Mongabay.co.id

Cerita Pahit Manis Pengepul Tongkol dari “Uang Macet” Hingga Kendala Pengiriman

 

Malam itu, suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kranji, Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, nampak ramai dengan aktivitas para buruh angkut ikan. Mereka terlihat lalu lalang menyeret keranjang krat container berisikan ikan tongkol dari tempat penimbangan menuju ke box ikan yang sudah tertata dipinggiran, lokasi dimana biasanya digunakan untuk bongkar muat ikan.

Di lokasi bongkar muat itu para pekerja lain sudah menunggu, peran mereka adalah untuk memindahkan ikan dengan nama latin Euthynnus affinis ini ke dalam box. Dengan menggunakan es, ikan kemudian dimasukkan ke dalam box, sebelum akhirnya box-box itu dinaikkan ke truk atau pick up untuk dikirim ke luar kota.

“Pengiriman tongkol ini kalau pabrik itu ke Pasuruan, Muncar-Banyuwangi, atau Bali. Sementara untuk yang permintaan pasar itu ke Probolinggo atau Jepara,” ujar Lukman Hakim, pengepul setempat disela memantau para pekerjanya memindahkan ikan itu, Rabu (28/04/2021).

baca : Tangkapan Ikan Tongkol Melimpah, Harga Turun di Lamongan

 

Seorang pengepul berdiri diantara keranjang krat container berisikan ikan tongkol di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kranji, Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pria 37 tahun ini mengatakan, untuk pengiriman ini dibagi menjadi dua klaster antara pabrik dan pasar. Jumlah pengiriman juga bervariasi. Saat musimnya dalam sehari dia bisa melakukan pengiriman sampai ratusan ton.

Karena ikan tongkol ini merupakan ikan musiman, pada bulan April di tahun ini pengiriman sudah mulai menurun. Dalam sehari itu hanya mengirim satu pick up atau sekitar 1-2 ton. Beda halnya ketika musimnya.

 

Tergantung Nelayan

Sebagai pengepul Hakim mengaku adanya ikan tongkol ini tergantung pada nelayan. Jika setiap hari nelayan dapat, dia bisa mengirim ikan tongkol setiap hari. Dia bilang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya belakangan ini pengiriman semakin menurun. Sebab ditingkat nelayan saat penangkapan mengalami berbagai kendala. Salah satunya seperti perubahan cuaca. Akibatnya, tangkapan ikan mengalami kemerosotan.

Hanya untuk tahun ini lanjut dia masih beruntung. Sebab, di tahun lalu pada bulan April ikan tongkol sudah tidak ada. Namun, pada tahun ini nelayan masih dapat tangkapan ikan meski sedikit.

“Kalau sudah tidak musim ikan tongkol kami masih tetap ngirim ikan kembung (Rastrelliger). Ikan ini biasa digunakan untuk sarden,” ujar pria berkopiah ini. Lebih lanjut dia menjelaskan, menjadi pengepul ikan tidak selalu menguntungkan.

baca juga : Biak Numfor, Surganya Ikan Pelagis Besar

 

Lukman Hakim salah satu pengepul setempat berpose disela memantau para pekerjanya memindahkan ikan dari keranjang krat container ke box, sebelum akhirnya box-box itu dinaikkan ke truk atau pick up untuk dikirim ke luar kota. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Banyak juga resiko kerugian yang dihadapi, salah satunya seperti uang macet. Seringnya itu uang tidak keluar meski barang sudah dikirim ke pengepul lain. Tidak hanya satu atau dua tempat saja, melainkan beberapa tempat. Hal ini membuatnya mengalami kerugian puluhan hingga ratusan juta.

Resiko lainnya yaitu ketika melakukan pengiriman transportasinya macet di jalan, ikan kemudian mengalami kerusakan atau basi. Pernah juga mengalami kecelakaan, “Untung rugi itu sudah hal biasa. Memang sudah pekerjaanya jadi ya tetap dijalani saja,” imbuh laki-laki yang mengaku sudah dua kali mengalami kecelakaan saat pengiriman ini.

Pengepul lain, Asriatin(42) juga merasakan hal sama, baginya menjalankan usaha ikan itu tidak selalu lancar, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus mempunyai keberanian dan siap menghadapi segala resikonya.

Mengenai pengalaman dalam berjualan ini dia mengaku sudah banyak mengalami pahit manisnya menjalani usaha ikan, suka duka sudah pernah dirasakannya. Mulai dari ditipu orang hingga seringnya kehilangan box tempat penyimpanan ikan.

“Ada juga bakul yang rewel, bayarnya kadang susah. Barang sudah dikirim, tetapi uangnya tidak langsung keluar,” ucapnya disela membeli ikan dari nelayan di tempat pendaratan perahu di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan ini, Kamis (29/04/2021).

perlu dibaca : Seberapa Penting Pembaruan Pedoman Acuan Tuna, Cakalang, dan Tongkol?

 

Pekerja menyeret keranjang krat container berisikan ikan tongkol hasil tangkapan nelayan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Meski mengalami berbagai kendala Asriatin mengaku tidak pantang menyerah dalam menjalankan usaha ikan ini. Salah satu hal yang membuatnya senang menekuni usaha ini yaitu dia bisa mengajak orang bekerja. Dilain sisi, dia juga bisa menjualkan ikan hasil tangkapan nelayan.

“Jika tidak ada pengepul ya kasihan nelayan, mau menjual sendiri ya repot juga, mereka juga perlu kami,” ungkapnya. Untuk mengirim ikan tongkol ini, kata dia, tergantung ukurannya. Misalnya ikan tongkol yang per ekornya mempunyai bobot maksimal satu kilogram, itu dikirim ke Pasar Ikan di Jakarta.

Sementara untuk yang dikirim ke pabrik itu satu ekornya mempunyai bobot satu kilogram ke atas. Selain bobot, berbedaan pengiriman antara pasar dan pabrik juga tergantung harga. Jika harga ikan tongkol dikisaran Rp18-19 Ribu per kilogram itu dikirim ke pasar. Kalau misalnya harga dikisaran Rp14-15 Ribu itu dikirim ke pabrik.

 

Hingga larut malam para pekerja ini melakukan bongkar muat ikan sebelum dikirim ke Pasuruan, Muncar-Banyuwangi, atau Bali. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Potensi Besar

Di Indonesia sumber daya kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang sangat besar dan mendapatkan perhatian yang serius. Singkatnya, dua per tiga wilayah Indonesia ini terdiri dari laut, yang mempunyai pulau sebanyak lebih dari 17.000, dan juga garis pantainya sepanjang 81.000 km.

Salah satu jenis sumber daya ikan yang mempunyai potensi besar di Indonesia adalah dari kelompok ikan pelagis besar, diantaranya yaitu tuna (Thunnini), tongkol (Euthynnus affinis) dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Indonesia merupakan negara yang memegang peranan penting dalam perikanan ketiga jenis ikan itu di dunia.

Di tahun 2011, berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) produksi tuna, tongkol dan cakalang dunia sebesar 6,8 juta ton dan meningkat menjadi lebih dari 7 juta ton pada tahun 2012. Dengan rata-rata produksi ketiga jenis ikan ini pada priode tahun 2005-2012 sebesar 1.033.211 ton.

Dengan potensi yang besar itu sayangnya di tingkat nelayan maupung pengepul masih mengalami berbagai kendala. Muhammad Subhan, pengepul lain mengaku, sejauh ini di tingkat pengepul sendiri masih belum ada dukungan apa-apa dari pemerintah. Padahal menurut dia peran pengepul ini juga penting dalam rantai pasok ikan di Indonesia.

 

Seorang pekerja menimbang ikan hasil tangkapan nelayan di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version