Mongabay.co.id

Herbarium Anda Lakukan Digitalisasi Arsip Flora Sumatera

Tampilan spesimen digital dari Herbarium Anda. Foto: dari laman Herbarium Anda

 

 

 

 

Herbarium bak perpustakaan spesimen flora. Ia menyimpan arsip yang berguna untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman termasuk di Sumatera. Universitas Andalas, Padang ingin menjadikan herbarium mereka bisa bermanfaat dan mudah terakses lebih luas. Kini, mereka lakukan digitalisasi atas puluhan ribu spesimen yang ada.

Nurainas, Kepala Herbarium Anda, Unas menceritakan, pada dekade 90-an, saat masih berstatus dosen muda di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang, masuk pesan di kotak surat elektroniknya dari sebuah herbarium di Paris. Mereka ingin memberikan hadiah spesimen flora dari Sumatera yang merupakan koleksi mereka di Paris.

“Katanya email mereka cukup dibaca saja dan tidak perlu dibalas. Beberapa waktu kemudian datang spesimen dari Paris,” katanya.

Pemberian hadiah atau saling bertukar spesimen adalah hal biasa bagi herbarium di dunia. Mereka belajar dari perang dunia pertama yang membinasakan banyak kekayaan alam, termasuk flora langka atau bermanfaat.

“Seperti kejadian di Jerman. Tanaman banyak habis karena efek perang,” katanya. Hingga kini bak tradisi, sesama herbarium di dunia seringkali bertukar dan saling menghadiahi spesimen.

Ahmad Taufiq, staf herbarium juga dosen taksonomi tumbuhan Unand mengatakan, sudah mengikuti pelatihan-pelatihan untuk digitalisasi spesimen ini sampai ke luar negeri. Setelah itu, dia diminta mengajari staf-staf di Herbarium Anda dan mahasiswa yang terlibat agar dapat melakukan digitalisasi spesimen.

Dia bersama tim menginventarisasi spesimen ini ke dalam dataset Global Biodiversity Information Facility (GIBF), jaringan data internasional yang semua infrastruktur dibiayai banyak pemerintahan di dunia. Tujuannya, menyediakan semua tipe kehidupan di bumi secara terbuka atau open access.

 

Tampilan specimen di Herbarium Anda secara digital. Foto: dari laman Herbarium Anda

 

***

Thoriq, bagian tim juga mahasiswa di FMIPA Universitas Andalas mengambil satu lembar spesimen. Dia menyusun lima spesimen di meja dan membubuhkan stempel di nomor seri spesimen itu. Nomor ini untuk melacak data spesimen secara digital. Setelah distempel spesimen kemudian di-scan.

Thoriq meletakkan lembar spesimen di bagian bawah scanner (mesin pemindai) dan memutar tuas agar wadah spesimen tadi naik dan menempel pada dinding pemindai yang diletakkan terbalik.

Menurut Taufik, mesin pemindai sengaja diletakkan terbalik karena tak mungkin mereka membalik spesimen Karena kalau mereka balik, kemungkinan spesimen jatuh dan hancur. Mereka pun modifikasi mesin pemindai.

Nurainas mengatakan, alat untuk digitalisasi herbarium mahal tak hanya jadi keluhan herbarium di Indonesia juga di luar negeri.

Taufik pun menjelaskan tahapan-tahapan digitalisasi ini. Pertama-tama, katanya, mengkonsistenkan penomoran atau ID, menyeragamkan data label, mengoreksi kelompok taksa, menyortir sheet yang akan disimpan.

Kemudian, menyusun di media penyimpanan, mendokumentasikan sheet specimen pilihan atau data capture lalu mentabulasi dan menyambungkan link data label spesimen. Lalu, pembersihan data, terakhir membuat database offline dan online untuk publishing data.

 

Nuraihas, Kepala Herbarium Anda. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Banyak manfaat

Nurainas mengatakan, dengan digitalisasi data agar spesimen dapat bermanfaat dengan baik. “Apalagi, di zaman COVID-19 ini, orang tidak bisa datang, jadi langsung kita share dan bisa memanfaatkan koleksi dengan baik. Ngapain simpan begini kalau orang tidak tahu kita punya apa, sementara mereka butuh dan kita punya, misal,” katanya.

Menurut dia, dengan membagikan data dan informasi herbarium itu lebih banyak daripada mudharat. Orang-orang yang ingin meneliti atau mengidentifikasi, misal, tidak perlu jauh-jauh ke herbarium di luar negeri seperti di Leiden, Belanda atau tempat lain.

“Mereka bisa kesini,” katanya.

Selain itu, katanya, ada hubungan dengan status tempat sebagai herbarium pendidikan yang berperan membantu dan memudahkan mengkomunikasikan spesimen.

“Misal, beberapa waktu lalu ada yang membawa bambu untuk tempat dadih, itu bambu jenis apa dan apakah bisa menggunakan bambu lain, atau ada juga untuk pakan ikan atau ternak,” katanya.

 

Lactuca indica L., satu spesimen digital Gerbarium Anda. Foto: dari laman Herbarium Anda

 

Herbarium juga bisa mengidentifikasi tanaman-tanaman obat dan semacamnya. “Ada beberapa situasi yang menunjukkan data kita sudah berapa banyak dipakai orang.”

Herbarium Anda ini dikelola Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeresitas Andalas. Ia diprakarsai Profesor Dr Meijer pada 1954-1958. Baru resmi berdiri pada 20 Desember 1989 oleh Rusdi Tamin sebagai kurator pertama.

Menurut Nurainas, herbarium ini berfungsi untuk penyimpanan koleksi spesimen tumbuhan dan dokumentasi keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di daerah tropika. Herbarium ini dibuka untuk kepentingan praktikum, penelitian dan jasa.

Semua civitas akademika Universitas Andalas, katanya, dapat memanfaatkan herbarium ini. Selain itu, dapat juga lembaga lain yang hendak melakukan penelitian dan identifikasi tumbuhan.

Peneliti-peneliti di dunia, katanya, dapat menggunakan herbarium ini karena sudah terdaftar di Index Herbarium of The New York Botanical Garden sejak 2010 dengan kode Herbarium Anda.

Herbarium Anda merupakan tertua di Sumatera. Ia menyimpan data dokumentas flora Sumatera khusus Sumatera Barat dalam bentuk material spesimen baik kering ataupun basah.

Dalam catatan Universitas Andalas, herbarium ini merupakan kedua terbesar setelah Herbarium Bogorinese di Bogor dan sudah menyimpan sekitar 60.000 spesimen. “Ini juga diperkirakan masih seperempat, masih banyak yang didata,” kata Nurainas.

Mereka memiliki dua jenis awetan spesimen, kering dan basah. “Kalau awetan kering harus sekering-keringnya masukkan ke oven listrik. Kalau untuk spesimen basah kita rendam dengan alkohol.”

Nuarinas mengatakan, spesimen sebagian berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Koleksi ini biasa dari hasil kegiatan mahasiswa baik penelitian tugas akhir maupun peneliti lain dari luar Universitas Andalas di Sumatera.

Data sementara koleksi spesimen terdiri 70% kelompok dikotil, 15% monokotil, 3% gymnospermae, 10% paku-pakuan dan 2% lumut. Dia bilang, belum semua flora terdokumentasi manual apalagi digital.

 

Proses digitalisasi data berupa gambar dan informasi spesimen . Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

*****

Foto utama: Tampilan spesimen digital dari Herbarium Anda. Foto: dari laman Herbarium Anda

 

Exit mobile version