Mongabay.co.id

Ubi Banggai, Tanaman Pangan Primadona Sulawesi Tengah

 

 

Bagi sebagian masyarakat di Pulau Sulawesi, tentu sudah sering mendengar tanaman pangan bernama ubi banggai. Sesuai namanya, ubi ini hanya akan ditemukan di Kepulauan Banggai, sebuah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah, yang letaknya berada di bagian timur Pulau Sulawesi. Saat ini, Banggai menjadi tiga wilayah administrasi pemerintahan, yakni Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut.

“Kalau kesulitan beras, kami ada beberapa pilihan untuk makanan. Ada sagu dan ubi banggai untuk dimasak,” ujar Rita Tati, ibu rumah tangga nelayan, di Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, kepada Mongabay, akhir Juni 2021.

Di masa lalu, tanaman ini merupakan pangan utama masyarakat Banggai. Namun seiring berjalannya waktu, ubi banggai telah tergeser oleh komoditas pangan utama yaitu beras. Jika dikembangkan dengan baik, ubi banggai bisa menjadi tanaman unggulan berbasis wilayah yang dapat disandingkan dengan beras. Apalagi, di tengah krisis kesehatan yang diakibatkan oleh wabah virus corona yang belum diketahui sampai kapan berakhir.

Baca: Inilah Momala, Jagung Lokal Berwarna Ungu dari Gorontalo

 

Ubi banggai yang dijual di pinggir jalan Trans Kabupaten Banggai. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Dalam hikayatnya, ubi banggai bermula dari keluarga Raja Ternate yang terusir. Raja tersebut pergi dan pindah ke Banggai hingga akhirnya menjadi penguasa di sana. Keluarga Raja Ternate itu membawa ubi dan ditanam di Banggai Kepulauan, terutama di Tomini dan Peling Barat.

Tanaman tersebut tumbuh subur dan kebiasaan memanfaatkan ubi sebagai bahan makanan dari keluarga Raja Ternate tetap diteruskan selama di Banggai Kepulauan, hingga masyarakatnya memanfaatkan sebagai makanan pokok.

Ubi Banggai biasanya di jual di pinggir jalan dan dipajang bersama hasil kebun lainnya, serta disandingkan dengan jenis tanaman umbi-umbian lainnya seperti ubi jalar dan ubi kayu. Harganya cukup terjangkau. Bentuknya ada beberapa macam; lonjong memanjang seperti ubi kayu, atau bulat seperti kentang tapi ukurannya agak besar. Ubi Banggai bisa dimasak dengan cara direbus, dikukus, atau digoreng. Rasanya seperti kentang.

Baca: Banggai Cardinal Fish, Si Cantik dan Endemik Sulawesi

 

Ubi banggai merupakan komoditas pangan dari wilayah Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Tanaman khas

Dalam penelitian berjudul “Pertumbuhan dan Hasil Jenis Ubi Banggai [Dioscorea Spp] pada Berbagai Pupuk Organik”, ditegaskan bahwa salah satu komoditas pertanian tanaman pangan yang dapat dikategorikan sebagai tanaman khas/endemik [spesifik lokal], yaitu ubi banggai yang tumbuh di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Selain endemik, ubi ini juga telah lama menjadi bahan pangan utama yang dikonsumsi masyarakat lokal. Oleh karena itu, dapat dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan untuk pangan tambahan selain beras.

“Penelitian berkaitan dengan pengembangan komoditas ubi banggai belum banyak dilakukan, sehingga perlu riset untuk menambah informasi tentang budidayanya,” tulis para peneliti.

Sementara dalam penelitian terbaru yang ditulis Samsurizal Suleman dan kolega yang diterbitkan pada Jurnal Sains dan Teknologi [2021], disebutkan bahwa ubi banggai termasuk Famili Dioscoreaceae, Genus Dioscorea yang memiliki lebih dari 600 spesies. Sekitar 10 spesies di antaranya dibudidayakan sebagai bahan pangan dan untuk obat-obatan.

Ubi banggai [Dioscorea alata L.] merupakan kelompok tumbuhan Dioscoreaceae yang memiliki ragam varietas berbeda, meliputi 11 kultivar yang terdiri dari tiga kultivar Dioscorea esculenta, empat kultivar Dioscorea hispida, dan satu kultivar Dioscorea bulbifera.

“Banyaknya varietas ternyata belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, karena kebanyakan hanya dapat tumbuh baik di daerah Banggai Kepulauan dan sekitar,” ungkap peneliti.

Baca: Tumbuhan Ini Dinamakan Sarang Semut, Mengapa?

 

Di masa lalu, ubi banggai merupakan pangan utama masyarakat Banggai. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Penelitian yang berjudul “Kekerabatan Varietas Ubi Banggai [Dioscorea Sp.] di Sulawesi Tengah Berdasarkan Karakter Fenotipik” itu menyebutkan data-data kualitatif. Isinya menjelaskan karakteristik masing-masing varietas, meliputi ciri-ciri khas dari segi warna daun, batang, kulit dalam umbi, dan daging buah.

Dijelaskan bahwa karakter fenotipik setiap varietas ubi banggai menunjukkan adanya similaritas dari hasil identifikasi berbagai jenis. Keanekaragaman ini berdasarkan sifat fenotipik, kekayaan alam dari keragaman genetik.

“Keragaman jenis telah menjadi perhatian banyak peneliti. Variasi yang berbeda diduga akibat adanya pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan,” tulis para peneliti.

Menurut mereka, mempertahankan kelestarian ubi banggai dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu melakukan eksplorasi dan kajian tentang varietas pada berbagai lokasi untuk mendapatkan berbagai koleksi varietas unggul lokal. Pentingnya pelestarian dan pemuliaan tanaman sangat membantu dalam mempertahanakan keragaman jenis. Sebab, keragaman jenis merupakan salah satu cara mempersiapkan sumber pangan alternatif dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Baca juga: Pandemi Corona: Perkuat Keragaman Pangan, Indonesia Sehat Bukan Hanya Beras

 

Ubi banggai yang berbentuk panjang lonjong dikupas dan dijadikan sebagai penganan utama pengganti beras. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian [BPTP] Sulawesi Tengah, menjelaskan bahwa potensi sumber daya pertanian berupa tanaman ubi [baku] banggai menjadi primadona pangan lokal di kawasan kabupaten kepulauan di Provinsi Sulawesi Tengah.

Saat ini ditemukan 29 aksesi ubi banggai di antaranya: baku Pusus, baku Pauateno, baku Tu Moute, baku Sombok, baku Babangi Ungu, baku Tendetung, baku Balayon, baku Amangkul, baku Apal, baku Kulaluk, dan baku Solovia. Semuanya berpotensi untuk dikembangkaan dan didaftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman [PPVT] Kementerian Pertanian, sebagai varietas unggul lokal spesifik lokasi.

BPTP Sulawesi Tengah berharap, ubi banggai sebagai sumber daya pangan lokal yang sudah membudaya dapat diperkenalkan lebih luas serta dapat dilestarikan. Ubi banggai merupakan sumber daya genetik yang eksotik serta merupakan pangan fungsional yang sangat potensial.

Ubi Banggai mengandung beta karoten dan antosianin yang tinggi serta indeks glisemik yang rendah. Oleh karenanya, berpeluang menjadi salah satu pangan fungsional yang tidak hanya sebagai sumber energi untuk menggantikan beras namun juga bermanfaat untuk menyehatkan tubuh.

 

 

Exit mobile version