Mongabay.co.id

Hari Lebah Sedunia: Andai Lebah Musnah, Apa yang Terjadi dengan Kehidupan Kita?

Lebah madu yang memiliki otak fleksibel mempelajari keterampilan baru. Suber: Wikimedia Commons/Jon Sullivan/Domain umum/Free to share

 

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 20 Mei sebagai Hari Lebah Sedunia. Peringatan ini dimulai sejak 2018, atas dasar usulan Pemerintah Slovenia yang diajukan pada Desember 2017.

Tanggal 20 Mei dipilih bertepatan dengan kelahiran Anton Janša, pelopor pembudidayaan lebah moderen, tepatnya tahun 1734.

Tujuan digelarnya perayaan ini adalah untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya peran lebah [bee] sebagai serangga penyerbuk. Kontribusi besarnya bukan hanya bagi ketersediaan pasokan pangan, tetapi juga bagi kualitas kesehatan ekosistem kita.

Baca: Studi: Ada Kesamaan Interaksi Lebah Madu dengan Kehidupan Sosial Manusia

 

Homalictus hadrander adalah lebah yang dengan penampakan warna-warni yang banyak ditemukan di Australia dan Pasifik Barat Daya. Foto: James Dorey/Flinders University

 

Diperkirakan, ada sekitar 20.000 spesies lebah yang telah diketahui di seluruh dunia. Mulai dari lebah Perdita minima yang mungil [2 milimeter] dan soliter, dikenal sebagai lebah terkecil di dunia, hingga spesies lebah kayu seukuran buah jeruk kumquat.

Secara umum, meskipun ukuran, bentuk dan warnanya berbeda, semua lebah memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai penyerbuk.

Selama berabad, lebah telah memberi manfaat bagi manusia, tumbuhan dan lingkungan. Dengan membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya, lebah bersama hewan penyerbuk lainnya, memungkinkan terjadinya proses produksi buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian dalam jumlah melimpah. Dengan begitu, ikut berkontribusi pada ketahanan pangan dan nutrisi masyarakat dunia.

Hewan penyerbuk, seperti lebah, memberi andil bagi 35 persen produksi tanaman dunia dan juga ikut meningkatkan hasil produksi dari 87 tanaman pangan utama di penjuru bumi, serta sejumlah obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.

Ditaksir, tiga dari empat tanaman di seluruh dunia yang menghasilkan buah atau biji, yang dapat dikonsumsi manusia, bergantung pada hewan penyerbuk, seperti lebah.

Banyak petani mengandalkan keanekaragaman lebah untuk menyerbuki produk pertanian mereka. Misalnya, para petani apel komersial mendapat manfaat dari layanan penyerbukan yang dilakukan lebah mason merah.

Jenis lebah ini bisa 120 kali lebih efisien dalam melakukan penyerbukan bunga apel dibandingkan yang dilakukan lebah lainnya. Terdapat sejumlah bukti bahwa penyerbukan alami dengan jenis lebah yang tepat akan meningkatkan kualitas tanaman, dari nilai nutrisi hingga umur simpannya.

Baca: Pola Terbang Unik Lebah Bumblebee

 

Lebah madu yang memiliki kecerdasan seperti manusia yaitu mengerti matematika. Sumber: Wikimedia Commons/Keila, Northwestern Estonia/CC BY-SA 4.0/Free to share

 

Apa yang terjadi jika lebah lenyap dari bumi?

Sejumlah ahli berpendapat, sebanyak 80 persen sistem pertanian dunia akan runtuh. Tanpa lebah, kita tak akan lagi bisa menikmati brokoli, asparagus, melon, mentimun, labu, blueberry, semangka, almond, ceri, apel, almond, jeruk dan alpukat.

Dengan mempertimbangkan sekitar 850 juta orang di seluruh dunia saat ini menderita kekurangan makanan, ditambah fakta bahwa populasi global akan membengkak menjadi sembilan miliar pada 2050 mendatang, peran lebah akan semakin dibutuhkan untuk menghindari kelangkaan bahan pangan. Kondisi ini berlaku baik untuk level lokal, nasional, regional, maupun global.

Selain berperan sebagai penyerbuk, lebah juga memiliki peran krusial lainnya.

Lebah merupakan penghasil madu, serbuk sari [polen], royal jelly, propolis serta lilin lebah yang sangat bermanfaat bagi beragam kesehatan dengan nilai ekonomis tidak kecil.

Dari aspek estetika, dengan perannya sebagai penyerbuk, lebah ikut berkontribusi pada terbangunnya lanskap bumi yang dihiasi beragam jenis bunga dan tumbuhan. Ini tentunya menyediakan habitat menarik bagi serangga lainnya serta burung.

Namun begitu, ancaman kehidupan lebah juga ada. Di beberapa belahan dunia, habitat lebah mulai menghilang akibat perubahan iklim. Ancaman lain yang tak kalah serius adalah pestisida. Oleh sebab itu, dapat dipahami jika di Uni Eropa dan Amerika Serikat, beberapa jenis pestisida dilarang digunakan karena dikhawatirkan berpotensi membunuh lebah.

Baca: Homalictus, Lebah dengan Tubuh Warna-warni

 

Lebah madu yang memiliki otak fleksibel mempelajari keterampilan baru. Suber: Wikimedia Commons/Jon Sullivan/Domain umum/Free to share

 

Jaga populasi lebah

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, agar populasi lebah stabil, dibutuhkan tiga upaya penting yang harus dilakukan.

Pertama, pada level individu. Upaya ini berupa menanam beragam tanaman asli, yang berbunga pada waktu berbeda sepanjang tahun; membeli madu mentah dari petani lokal; membeli produk dari hasil pertanian berkelanjutan; menghindari penggunaan pestisida, fungisida atau herbisida; melindungi koloni lebah liar bila memungkinkan; melindungi sarang lebah; serta membantu melestarikan ekosistem hutan.

Kedua, pada level peternak atau petani. Caranya, mengurangi atau berhenti menggunakan pestisida; melakukan diversifikasi tanaman sebanyak mungkin dan/atau menanam tanaman yang menarik di sekitar lahan pertanian; serta membuat pagar hidup.

Foto: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika

 

Lebah Bumblebee yang memiliki kecerdasaan saat terbang selain peran pentingnya sebagai penyerbuk tanaman. Foto: Dok. Hannier Pulido/ETH Zurich

 

Ketiga, pada level pembuat kebijakan. Upaya yang perlu dilakukan antara lain memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan, khususnya masyarakat adat, yang mengenal dan menghormati ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Berikutnya, menegakkan langkah-langkah strategis, termasuk insentif moneter; meningkatkan kolaborasi antara organisasi nasional dan internasional, serta jaringan akademik dan penelitian untuk memantau dan mengevaluasi sistem penyerbukan.

Dengan begitu, proses penyerbukan aneka tanaman serta kesehatan ekosistem kita tidak mengalami gangguan dikarenakan kehidupan lebah tidak mengalami gangguan.

 

*Djoko Subinarto, kolumnis dan bloger, tinggal di Bandung, Jawa Barat. Tulisan ini opini penulis. 

 

Rujukan:

Andrew Byrne & Úna Fitzpatrick. 2008. Bee Conservation Policy at the Global, Regional and National Levels.

Jessica Tucker. 2020. Why Bees are Important to Our Planet.

  1. 2021. 5 Ways Bees are Important to the Environment.

Paul Rhoades. 2013. The Importance of Bees in Natural and Agricultural Ecosystems.

  1. 2021. World Bee Day 20 May.

 

 

Exit mobile version