Mongabay.co.id

Udang Indonesia di Lingkaran Kuantitas, Kualitas, dan Keberlanjutan Lingkungan

Biota laut seperti udang, kepiting dan ikan kembali datang setelah mangrove kembali tumbuh.Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Program percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dampak dari COVID-19 dilakukan Pemerintah Indonesia dalam berbagai upaya dengan melibatkan seluruh sektor. Kegiatan tersebut, salah satunya berjalan pada subsektor perikanan budi daya dengan komoditas udang.

Sebagai salah satu komoditas unggulan nasional, udang selalu menjadi pilihan untuk bisa dilibatkan dalam upaya peningkatan pendapatan negara. Termasuk, untuk menggapai target kenaikan produksi hingga 250 persen pada 2024 mendatang.

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) Slamet Soebjakto menjelaskan, peningkatan produksi udang nasional saat ini sedang digalakkan karena ingin menumbuhkan iklim investasi yang baik.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, program yang dilaksanakan adalah melakukan rehabilitasi saluran irigasi tambak melalui saluran irigasi tersier. Program tersebut yaitu memperbaiki jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier.

“Itu terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, saluran pembuang, dan bangunan pelengkapnya,” ungkap Slamet belum lama ini di Jakarta.

baca : Prinsip Keberlanjutan Diterapkan pada Pengembangan Tambak Udang Dipasena

 

KKP melaksanakan program pengelolaan irigasi tambak partisipatif (PITAP) yaitu program rehabilitasi saluran irigasi dan tambak yang ada di masyarakat untuk peningkatan produksi perikanan budi daya, salah satunya udang. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP

 

Pelaksanaan pengelolaan irigasi tambak partisipatif (PITAP) terus dilakukan KKP, karena di antara visi Pemerintah Indonesia saat ini adalah bagaimana bisa mewujudkan program rehabilitasi saluran irigasi dan tambak yang ada di masyarakat.

Tanpa ragu, Slamet bahkan menyebut kalau program tersebut yang sudah diilaksanakan pada tahun sebelumnya banyak yang mendapatkan hasil bagus. Laporan tersebut berasal dari para penerima bantuan dan kemudian memberikan timbal balik kepada Pemerintah.

Keberhasilan itu, di antaranya adalah karena program pengelolaan tambak berhasil memicu meningkatnya volume dan kualitas air yang baik ke dalam tambak. Kemudian, juga menumbuhkan antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi, sehingga menyerap banyak tenaga kerja.

baca juga : Bagaimana Cara Manfaatkan Tambak Udang Non Aktif?

 

KKP melaksanakan program pengelolaan irigasi tambak partisipatif (PITAP) yaitu program rehabilitasi saluran irigasi dan tambak yang ada di masyarakat untuk peningkatan produksi perikanan budi daya. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP

 

Generasi Muda

Selain melalui program pengelolaan tambak partisipatif, upaya peningkatkan produksi udang secara nasional juga dilakukan dengan memanfaatkan teknologi melalui keterlibatan generasi muda di dalamnya. Program tersebut adalah millenial shrimp farming (MSF) atau tambak milenial.

Menurut Slamet Soebjakto, kehadiran MSF yang mengadopsi teknologi terkini, diharapkan bisa menarik minat generasi muda untuk ikut membangun industri udang secara nasional. Dia menjamin bahwa program MSF juga akan terus berlanjut sampai generasi yang akan datang.

Sebagai salah satu program unggulan yang dijalankan KKP, MSF memang dilaksanakan untuk menggalakkan kegiatan budi daya udang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Agar program tersebut dikenal, pembangungan instalasi MSF sebagai percontohan sudah dibangun Jepara (Jawa Tengah) dan Situbondo (Jawa Timur).

Kepala Balai Perikanan Budi daya Air Payau (BPBAP) Situbondo Nono Hartanto kemudian menerangkan tentang MSF yang sedang berjalan sekarang. Menurut dia, MSF memiliki keunggulan melalui konstruksi tambak yang berbentuk bundar.

Dengan konstruksi seperti itu, maka kotoran udang, sisa pakan, ataupun sisa pergantian kulit (molting) bisa terkumpul dengan mudah. Hal itu bisa terjadi, karena tidak ada lagi titik yang mati di dalam tambak, sehingga tidak tertahan dalam satu titik.

perlu dibaca : Masyarakat Merdeka Tolak Pembangunan Tambak Udang di Lembata. Apa Alasannya?

 

Program KKP berupa millenial shrimp farming (MSF) atau tambak udang milenial untuk melibatkan generasi muda. Konstruksi tambak program MSF ini berbentuk bundar. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP

 

Keunggulan tersebut akan memicu meningkatkan kelulushidupan (survival rate/SR) dari udang dan itu akan memicu produksi lebih banyak, juga berkualitas. Jika sisa pakan dan kotoran tidak segera diatasi, maka sumber penyakit akan segera muncul dan bisa menurunkan kualitas air di dalam tambak.

Nono Hartanto mengungkapkan, pemanfaatan teknologi dalam MSF memberikan kemudahan bagi pembudi daya ikan yang melaksanakannya. Program digitalisasi tersebut bisa mempercepat pengambilan keputusan untuk perbaikan tambak, karena datanya disajikan secara terkini.

“Sehingga dapat meminimalisir kerugian yang bisa terjadi, seperti akibat serangan penyakit (pada udang),” jelas dia.

Manfaat lain dari sistem digital yang diciptakan untuk pengelolaan tambak udang melalui MSF, adalah otomatisasi kegiatan pemberian pakan yang bisa dikendalikan penuh melalui ruang kendali ataupun gawai oleh pembudidaya melalui mesin pemberi pakan.

Terpisah, Koordinator Tambak Milenial dai BPBAP Jepara Wendy Tri Prabowo menambahkan bahwa teknologi yang digunakan dalam MSF adalah mengadopsi fitur Oxy-Mix Fine Bubble, yaitu memproduksi oksigen dari dua sumber yang ada.

Keduanya adalah udara bebas, dan oksigen cair yang akan menghasilkan oksigen dalam bentuk nano bubbles dan mikro bubbles yang berfungsi untuk menjaga kadar oksigen yang ada di dalam air tambak. Teknologi tersebut, diyakini bisa meningkatkan kualitas produksi dan mencegah penyakit.

baca juga : Microbubble: Teknologi Baru Ramah Lingkungan untuk Budidaya Udang

 

Tambak udang milenial dengan teknologi Oxy-Mix Fine Bubble, yaitu memproduksi oksigen dari dua sumber yang ada untuk mendukung produktivitas udang. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP

 

Dengan kata lain, dia meyakini bahwa operasional tambak bisa menjadi lebih mudah untuk dikendalikan oleh pemilik tambak ataupun pembudidaya ikan yang terlibat. Jika itu bisa terjadi, maka produksi udang bisa semakin optimal melalui padat tebar, tanpa harus khawatir dengan resiko penyakit dan kualitas air.

“Melalui teknologi juga kita memiliki data yang lengkap untuk dapat dipaparkan ke masyarakat mengenai kualitas air yang masuk hingga keluar, sehingga akan terlihat bagaimana kegiatan budi daya udang yang kita lakukan ramah lingkungan,” ucapnya.

 

Tantangan Sama

Di sisi lain, walau ada keunggulan yang tidak dimilik dengan metode konvensional, MSF tetap memiliki tantangan yang harus dihadapi para pengadopsinya. Tantangan yang dimaksud, adalah penurunan kualitas sumber baku air, dan ancaman penyakit.

Namun, meski ancaman tersebut tidak jauh berbeda dengan budi daya udang konvensional, itu semua masih bisa diantisipasi jika kelestarian dan kualitas lingkungan tetap dijaga di dalam dan sekitar area tambak.

“Sumber daya akan terus melimpah untuk dapat kita gunakan sebagai sumber bahan baku terbaik dalam usaha budi daya udang yang berkelanjutan,” pungkas Wendy.

baca juga : Aplikasi Teknologi Ini untuk Genjot Produktivitas Perikanan Budi Daya

 

Seorang pembudidaya melempar jaring pada tambak udang milenial. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP

 

Selain MSF, pelibatan teknologi juga dilakukan melalui Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (SIPETAK) yang dikembangkan oleh Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros, Sulawesi Selatan. Sistem tersebut juga diyakini bisa mempermudah pengelolaan tambak untuk udang.

Sekretaris Badan Riset Sumber daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) KKP Kusdiantoro menjelaskan bahwa program tersebut bisa membantu para pembudidaya untuk medapatkan informasi petakan tambak dan informasi jaringan saluran tambak, serta sungai, dalam upaya mengelola revitalisasi dan manajemen kualitas air.

Kepala BRPBAPPP Maros Indra Jaya memaparkan, SIPETAK merupakan sebuah sistem informasi pengelolaan tambak dalam bentuk aplikasi Prototipe Teknologi WebGIS yang menjadi pengembangan sistem informasi geografis (SIG atau GIS) yang berbasis internet.

Inovasi ini tercipta sejak 2018, oleh Peneliti Sumber daya Lahan dan Lingkungan Budi daya BRPBAPPP Maros Tarunamulia dan tim. Inovasi ini bertujuan untuk mempermudah visualisasi dan interpretasi untuk menjamin efektivitas penetapan kebijakan pengelolaan dan pengembangan budidaya tambak.

Walau program peningkatan produksi udang dilakukan dengan melibatkan banyak sumber daya, KKP tetap memastikan bahwa pelaksanaan produksi udang di tambak akan memperhatikan prinsip keberlanjutan, untuk memastikan kelestarian lingkungan di sekitar tetap terjaga.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bahkan selalu berkampanye tentang prinsip keberlanjutan dalam setiap pidatonya. Dia selalu meminta produksi dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan.

 

 

Keterangan foto utama : Ilustrasi. Udang yang ditangkap dari hutan mangrove. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version