Mongabay.co.id

Potensi Kelautan Bagus, KKP dan Pemkab Kebumen Gagas Shrimp Estate 

 

Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) memiliki panjang pantai 57,5 kilometer (km). Tentu saja, potensinya luar biasa. Mulai dari tangkapan ikan dan lobster, garam dan tambak udang. Di sepanjang pantai Kebumen sudah ada tambak-tambak udang yang beroperasi. Namun, demikian masih belum terintegrasi.

Dengan potensi semacam itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai bahwa Kebumen pantas menjadi kawasan industri perikanan terpadu yang berada di pesisir selatan Jateng. “Kebumen mempunyai prasyarat untuk dijadikan kawasan industri perikanan terpadu,”Slamet Soebjakto pada saat mengunjungi kawasan pesisir di daerah Kali Buntu, Kecamatan Klirong pertengahan Mei lalu yang waktu itu masih menjabat Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya KKP.

Menurutnya, kedatangannya merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono beberapa waktu sebelumnya. Kawasan setempat dinilai cocok untuk dijadikan sentra industri udang khususnya vaname.

“Kita sudah ke lapangan secara sepintas saya melihat potensi luar biasa kondisi air bagus. Belum ada polusi, belum ada industri lain yang mencemari dan lahannya cukup luas. Apalagi lahan yang akan digunakan merupakan milik Pemkab Kebumen, sehingga potensi konflik tidak ada. Ini yang menjadi keunggulan dan memungkinkan untuk dijadikan kawasan industri,” jelasnya.

Dikatakan oleh Slamet, setelah melaksanakan pemantauan dan pengecekan kondisi lapangan, KKP akan melaksanakan perencanaan lebih lanjut. “Kita masih membutuhkan proses perencanaan dan kajian lebih lanjut. Kalau untuk pembangunan, belum tahun ini. Tetapi proses perencanaan dan kajian dijalankan. Kajian yang akan dilakukan di antaranya adalah sisi pendanaan maupun manajemennya. Tetapi untuk proses pembangunan tentu saja tidak bisa tahun sekarang,”kata Slamet yang kini menjadi Pengawas Perikanan Ahli Utama.

baca : Menggenjot Produksi Udang dengan Budi daya Ramah Lingkungan

 

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto (tengah) mendampingi Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto (kanan) meninjau kawasan pesisir Kebumen yang disiapkan menjadi shrimp estate pertengahan Mei lalu. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengungkapkan bahwa Pemkab Kebumen mempunyai areal lahan di pesisir seluas 300 hektare (ha) yang dapat dijadikan sebagai sentra iundustri perikanan terpadu. “Areal seluas 300 ha tersebut berada di tiga kecamatan di pesisir yakni Kecamatan Puring, Petanahan dan Klirong,” kata Bupati.

Pengembangan industri perikanan terpadu ini, lanjutnya, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Dengan adanya industri perikanan terpadu di pesisir Kebumen yang meliputi beberapa kecamatan, maka akan menambah pendapatan asli daerah (PAD), menyerap tenaga kerja baru, serta menumbuhkan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat,”jelasnya.

Ia mengungkapkan sesuai dengan arahan dari Menteri KP, shrimp estate di Kebumen dapat dijadikan pilot project, industri perikanan terpadu yang melibatkan masyarakat. “Sesuai dengan arahan dari Pak Menteri KP, maka nantinya shrimp estate akan dikembangkan dengan budidaya udang vaname. Di sini, lahan merupakan milik pemkab, shrimp estate ini bisa kita jadikan pilot project dengan melibatkan masyarakat,” katanya.

Bupati Arif mengatakan dari perkiraan yang ada, produktivitas tambak udang dapat memberikan kontribusi Rp400 juta setiap tahun untuk PAD. Namun, kebanyakan tambak udang vaname yang ada di Kebumen masih menggunakan teknologi semi intensif dan belum modern. “Makanya, dengan shrimp estate ini diharapkan Kebumen bisa menjadi pelopor budi daya udang modern di Indonesia dengan hasil produksi yang melimpah dan berkualitas tinggi. Sebab ada campur tangan teknologi dan perencanaan bisnis yang matang dalam pelaksanaannya,”ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen Budiono mengatakan bahwa shrimp estate merupakan program dari KKP yang kemudian disambut oleh Pemkab Kebumen. “Program shrimp estate mulai dimunculkan setelah Pak Menteri KP datang ke Kebumen. Dari kedatangannya itulah, Pak Menteri melihat ada potensi yang bagus di pesisir Kebumen,”jelas Budiono pada Selasa (25/5/2021).

baca juga : Sistem Biosekuriti Budi Daya Udang Indonesia Diakui Dunia. Begini Ceritanya..

 

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto (tengah) mendampingi Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto (kiri membelakangi kamera) meninjau kawasan pesisir Kebumen seluas 300 hektare yang disiapkan menjadi shrimp estate, pertengahan Mei lalu. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Gayung bersambut, Bupati Kebumen juga merespons adanya program yang digagas oleh KKP tersebut. Kebetulan Bupati juga memiliki obsesi untuk fokus pengembangan sektor kelautan. Apalagi di Kebumen sudah ada aktivitas tambak cukup besar, tetapi masih belum tertata.

“Pak Bupati memiliki keinginan untuk membentuk kawasan industri perikanan di kawasan pesisir. Untuk awalnya, nantinya akan dibangun sekitar 100 ha yang meliputi sejumlah desa di antaranya adalah Desa Karanggadong, Tegalretno dan Jogosimo. Desa-desa tersebut berada di dua kecamatan yakni Petanahan dan Klirong,” katanya.

Dari luasan 100 ha, kata Budiono, direncanakan ada klaster-klaster. Jadi, nantinya satu klaster luasannya sekitar 5 ha. Sehingga kalau 100 ha, maka akan ada 20 klaster. “Di setiap klaster bakal dibangun tambak, jalan dan sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL),”ujarnya.

Menurut Budiono, dalam konsep awal, KKP bersama Pemkab Kebumen bakal membentuk Badan Pengelola. “Badan Pengelola itu nanti dibentuk bersama dan akan mengelola shrimp estate tersebut. Masyarakat sekitar juga bakal dilibatkan. Masyarakat dapat memanfaatkan shrimp estate tersebut. Harapannya memang untuk menggerakkan dan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat,”kata dia.

Dijelaskan oleh Budiono, dengan adanya shrimp estate tersebut akan dapat menjadi pusat industri perikanan di Jateng bagian sekatan. “Saat sekarang, sudah ada potensi yang digarap. Sebagai contoh adalah pengembangan kampung garam dan sebagian ada tambak udang,”jelasnya.

baca juga : Udang Indonesia di Lingkaran Kuantitas, Kualitas, dan Keberlanjutan Lingkungan

 

Ilustrasi. Tambak udang di pesisir Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Foto : DJPB KKP/Mongabay Indonesia

 

Peneliti kelautan dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Romanus Edy Prabowo menyambut baik adanya shrimp estate yang bakal dibangun di Kebumen. Karena dengan adanya shrimp estate, maka akan lebih tertata dan terintegrasi. “Saya kira bagus adanya shrimp estate yang mengupayakan integrasi industri kelautan. Di Kebumen sudah banyak tambak, sehingga kalau ada upaya mengintegrasikan, saya kira bagus,”jelas akademisi yang meraih gelar doktor di Jepang.

Hanya saja, Romanus berharap dalam shrimp estate tersebut, jangan hanya satu jenis udang yang dibudidayakan. Pasalnya, seperti pada saat udang windu dibudidayakan, pernah muncul penyakit udang white spot syndrome virus (WSSV). Salah satu faktornya adalah karena monokultur.

“Dengan adanya adanya budidaya yang monokultur maka akan ada ancaman virus. Oleh karena itu, perlu kiranya tidak hanya satu jenis yang dibudidayakan. Misalnya jangan hanya vaname saja, bisa dengan jenis undang lainnya. Hal itu setidaknya dapat menekan munculnya virus dan penyakit,”ujarnya.

Romanus juga berharap agar lingkungan sekitar tambak diperhatikan di antaranya adalah mangrove. Apalagi di Kebumen, replantasi mangrove cukup bagus. “Nantinya, bisa saja di tanggul-tanggul tambak ditanami dengan mangrove. Selain itu, juga memiliki jalur inlet khusus yang berbeda dengan jalur outlet. Akan lebih bagus lagi kalau inlet dikasih bendungan, sehingga dapat ditutup pada saat pasang dan tidak keluar ketika surut,”ujarnya.

Pada bagian lain, ia mengatakan bahwa kemungkinan ada limbah organik yang dihasilkan. Dalam shrimp estate, barangkali tidak semua udang utuh yang dijual, melainkan ada udang yang telah dibersihkan atau kepalanya dibuang. “Limbah organik semacam itu dapat dimanfaatkan, misalnya untuk bahan pakan. Jadi, nantinya tidak ada limbah organik, karena limbahnya dimanfaatkan,”tandasnya.

 

Exit mobile version