Mongabay.co.id

Ancaman Sampah Plastik bagi Kehidupan Manusia

 

Pencemaran akibat sampah yang ada di laut, secara tidak langsung akan mengancam banyak hal yang ada di bumi. Termasuk, ancaman kepada manusia yang menjadi penguasa alam raya sejak berabad-abad lalu. Ancaman itu tidak hanya berbentuk langsung, namun juga tidak langsung.

Akibat ancaman tidak langsung dari sampah di laut, manusia akan merasakan dampak seperti perubahan perilaku yang tidak disadari, gangguan hormon, kelainan genetik, penyakit kanker, dan juga penyakit aneh lain yang berpotensi bisa muncul kapan saja.

Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) Muhammad Reza Cordova menjelaskan, pencemaran sampah di laut akan dirasakan sangat berbahaya karena tak hanya mengancam kesehatan saja.

“Akibat yang lebih parah lagi adalah polusi ini akan berdampak bagi keanekaragaman hayati dan ekonomi akan terkena dampaknya,” ungkap dia belum lama ini di Jakarta.

Dengan kata lain, sampah laut yang 80 persen di antaranya berasal dari daratan, akan berakibat sangat fatal bagi pencemaran air, laut, tanah, dan udara. Pencemaran itu terutama disebabkan oleh sampah plastik yang ada di laut dan jumlahnya semakin banyak dari waktu ke waktu.

baca : Sampah di Laut Dampak Kegagalan Penanganan di Darat

 

Anak-anak bermain diantara tumpukan sampah di pesisir Pantai Muncar, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jatim, pada akhir Juni 2019. Sampah mulai bertebaran dan menumpuk pasca banjir besar dari Sungai Wagut dan bermuara di pesisir pantai Tratas pada 2004. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Besarnya ancaman dari sampah plastik, karena saat terbuang di alam dan masuk ke laut, itu tidak akan terurai dan membentuk jenis baru, yakni mikroplastik. Plastik berukuran kepingan sangat kecil itu, ada yang berada di sedimen, dan ada yang berada di dalam tubuh ikan.

Menurut Reza, mikroplastik yang berada di dalam perut ikan jumlahnya bisa mencapai sekitar 0,25 hingga 1,5 partikel per gram. Seluruh mikroplastik tersebut akan berpindah ke tubuh makhluk hidup lain yang mengonsumsinya.

Jadi, jika manusia mengonsumsi ikan yang di dalam perutnya ada mikroplastik, maka secara tidak langsung dia telah mengonsumsi mikroplastik juga. Kalau itu sudah terjadi, maka manusia akan terkena dampak buruk, mengingat mikroplastik di dalam perut ikan kemungkinan sudah tercemar oleh polutan lain yang sudah menempel.

“Inilah yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Jadi, mikroplastik ini merupakan bom waktu bagi kesehatan umat manusia,” sebut dia.

baca juga : Laut Indonesia dalam Ancaman Sampah Medis COVID-19

 

Tumpukan sampah di pantai Labuhan Haji, Lombok Timur. Selain sampah kiriman yang dibawa arus laut, sampah terbesar berasal dari kiriman rumah tangga yang dibuang ke sungai dan bermuara di pantai Labuhan Haji. Foto: Fathul Rakhman/ Mongabay Indonesia

 

Tak cuma mengancam kesehatan manusia, ancaman sampah di laut, terutama sampah plastik juga mengancam keberlanjutan ekosistem di laut. Ancaman tersebut bisa berakibat terganggunya kekayaan laut Indonesia.

Reza menambahkan, selama 56 tahun yang dihitung dari 1964 hingga 2020, produksi plastik di bumi mengalami kenaikan dari 15 juta ton menjadi 380 juta ton.

Pada 2018, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) merilis data mengejutkan bahwa sebanyak 79 persen sampah plastik di tempat pembuangan sampah adalah terakumulasi dari segala penggunaan plastik atau plastik yanag berserakan di lingkungan sekitar.

Dari jumlah tersebut, ternyata hanya sekitar sembilan persen saja sampah plastik yang bisa didaur ulang dan sebanyak 12 persen yang bisa dibakar. Fakta tersebut menegaskan bahwa plastik menyebar ancaman yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup, terutama manusa.

“Lebih parahnya lagi, lapisan plastik di lapisan sedimen dapat menjadi indikator antroposen yang berakibat pada pencemaran tanah yang berkelanjutan,” tutur dia.

Selain berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan makhluk hidup, sampah plastik juga mengakibatkan dampak buruk pada perekonomian secara nasional maupun global. Setiap tahunnya, sampah plastik menyebabkan kerugian ekonomi dunia hingga mencapai USD13 miliar.

Berdasarkan data yang dimiliki National Plastic Action Partnership (NPAP), sampah plastik yang ada di Indonesia jumlahnya sudah mencapai 650 ribu ton, dan menurut Bank Dunia sudah mencapai sekitar 201 ribu hingga 552 ribu dalam setahun.

“Sementara menurut data dari LIPI, sampah plastik di Indonesia produksinya sudah mencapai sekitar 270 ribu hingga 590 ribu ton,” jelas dia.

perlu dibaca : Ini Cara Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Laut

 

Salah satu fenomena tahunan, terdamparnya sampah laut ke pesisir di kawasan wisata selatan Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Reza membeberkan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 dengan panjang garis pantai 108.000 kilometer (km). Terumbu karang di laut Indonesia yang luanya mencapai 50.875 km persegi menyumbang 18 persen total luas terumbu karang dunia.

“Dan 65 persen luas total di Coral Triangle (Segitiga Karang),” terang dia.

Sementara, untuk hutan bakau (mangrove) yang luasnya mencapai 3,49 juta hektare, Indonesia mendapatkan kekayaan berupa keanekaragaman ekosistem laut yang nilai ekonominya mencapai lebih dari Rp1.300 triliun.

“Ini diharapkan menjadi sumber pangan masa depan,” tambah dia mengakhiri.

Besarnya dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah plastik, juga menjadi perhatian dari Pemerintah Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemko Marves) bahkan mengakui kalau sampah di laut sudah menjadi persoalan global di berbagai negara.

Menteri Koordinator Bidang Marves Luhut Binsar Pandjaitan menerangkan, Pemerintah berkomitmen untuk terus mengurangi produksi sampah di laut dan semakin menguat setelah Peraturan Presiden RI Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanggulangan Sampah di Laut resmi diterbitkan.

“Indonesia terus menunjukan komitmennya dalam mengurangi sampah di laut, ini ditujukan melalui bagaimana Indonesia menjadi negara pertama yang membentuk kerjasama multi pihak terkait hal ini, yang terus mendorong implementasi ekonomi sirkular,” ucap dia belum lama ini.

Menurut dia, dukungan kepada Indonesia datang dari negara-negara yang ada di forum regional maupun internasional. Dukungan tersebut diberikan karena Indonesia sedang fokus untuk berusaha menyelesaikan persoalan sampah yang ada di laut.

Pentingnya menjaga komitmen, karena sampah yang tidak terkelola dengan baik, akan sangat merugikan bagi ekosistem yang ada di bumi, terutama yang ada di laut. Kemudian, akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia, dan juga berdampak buruk bagi dunia pariwisata Tanah Air.

“Pengelolaan sampah masih perlu ditangani dengan serius, demi tercapainya komitmen penurunan sampah di laut hingga 70 persen,” tegas dia.

Dengan ancaman yang terus meningkat dari waktu ke waktu, pengelolaan sampah sebaiknya harus dilakukan secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Cara tersebut akan mengurangi beban tempat pembuangna akhir (TPA), karena sampah akan dikelola dengan baik.

Selain cara tersebut, solusi yang bersifat inovatif juga harus dicari, karena itu diperlukan untuk bisa mengurangi sampah daratan yang masuk ke laut dan kemudian ke sungai. Jika itu terjadi, maka persoalan akan semakin berat.

Dalam mengelola sampah, Luhut menyebutkan bahwa sebaiknya itu dilakukan dengan menekankan sifat kolaboratif dengan mencari para pihak yang sama-sama berkomitmen. Kemudian, seluruh kementerian dan lembaga (K/L) juga harus bisa mendorong perbaikan tata kelola persampahan dengan ikut menangani persoalan sampah di laut.

Tak lupa, dia juga meminta semua pihak untuk ikut terlibat dalam penanganan sampah di laut, karena ada banyak kegiatan yang dilakukan di atas laut. Misalnya saja, kegiatan pelayaran kapal, dan pelabuhan untuk logistik dan perikanan.

“Kebocoran sampah di laut juga harus diperhatikan, sehingga kegiatan pelayaran, pelabuhan dan perikanan harus menerapkan tata kelola persampahan yang maksimal,” tegas dia.

Di luar itu, industri daur ulang plastik juga harus terus dikembangkan, dengan terus menyebarluaskan lokasi hingga merata ke luar pulau Jawa. Juga, bagaimana memberikan edukasi kepada masyarakat dan meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya mengelola sampah sebelum dibuang.

 

Exit mobile version