Mongabay.co.id

Kangpho dan Drawa, Maskot PON XX yang Endemik Papua

 

 

Provinsi Papua akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional [PON] XX. Ajang olahraga terbesar di Indonesia yang dihelat setiap empat tahun sekali ini rencananya dilaksanakan Oktober 2021.

Sebagai tuan rumah, Papua telah menyiapkan maskot berupa boneka yang nantinya akan diberikan kepada atlet yang mendapatkan medali. Maskot PON XX Papua ini berupa hewan endemik yang diberi nama “Kangpho” dan “Drawa”.

Siapakah mereka?

Kangpho adalah akronim dari kanguru pohon mantel emas [Dendrolagus pulcherrimus], satwa endemik Papua. Selama ini, menyebut kanguru akan diidentikkan hewan dari Australia. Namun kangguru pohon adalah hewan khas Papua dan hampir pasti akan ditemui di wilayah hutannya.

Kanguru pohon mantel emas termasuk satwa marsupial atau mamalia yang memiliki kantung di perutnya. Makannya buah dan biji-bijian ini. Tubuhnya berwarna cokelat muda yang khas serta rambut halus di seluruh tubuhnya. Ia juga memiliki ekor yang panjang dengan motif lingkaran seperti cincin dengan warna lebih cerah. Bagian leher, pipi dan kakinya dihiasi warna kuning keemasan. Inilah sebab, julukannya mantel emas.

Jenis ini ditemukan pada 1990 oleh Pavel German di Gunung Sapapu, Pegunungan Torricelli, Papua Nugini, diketinggian 680 – 1.700 meter diatas permukaan laut. Populasi lainnya ditemukan di wilayah terpencil di Pegunungan Foja, Papua, Indonesia. Panjang tubuhnya berkisar 41 – 77 cm, dengan panjang ekor 40 -80 cm, dan berat 7 – 15 kilogram. Ia lebih banyak melakukan aktivitas di atas pepohonan, sesekali turun ke tanah mencari sumber air untuk minum.

Baca: Bukan Australia, Kanguru Pohon Mantel Emas Ini Memang Khas Papua

 

Kanguru pohon, satwa endemik Papua. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dalam buku Ekologi Papua [2012], disebutkan bahwa kangguru pohon [Dendrolagus] terdiri enam jenis di Papua. Jenis-jenis ini termasuk satu jenis endemik di kawasan Kepala Burung [D. ursinus], satu jenis tersebar luas di dataran rendah utara dan kawasan Kepala Burung [D. inustus], satu jenis hanya diketahui melalui pengamatan dari Pegunungan Foja Utara yang terpencil [D. pulcherrimus], satu jenis dari pesisir utara Pegunungan Wandammen [D. mayri], dan dua jenis [D. stellarum dan D. mbaiso] dari kawasan Pegunungan Sudirman yang lebih luas di bagian barat jajaran pegunungan tengah.

“Kebanyakan jenis kanguru pohon merupakan penghuni hutan yang bersifat arboreal. Akan tetapi, jenis Dendrolagus mbaiso ditemukan sebagai kanguru pohon yang mengalami adaptasi perkembangan sekunder untuk hidup di darat, serta terdapat di hutan pegunungan atas dan padang rumput subalpine,” ungkap peneliti dalam buku Ekologi Papua.

Baca: Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Cendrawasih botak jantan [bawah] dan sang betina [atas]. Foto: Andhy PS/Mongabay Indonesia

 

Johan F. Koibur, dari Universitas Papua [Unipa] dalam tulisannya di Jurnal Ilmu Peternakan [2018], menjelaskan bahwa kanguru pohon gemar menghabiskan waktu di tanah dan suka berteduh di bawah rimbunan pohon-pohon besar. Satwa ini bertungkai panjang dan mempunyai jari tengah panjang pada setiap tungkai belakang, sehingga mampu ”berjalan-jalan” di cabang pohon dan bergerak dengan keempat tungkai pada waktu berjalan di atas tanah. Namun bila terburu-buru, satwa ini kembali ke cara jalan melompat seperti kerabat lainnya.

“Rata-rata masa hidup seekor kanguru berkisar antara 12 hingga 18 tahun. Untuk panjang tubuh kanguru pohon antara 500 – 800 mm, belum termasuk ekor. Untuk jenis dewasa dapat berbobot sekitar 6 – 18 kg,” tulis Koibur.

Ia menjelaskan, kangguru pohon bereproduksi sepanjang tahun. Untuk betina kangguru pohon mengalami kematangan seks setelah mencapai berat badan 8,5-10 kg sedangkan jantan 12 kg. Kangguru pohon betina mempunyai kantung dengan lubang yang mengarah ke depan tempat puting dan kelenjar-kelenjar susu.

Baca juga: Bidadari Halmahera, Burung Cendrawasih di Luar Papua

 

Maskot PON XX Papua yaitu Kangpho dan Drawa. Sumber: LIPI

 

Sedangkan maskot satu lagi adalah Drawa, akronim dari cendrawasih [Paradisaeidae]. Ini merupakan burung khas tanah Papua. Di Papua sendiri burung cendrawasih dianggap sebagai burung surga dan sangat disakralkan. Namun sering kali terlihat atribut mahkota cendrawasih yang diperdagangkan, atau dipakai untuk acara-acara seremonial.

Gubernur Papua, Lukas Enembe pada tanggal 5 Juni 2017, mengeluarkan surat edaran tentang larangan penggunaan burung cendrawasih asli sebagai asesoris dan cenderamata. Hal itu dilakukan dalam rangka melindungi dan mencegah ancaman kepunahan burung cendrawasih. Penggunaan burung cendrawasih asli hanya diperbolehkan dalam prosesi kegiatan adat istiadat di Papua yang bersifat sakral.

 

Kangpho merupakan kanguru pohon mantel emas. Sumber: LIPI

 

Ada banyak jenis cendrawasih, baik yang endemik Papua maupun tidak. Tercatat, 39 jenis burung cendrawasih tersebar di Australia, Papua New Guinea, Papua, serta Maluku.

Sejak dahulu, cendrawasih di Papua telah menjadi perhatian khusus para peneliti. Dalam buku Ekologi Papua [2012], disebutkan bahwa masyarakat tradisional di Papua Nugini telah memanfaatkan burung sebagai makanan, hiasan pakaian, upacara adat, totem atau simbol suku dan sebagai kekayaan untuk diperdagangkan di pulau ini maupun ke luar negeri. Bahkan, burung dan bulu cendrawasih telah diperdagangkan ke Asia sejak 5.000 tahun lalu.

 

Drawa adalah cendawasih. Sumber: LIPI

 

 

Exit mobile version