Mongabay.co.id

Mengapa Beruang Madu Disebut juga Beruang Matahari?

 

 

Ada sebuah serial kartun yang sering diputar di stasiun televisi di Indonesia, “Winnie the Pooh” judulnya. Serial ini mengangkat tokoh utama seekor beruang kecil yang menggemaskan dan sangat menyukai madu.

Sahabat terdekat Pooh adalah Piglet si babi kecil. Teman-temannya yang lain adalah Tiger si macan, Rabbit si kelinci, Kanga si kanguru, dan Eeyore si keledai. Satu-satunya temannya yang berwujud manusia adalah Robin. Menariknya hampir semua karakter fiksi karya A.A Milne itu berada di hutan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, beruang yang kita kenal adalah beruang madu [Helarctos malayanus]. Beruang ini juga disebut beruang matahari atau sun bear karena adanya corak putih pada bagian dada yang terlihat seperti matahari.

Beruang madu merupakan satwa identitas Bengkulu, sebagai logo dan maskot pada Pekan Olahraga Wilayah [Perwil] X Sumatera. Dilansir dari kemenpora.go.id, peresmiannya dilakukan pada Jumat [23/3/2019], di Sekretariat Porwil X 2019, Jalan Soekarno Hatta, Bengkulu. Julukannya ‘Dang Du’

Sementara Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadikan satwa liar dilindungi ini sebagai maskotnya.

Baca: Satwa Langka di Ibu Kota Baru Indonesia

 

Beruang madu yang dinamakan juga beruang matahari. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Habitat hutan

Berdasarkan penelitian Khohirul Hidayah dan Fahma Wijayanti yang dimuat di Jurnal Biologi Al Kauniyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, berjudul “Kelimpahan Beruang Madu [Helarctos malayanus Raffles, 1821] di Beberapa Habitat di Kawasan Taman Kerinci Seblat, Sumatera [2019]” diketahui di wilayah hutan konservasi tersebut merupakan habitat utama beruang madu di Sumatera.

Penelitian ini dilakukan di 4 lokasi berbeda, yaitu Tandai-Talao, Gunung Tujuh, Ladeh Panjang, dan Pungut.

“Pengamatan dilakukan pada jam 08.00–16.00 WIB pada setiap transek. Lokasi riset memiliki variasi tipe habitat dan tipe hutan berbeda,” tulis Khohirul Hidayah dan Fahma Wijayanti.

Tandai-Talao memiliki habitat perbukitan dan sub-pegunungan dengan ketinggian antara 600–1.000 mdpl. Pada arah utara kawasan berbatasan langsung dengan perkebunan sawit yang dikelola PT. SJAL dan TKA. Secara keseluruhan, tipe hutan di Tandai-Talao merupakan hutan sekunder yang relatif terbuka, memiliki tutupan tajuk jarang dan tegakan pohon berukuran relatif kecil.

Gunung Tujuh memiliki tipe habitat perbukitan, sub-pegunungan dan pegunungan dengan ketinggian antara 700–2.500 mdpl. Secara keseluruhan, tipe hutan di Gunung Tujuh merupakan hutan sekunder yang relatif masih bagus dengan tutupan tajuk rapat.

Ladeh Panjang memiliki tipe habitat sub-pegunungan dan pegunungan dengan ketinggian antara 1.100–2.400 mdpl. Kondisi yang cukup khas dari kawasan ini adalah adanya hamparan padang rumput datar dan cukup luas yang dinamakan rawa Ladeh Panjang, serta terdapat pula dua danau.

Secara keseluruhan, tipe hutan di Ladeh Panjang merupakan hutan primer, hal ini terlihat dari intensitas kerusakan hutan yang relatif kecil.

Sementara Pungut, memiliki tipe habitat sub-pegunungan dan pegunungan dengan ketinggian antara 1.000–1.800 mdpl. Secara keseluruhan tipe hutannya hutan sekunder.

“Dari hasil analisis tanda keberadaan beruang madu di seluruh lokasi penelitian, diketahui bahwa kelimpahan relatif beruang madu tertinggi berada di Ladeh Panjang. Nilainya sebesar 5,7%, sedangkan paling sedikit di Gunung Tujuh sebesar 2,8%,” tulis penelitian tersebut.

Baca: Usia Baru Setahun, Shasha Kehilangan Kaki Akibat Jerat

 

Beruang madu yang senang mencari madu lebah di hutan. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Paling kecil

Beruang madu yang berasal dari keluarga Ursidae, merupakan spesies paling kecil di antara beruang lain yang ada di dunia.

Panjang tubuhnya sekitar 1 – 1.4 meter dengan tinggi punggung mencapai 70 cm. Beratnya berkisar 50-65 kilogram. Hidungnya relatif lebar dan tidak terlalu moncong, sementara lidahnya panjang.

Satwa ini memiliki cakar sangat tajam. Terdiri dari kuku panjang pada keempat lengannya, digunakan untuk mempermudah mencari makan. Tenaganya juga sangat kuat.

Beruang madu adalah binatang pemakan segala makanan [omnivora] di hutan. Kegemarannya mencari madu. Ia akan menggunakan cakarnya untuk “merobek” sarang lebah agar mendapatkan madu dan larva lebah tersebut.

Beruang madu juga memakan buah, biji yang berada dalam buah tersebut ditelan secara utuh sehingga akan dikeluarkan kembali saat ia mengeluarkan kotoran. Hal ini juga membuat beruang madu berperan penting dalam penyebaran biji tumbuhan di hutan.

Mereka biasanya berada di pepohonan pada ketinggian kurang lebih 2 – 7 meter dari permukaan tanah. Membuat sarang dari dahan-dahan kecil yang dikumpulkan untuk tidur, hal yang mirip dilakukan orangutan, namun sarangnya kurang tersusun rapi dan dekat batang pohon.

Kebiasaannya adalah mematahkan cabang-cabang pohon ataupun membuat cabang pohon melengkung.

“Pada lokasi penelitian ditemukan beberapa gangguan yang dapat mempengaruhi kelimpahan beruang. Banyak dijumpai akses masuk ke lokasi penelitian berupa jalan setapak yang cukup sering dilalui manusia, sehingga memiliki potensi terjadinya berbagai macam kegiatan ilegal yang dilakukan oleh manusia. Kegiatan ilegal ini adalah perburuan, penebangan liar, dan perambahan hutan,” tulis Khohirul Hidayah dan Fahma Wijayanti.

Pada pertengahan 2019 lalu, beruang madu menjadi sorotan media di Bengkulu. Sebabnya, seekor anak beruang madu betina terkena jerat pemburu. Seluruh jari kaki kanannya harus diamputasi oleh tim dokter BKSDA Bengkulu, akibat luka membusuk.

Kejadian itu berawal, ketika kaki kanan depannya terkait jerat babi di kebun liar kawasan Hutan Produksi Terbatas [HPT] Bukit Padas, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu,

Baca juga: Sampai Kapan Jerat Pemburu Melukai Satwa Liar Dilindungi?

 

Sepasang beruang madu bermain di atas pohon. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Sebaran

Sebaran beruang madu sangat luas, mulai Indonesia di Sumatera dan Kalimantan lalu, Malaysia, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Bangladesh dan ujung timur India.

Berdasarkan CITES [Convention on International Trade in Endangered Species], beruang madu dimasukkan dalam Appendix I sejak 1979 yang berarti tidak diperbolehkan diburu. Sejak 1994, statusnya dikategorikan Rentan [Vulnerable/VU] yang menunjukkan statusnya menghadapi tiga langkah menuju kepunahan di alam liar.

Di Indonesia, beruang madu merupakan jenis dilindungi merupakan satwa liar dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

 

 

Exit mobile version