puluhan warga nampak tiba di hutan membawa cangkul untuk membuat lubang-lubang tanam. Deretan bibit bambu petung berwarna kekuningan siap ditanam di kawasan hutan untuk menambah kemampuannya menyerap cadangan air. Bambu juga terlihat sudah ada yang tumbuh subur di dalam kawasan hutan.

Bibit bambu yang disiapkan tahun ini sekitar 3000 bibit bambu dan pohon-pohon lainnya. Bibit bambu disumbang Yayasan Bambu Lestari (YBL) yang mengkampanyekan bambu sebagai solusi lingkungan dan ekonomi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan. YBL bekerjasama dengan masyarakat setempat mengelola tiga buah fasilitas pembibitan bambu di Kintamani, yaitu di kawasan Pura Jati, Tabu dan Alengkong.

Bambu dinilai mampu tumbuh di lahan yang rusak, jaringan akarnya mampu menstabilkan tanah miring sehingga mencegah longsor dan erosi, dua masalah yang kerap menimpa DAS. “Satu rumpun bambu mampu menyimpan hingga 5000 liter air per tahun,” sebut Wiwin Windarti, Manajer YBL.

Pada musim hujan, rumpun bambu menyerap dan menyimpan air di akar rimpang, batang, serta tanah di sekitarnya. Saat musim kemarau, simpanan air itu dilepaskan kembali ke tanah. Selain di DAS Ayung, YBL juga sedang mempersiapkan program penanaman bambu di delapan DAS di Jawa.

Bambu juga diyakini memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga bisa dipanen secara berkelanjutan. Saat ini telah diidentifikasi sekitar 1500 penggunaan komersial untuk bambu.

perlu dibaca : Pande Ketut Diah Kencana, Peneliti Bambu Tabah untuk Konservasi dan Olahan Pangan

 

Kelompok Tani Hutan menanam bambu sumbangan Yayasan Bambu Lestari di Bukit Peninjauan, Kintamani. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Made Warta Kepala Unit KPH Bali Timur mengatakan dari lebih dari 20 ribu hektare hutan lindung dan produksi terbatas, jumlah lahan kritis sekitar 1400 hektare. Sebanyak 1100 hektare ada di dalam kawasan, dan sisanya di luar.

“Manusia memerlukan oksigen dari tiga pohon. Dulu dikasih bibit buah tapi tak dijaga,” sebutnya. Selanjutnya direncanakan pelepasan rusa gunung di areal sekitar 5 hektar. Warta mengatakan penangkaran rusa ini ini permintaan warga karena ada kebutuhan untuk upacara agama.

Warta menyebut di kawasannya ada 26 kelompok tani hutan dengan sembilan hutan desa, dan satu hutan adat Tenganan Pegringsingan di Karangasem. Desa yang sedang memohon hutan adat adalah desa adat Demulih, Terunyan, Bayunggede, dan Bukih. Bangli sudah memiliki hutan bambu di Penglipuran yang dilindungi desa adat.

KPH Bali Timur sebagai unit terkecil pengelolaan kawasan hutan mengampu sekitar 20.884,19 hektare yang tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Bangli dan Karangasem. Jumlah bibit yang sudah diadakan sebanyak 420.000 pohon dengan sumber pembiayaan dari APBN 2020 melalui KLHK.

Bibit terbanyak jenis Albasia 308.000 pohon, Gamelina 38.000 pohon, Ampupu 17.000 pohon, Alpukat 36.000 pohon, Nangka 21.000 pohon, Mahoni 10.000 pohon, Mente 6.000 pohon, Kanjiman 2.000, dan Durian 500 pohon.

 

Exit mobile version