Mongabay.co.id

Nibung, Pohon Multifungsi Simbol Semangat dan Persaudaraan yang Makin Hilang

 

Batangnya lurus tinggi menjulang tidak bercabang seperti kelapa. Antara satu pohon dengan lainnya tingginya berkisar 9-25 meter. Diameter batangnya kisaran 38-40 cm. Bentuk daunnya tersusun menyirip tunggal (pinnatus) yang kesannya dekoratif, dengan tipe daun majemuk dan bertulang daun sejajar.

Saat muda, warna daunnya hijau muda kekuningan yang berubah menjadi hijau tua. Sementara warna pelepah daun hijau kecoklatan, warna pucuk hijau kekuningan. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam.

Itulah penggambaran pohon nibung (Oncosperma tigillarium) dengan karakteristik batang yang khas dengan tekstur yang kuat, kokoh dan tahan rayap. Batang pohon nibung menyerupai susunan lidi berwarna coklat tua, dilapisi oleh kulit batang berwarna abu-abu yang dipenuhi oleh duri-duri tajam.

baca : Kala Warga Sungai Nibung Nikmati Manfaat dari Menjaga Hutan Mangrove

 

Rumpun pohon nibung (Oncosperma tigillarium) yang bisa mencapai ketinggian 9-25 meter di Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Nibung berkembangbiak secara vegetatif melalui tunas dan secara generatif melalui biji yang bercambah. Pohon nibung merupakan tanaman sejenis palma yang tumbuh di Asia Tenggara dan di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya di Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Di kabupaten berjuluk kota Trubuk ini, pohon nibung banyak dimanfaatkan nelayan sebagai bahan pembuatan pondok untuk penjemuran udang rebon. Nelayan juga memanfaatkan batang nibung untuk keperluan perikanan seperti renovasi bagan, sarip dan kilung. Selain itu, di daerah pasang surut, nibung diperjualbelikan sebagai bahan bangunan dan tiang rumah di lahan gambut. Pohon nibung juga dianggap sebagai simbol semangat dan persaudaraan masyarakat.

baca juga : Berkenalan Dengan  Siwalan, Tanaman Serbaguna

 

Nibung merupakan jenis pohon palma yang khas yaitu bertipe daun majemuk dengan tulang daun sejajar bersirip tunggal (pinnatus) yang kesannya dekoratif. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Tumbuh Alami

Umumnya pohon nibung tumbuh secara alami dan berumpun seperti bambu (Bambusoideae). Anakannya bisa muncul dengan rapat, membentuk kumpulan sampai 50 batang. Berdasarkan Permenhut No.P.35/2007, pohon nibung merupakan jenis pohon Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), termasuk palem yang dimanfaatkan batangnya. Selain batang, daun nibung juga dimanfaatkan warga untuk membuat atap rumah dan anyaman keranjang.

Bunga pohon ini bisa juga digunakan sebagai bahan untuk mengharumkan beras, sementara umbut dan kuncup bunga bisa dimanfaatkan sebagai sayur. Buahnya biasa dijadikan teman makan sirih seperti halnya pinang. Sedangkan durinya bisa dipakai untuk paku bangunan sesaji ketika upacara adat.

Batang ataupun daun pohon nibung ini mempunyai daya tahan yang lama, dan tidak mudah lapuk meskipun terendam dalam air payau.

menarik dibaca : Balase, Anyaman Daun Kelapa Pengganti Kantong Plastik

 

Diameter batang pohon nibung berkisar 38-40 cm. Pohon jenis palem ini merupakan jenis pohon Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dimanfaatkan batangnya. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Hampir semua bagian nibung bisa dimanfaatkan mulai dari batang, buah hingga daunnya. Nibung tumbuh pada daerah pinggiran sungai mendekati muara, berasosiasi dengan beberapa tumbuhan mangrove yang tumbuh pada kondisi tanah yang sangat lembab dengan pH rata-rata 5,9.

Akmal Giant Fernando, dkk, dalam penelitiannya tentang “Keawetan Alami Batang Nibung (Oncosperma tigillarium) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)” menjelaskan secara keseluruhan batang nibung tidak tahan terhadap rayap tanah dan tergolong dalam kelas ketahanan IV dengan nilai penurunan 15,37% berdasarkan SNI 01-7206-2006.

Keawetan paling baik dari batang nibung, jelasnya, ada di bagian kulit yang terdapat dipangkal batang. Sementara bagian yang keawetannya paling buruk terdapat dibagian empelur yang terdapat diujung batang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, dia menyarankan, jika batang nibung ini ingin digunakan, bagian kulit nibung tidak perlu dibuang. Dan sebaiknya bagian ujung dari batang nibung tidak perlu digunakan, karena bagian ujung ini tidak tahan. Penelitian berkelanjutan yang bertujuan untuk mengetahui sifat kimia apa yang terkandung di batang nibung juga diperlukan.

baca juga : Jejak Nyuh, Pohon Kehidupan di Pesisir Bali Timur

 

Di daerah pasang surut pohon nibung diperjualbelikan sebagai bahan bangunan dan tiang rumah di lahan gambut. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Ancaman

Sebagai negara megabiodiversitas di dunia Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Meski begitu tingkat kerusakan hutan karena penebangan, pembakaran hutan, perambahan dan juga alih fungsi hutan selama beberapa dasarwasa terakhir telah menyebabkan ekosistem, hilangnya habitat, serta penurunan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.

Salah satu jenis tumbuhan yang terkena dampak dari kegiatan penebangan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan hutan yaitu pohon nibung. Selain itu, ketersediaan nibung di alam cenderung semakin berkurang dikarenakan aktivitas pemanfaatan yang berlebihan, hal ini juga tidak diimbangi dengan adanya kegiatan pembudidayaan.

perlu dibaca : Pohon Ini Dijuluki “Pohon Kematian”

 

Warga bergotong royong membawa pohon nibung di Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pohon nibung juga dianggap sebagai simbol semangat dan persaudaraan masyarakat. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Penelitian Ari Nurlia, dkk, berkenaan dengan “Pola Pemanfaatan dan Pemasaran Nibung di Sekitar Kawasan Taman Nasional Sembilang Provinsi Sumatra Selatan” menjelaskan di beberapa hulu sungai di wilayah Taman Nasional Sembilang, tegakan nibung di alam bahkan hanya terlihat sisa-sisa tunggakannya saja (BTNS, 2008). Dengan semakin berkurangnya nibung di alam tersebut dikhawatirkan eksploitasi nibung akan mulai memasuki kawasan hutan.

Untuk mencegah semakin menurunnya potensi dan eksploitasi nibung ke dalam kawasan hutan, menurut Ari, diperlukan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang konservasi yang ikut melibatkan masyarakat untuk melakukan kegiatan pembudidayaan nibung.

Selain itu, sarannya, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk menemukan substitusi nibung agar tidak terjadi over eksploitasi dan alih profesi masyarakat nelayan.

 

Nelayan di Desa Prapat Tunggal, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau menggunakan batang pohon nibung sebagai alas untuk menjemur udang rebon. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version