Mongabay.co.id

Pisang, Antara Varietas dan Manfaat yang Kita Lupakan

 

 

Setiap memperingati hari besar, termasuk Lebaran Idul Fitri hari ini, buah pisang akan mudah kita temukan di meja makan. Selain dikonsumsi langsung, pisang dapat diolah menjadi berbagai macam kue maupun penganan ringan.

Pisang sesungguhnya merupakan tumbuhan monokotil dengan genus Musa, yang bersama genus Ensete dan Musella, tergolong dalam keluarga Musaceae.

Genus Musa terbagi menjadi lima bagian, yaitu Australimusa [2n=20], Callimusa [2n=20], Rhodochlamys [2n=22], Musa [Eumusa] [2n=22], dan Ingentimusa [2n=14]. Pisang liar dan pisang budidaya [edible banana] berasal dari bagian Eumusa.

Yuyu Suryasari Poerba dan kolega dalam buku “Katalog Pisang: Koleksi Kebun Plasma Nutfah Pisang” Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI] terbitan 2016 menjelaskan, Indonesia merupakan pusatnya keragaman pisang dengan jenis dan kultivar yang tersebar hampir di seluruh wilayah Nusantara.

“Dari 71 jenis Musa di dunia, 12 jenis ada di Indonesia. Dua jenis di antaranya, yaitu Musa acuminata Colla [genom A] dan Musa balbisiana Colla [genom B] merupakan nenek moyang pisang budidaya,” tulisnya.

Dari jenis Musa acuminata, terdapat 15 varietas yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Lebih dari 200 kultivar lokal yang seluruhnya adalah varietas alami, belum mengalami perbaikan atau pemuliaan.

Yuyu dan kolega menjelaskan, Pusat Penelitian Biologi-LIPI memiliki koleksi 537 aksesi pisang [3.042 rumpun] yang terdiri pisang liar [berbiji dan tumbuh meliar, tidak dibudidayakan], pisang budidaya, hasil induksi poliploidi, dan hasil persilangan. Berbagai tingkat ploidi dan genom yang ada, di antaranya AA, AB, BB, AAA, AAB, ABB, AAAA, AAAB, dan mixoploid.

“AA itu semua kultivar yang memiliki dua set kromosom yang berasal dari Musa acuminate, dan BB berasal dari Musa balbisiana. Ploidi dan genom AB, artinya semua kultivar yang memiliki dua set kromosom yang berasal dari Musa acuminate dan Musa balbisiana.”

Kultivar adalah varientes tanaman yang dibudidayakan, sedangkan kromosom, yaitu untaian materi genetik yang terdapat dalam sel makhluk hidup, termasuk pisang.

“Pisang liar M. acuminate dan M. balbisiana merupakan nenek moyang pisang yang kita makan saat ini. Indonesia merupakan daerah pertemuan kedua jenis tersebut dengan subjenis Musa liar, yang menjadikan Indonesia sebagai pusat keragaman kultivar pisang,” tulis Yuyu.

Dari pusat keragaman inilah, pisang kemudian bermigrasi ke Afrika dan selanjutnya ke Amerika Tengah dan Latin. Selama proses ini pisang berkembang menjadi berbagai tipe [diploid AA, triploid AAA] dan berhibridisasi dengan Musa balbisiana menjadi AAB, ABB.

Baca: Mengenal Pisang Raksasa Endemik Papua, Ini Foto-fotonya

 

Buah pisang yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Pisang liar

Pisang berbiji Musa acuminata sesungguhnya tumbuh dari Aceh hingga Papua. Di berbagai daerah, pisang liar ini disebut juga pisang hutan, pisang monyet, pisang rimbo, hingga pisang cicialas.

Dalam buku “Deskripsi Pisang Koleksi Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI]” yang juga ditulis Yuyu Suryasari Poerba dan kolega, dijelaskan bahwa keragaman varienter Musa acuminate terlihat dari bunga, ada tidaknya bulu pada buah, ada tidaknya bercak pada daun tua, bentuk dan permukaan biji, hingga bentuk jantung.

Pisang liar jenis ini juga diketahui memiliki ketahanan terhadap penyakit layu fusarium yang disebabkan jamur.

Sedangkan pisang liar jenis Musa balbisiana diketahui kebal terhadap penyakit sigatoka dan memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi. Pisang liar jenis ini selain ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, juga ada di India, Thailand, China, Taiwan, hingga Jepang.

Baca: Melirik Talas Sebagai Potensi Pangan Masyarakat Indonesia

 

Indonesia memiliki kergaman jenis pisang yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Pisang budidaya

Ada beberapa pisang hasil budidaya yang sangat popular saat ini, misalnya pisang mas, pisang bangkahulu, pisang jantan, kamiyu manjarsari, madu, hingga pisang rejang. Nyatanya pisang tersebut adalah hasil persilangan genom AA, yaitu dengan semua kultivar yang memiliki dua set kromosom yang berasal dari Musa acuminate.

Sedangkan contoh persilangan genom AB [semua kultivar yang memiliki dua set kromosom yang berasal dari Musa acuminate dan Musa balbisiana] adalah pisang ney poovan.

Hasil genom AAA adalah pisang ambon, kapas, udang, drajat, goroho, kapal, papan, hingga pisang tingang. Hasil genom AAB adalah pisang nangka, raja, hingga pisang tanduk. Sedangkan pisang kapok berasal dari hasil genom ABB.

Baca: Sagu, Sumber Pangan Nasional yang Belum Dimaksimalkan

 

Pisang yang diolah menjadi keripik. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tantangan

Yuyu Suryasari Poerba dan kolega menuliskan, saat ini kita dihadapkan pada masalah hilangnya kultivar/varietas lokal pisang yang disebabkan oleh hilangnya habitat dan berubahnya kondisi lingkungan.

“Pelestarian sumber daya genetik pisang sangat diperlukan, mengingat sedikit sekali kultivar pisang komersial yang digunakan dalam perkebunan modern dan dasar genetik yang sempit,” tulis mereka.

Hal ini sangat berbeda dengan varietas lokal yang memiliki variasi genetik luas. Jika tidak melawan erosi genetik yang meningkat, mungkin kita akan memiliki konsekuensi serius, terutama ketika menghadapi perubahan iklim.

Apalagi varietas pisang dengan keragaman genetik sempit dapat dengan mudah dihancurkan oleh serangan penyakit. Contohnya pisang ambon yang hancur karena penyakit layu.

“Pemulia tanaman sebaiknya kembali ke varietas terdahulu atau kerabat/jenis liar untuk mencari gen yang resisten terhadap penyakit layu. Bahkan, teknologi maju sekalipun tidak dapat menggantikan keragaman alami dengan kelimpahan gen-gen yang ada dan interaksinya.”

Pelestarian sumber daya genetik pisang yang dikelola dengan baik merupakan salah satu syarat untuk generasi mendatang agar mampu melakukan pemuliaan pisang.

Tantangan lainnya adalah kebutuhan varietas pisang yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan, memiliki ketahanan penyakit, khususnya mengatasi tantangan perubahan iklim.

Baca juga: Sumber Pangan Sehat Bisa dari Tanaman Pekarangan Rumah

 

Kue timpan khas Aceh yang dibungkus menggunakan daun pisang muda dan selalu disajikan saat Hari Raya Idul Fitri. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Produsen pisang

Dikutip dari Warta Ekonomi, produksi pisang Indonesia sejak 2016 hingga 2018 mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik [BPS] dan Direktorat Jenderal Hortikultura, tahun 2016 Indonesia memproduksi pisang sebanyak 7 juta ton, 2017 [7,16 juta ton], dan 2018 [7,26 juta ton].

Tiga provinsi yang memiliki produksi terbanyak pada 2018 adalah Jawa Timur [2.059.923 ton], Lampung [1.438.559 ton], dan Jawa Barat [1.125.899 ton].

Lima negara tujuan ekspor utama pisang Indonesia pada 2018, adalah China, Singapura, Uni Emirat Arab, Jepang, dan Malaysia.

Dikutip dari klikdokter, pisang merupakan buah yang kaya akan gizi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Sebut saja, membuat tekanan darah stabil, kenjaga kesehatan ginjal, kenyang lebih lama, menjaga kesehatan saluran pencernaan, dan membantu detoksifikasi.

 

 

Exit mobile version