Mongabay.co.id

Serunya Evakuasi Lumba-Lumba Terdampar di Maros

 

Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan bersama tim Animal Rescue, Pemadam Kebakaran Kabupaten Maros serta tim Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, melakukan evakuasi seekor lumba-lumba yang terdampar di tambak warga, di Desa Marannu, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Jumat (30/4/2021).

Lumba-lumba yang terdampar memiliki panjang sekitar dua meter dan diduga kejadian tersebut terjadi ketika air laut sedang pasang subuh hari, Kamis (29/4/2021).

Kejadian tersebut berawal dari laporan seorang kader konservasi bernama Asri, tentang adanya lumba-lumba yang terjebak di tambak milik seorang warga bernama I Tunru atau Abdul Haris (28).

“Jarak empang ke laut cukup jauh yakni sekitar lima kilometer. Oleh karena itu, agak mencengangkan apabila ada lumba-lumba masuk ke empang. Kemungkinan lumba-lumba ini melompat ke empang dari aliran sungai yang berada tepat di samping empang pada saat air laut pasang,” jelas I Tunru.

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan lumba-lumba oleh tim WRU BBKSDA dan BPSPL Makassar, tim rescue gabungan di lokasi kejadian memutuskan, evakuasi lumba-lumba ke laut dilakukan pada Jumat pagi (30/4). Lokasi pelepasan dilakukan di laut yang berjarak 7 km dari lokasi empang tempat terdamparnya lumba-lumba.

baca : Terganjal Izin dan Atraksi, Tujuh Lumba-lumba Direlokasi dari Keramba ke Kolam

 

Aksi evakuasi lumba-lumba yang terdampar ditambak warga di Kabupaten Maros. Lumba-lumba berhasil dievakuasi dan dilepasliarkan di lautan lepas. Foto : BBKSDA Sulsel

 

Aksi evakuasi ini agak sulit dilakukan karena banyaknya warga yang berkerumun sekitar lokasi. Berkali-kali tim mencoba menggiring lumba-lumba tersebut ke dalam tandu khusus, namun selalu gagal. Tim juga diingatkan tidak memaksa ikan tersebut masuk ke dalam tandu agar tidak menimbulkan luka.

Keseruan terjadi ketika anggota tim mencoba membujuk dengan kata-kata agar lumba-lumba tersebut membalikkan tubuh agar mudah dimasukkan dalam tandu, dan lumba-lumba itu menurut, meski kemudian lepas lagi dan berenang ke tepi tambak.

Setelah sekitar 20 menit digiring dan dibujuk, lumba-lumba akhirnya bisa masuk ke dalam tandu. Secara hati-hati kemudian diangkat ke sebuah perahu yang berada di sungai, tak jauh tambak tersebut. Perahu ini kemudian menuju lautan lepas yang berjarak sekitar 7 km dari lokasi tambak tersebut.

Menurut Rizal, staf fungsional pengelola ekosistem laut dan pesisir (PELP) BPSPL Makassar, yang merupakan koordinator evakuasi, lumba-lumba yang ditemukan tersebut adalah jenis lumba-lumba Gigi Kasar (Steno bredanensis) dan tergolong masih muda. Ditemukan banyak goresan di tubuh ikan.

Lumba-lumba jenis ini diketahui memiliki panjang badan sekitar 2,8 m dengan bobot bisa mencapai 150 kg. Memiliki tubuh yang tegak, kuat dan bulat dengan kepala berbentuk corong, namun tak ada perbedaan yang jelas antara melon dan moncong. Berwarna abu-abu gelap dengan pola yang sempit dan memanjang kemudian membesar ke arah samping bawah sirip dorsal.

Biasanya permukaan tubuhnya dipenuhi dengan goresan dan bintik-bintik putih yang disebabkan oleh gigitan hiu dan sesama jenis spesies ini.

Rizal menjelaskan bahwa evakuasi lumba-lumba tersebut harus dilakukan dengan hati-hati sehingga kemudian digunakan tandu yang dimodifikasi secara khusus untuk menghindari luka.

“Memang kami sempat kesulitan karena lumba-lumbanya sangat aktif. Namun kami senang juga karena itu menandakan bahwa lumba-lumba itu masih sehat dan setelah kami melakukan beberapa treament akhirnya lumba-lumba koperatif dimasukkan ke dalam tandu,” tambahnya.

baca juga : Lumba-lumba Risso Terdampar di Jembrana, Bagaimana Nasibnya?

 

Dengan susah payah menggunakan tandu khusus, lumba-lumba bisa diangkut ke atas perahu. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Menurut Rizal, di lokasi tersebut memang diidentifikasi terdapat beberapa jenis lumba-lumba dan biasanya hidup secara bergerombol. Penyebab lumba-lumba tersebut terdampar ke dalam tambak bisa terjadi karena beberapa sebab.

“Bisa karena disorientasi atau karena sedang berburu makanan yang masuk ke daerah sungai lalu kemudian masuk ke tambak warga.”

Rizal sendiri belum bisa memastikan adanya faktor gangguan habitat sebagai penyebab lumba-lumba tersebut mengarah ke sungai.

“Kalau indikasi adanya gangguan habitat kita belum tahu, karena kejadian seperti ini beberapa kali terjadi, namun di lokasi berbeda. Pada 2014 lalu kami sempat menangani kasus sama dan jenis sama, di Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Kejadian terdampar itu bisa dibilang suatu hal yang lumrah terjadi,” tambahnya.

Terkait aksi evakuasi ini, Thomas Nifinluri, Kepala BBKSDA Sulawesi Selatan menyampaikan terima kasih kepada semua tim yang terlibat dalam penyelamatan.

“Terima kasih atas respon cepat dan kerja sama semua tim rescue satwa di Makassar. Tim WRU, Tim Animal Rescue Damkar Maros dan BPSPL sehingga satwa lumba-lumba yang tersesat di Empang warga bisa kembali laut dengan selamat,” ungkap Thomas.

Dikatakan Thomas, lumba-lumba merupakan migratory species, hampir ditemukan di seluruh perairan di dunia. Indonesia merupakan wilayah migrasi dari biota ini yaitu dari Samudera Pasifik dan Samudra Hindia melalui dari Selat Sunda sampai dengan Paparan Sahul.

“Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan Permen LHK No. 106 tahun 2018 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, semua jenis lumba-lumba air laut dilindungi.”

perlu dibaca : Paus Mati dan Lumba-lumba Luka Terdampar di Perairan Natuna, Apa Penyebabnya?

 

Aksi evakuasi lumba-lumba yang terdampar ditambak warga di Kabupaten Maros. Lumba-lumba berhasil dievakuasi dan dilepasliarkan di lautan lepas. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

Kronologi penemuan

Terkait kronologi penemuan ikan lumba-lumba ini, I Tunru bercerita, Kamis pagi (29/4/2021) sekitar pukul 7, ia bersama anaknya, seperti biasa, datang ke tambak miliknya, yang kebetulan dekat dengan aliran sungai. Mereka melihat benda hitam mengapung di dalam tambak seluas sekitar 5 are. Ia sempat berdebat dengan anaknya perihal benda hitam yang mengapung tersebut.

“Anak saya berpikir itu ban, tapi saya ragu karena bergerak dan mengeluarkan suara. Saya sempat takut juga karena bergerak ke sana kemari.”

Setelah lama mengamati, bersama salah seorang warga lainnya, mereka pun menyimpulkan kalau itu ikan lumba-lumba. I Tunru mengaku sangat senang karena itu pertama kalinya melihat langsung lumba-lumba.

Menurutnya, sepanjang hidupnya ia memang baru pertama kali melihat secara dekat lumba-lumba, begitupun sebagian besar warga. Biasanya melihat di TV. Mereka memang kadang melihat di laut, namun hanya dari kejauhan.

“Mertua saya yang umurnya 80 tahun mengaku baru pertama kali melihat lumba-lumba padahal ia sudah sekitar 60 tahun sebagai petambak. Sebagian besar warga juga bilang begitu, sehingga mereka senang sekali, apalagi bisa menyentuhnya,” katanya.

Sangkala (45), salah seorang warga lainnya mengakui sehari sebelumnya, tak jauh dari lokasi tesebut, ada juga warga menemukan lumba-lumba dengan ekor terlilit tali plastik. Warga tersebut sempat hendak membawa pulang lumba-lumba tersebut untuk dikonsumsi, namun kemudian diingatkan oleh warga lain agar dilepas saja karena termasuk satwa yang dilindungi.

“Lumba-lumba sudah dimasukkan ke perahu untuk dibawa pulang karena dianggap juku kanja (ikan kakap), bahkan sudah diikat, namun kami larang dan suruh dilepas saja.”

baca juga : IUCN Red List : 31 Jenis Satwa Punah dan Semua Lumba-lumba Air Tawar Terancam Punah

 

I Tunru atau Haris, warga yang pertama kali menemukan lumba-lumba tersebut merasa takjub karena pertama kali bisa melihat dan menyentuh lumba-lumba, seperti halnya warga desa lain. Ia merasa senang bisa membantu penyelamatan lumba-lumba tersebut. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

 

I Tunru mengakui sempat bingung tindakan apa yang akan dilakukan atas lumba-lumba tersebut. Ada yang sempat menyarankan menjualnya ke tempat wisata, namun ia takut karena mengetahui lumba-lumba sebagai satwa langka yang dilindungi secara hukum.

Camat setempat juga menyarankan agar lumba-lumba tersebut langsung dilepas di sungai, namun saran itu ditolak I Tunru.

“Kemarin Pak Camat mau angkat namun saya larang karena airnya mulai surut, mau dikasih pindah langsung ke laut. Takut terjadi apa-apa,” katanya.

Untungnya ada salah seorang warga yang merupakan kader konservasi, bernama Asri, yang kemudian berinisiatif menghubungi pihak BKSDA Sulsel melaporkan kejadian tersebut.

Setelah mendapat laporan tersebut, tim penyelamatan mulai datang ke lokasi. Upaya penyelamatan sulit dilakukan apalagi kemudian hari menjelang malam. Tim kemudian menunda penyelamatan tersebut hingga keesokan harinya.

 

Exit mobile version