Mongabay.co.id

Seekor Buaya Muara di Lamongan Akhirnya di Tangkap Warga

 

Warga Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, kini bisa bernafas lega. Sebab, satu diantara empat buaya muara (Crocodylus porosus) yang sempat heboh di Bantaran Sungai Bengawan Solo di desa itu berhasil ditangkap warga.

Buaya itu ditangkap secara tidak sengaja oleh warga termasuk Juma’in ketika mereka ingin melihat penampakan buaya.

Setiba di bantaran Sungai Bengawan Solo dia melihat anak-anak kecil sedang melemparkan batu dan kayu ke arah sungai, yang ternyata adalah seekor buaya.

Merasa terganggu, buayat itu masuk ke dalam sungai. Tidak lama buaya itu lalu muncul lagi dalam posisi makin mendekat. Saat itulah Juma’in dan beberapa kawannya menangkap jenis buaya terbesar di dunia ini dengan menggunakan tali tambang.

“Kami kemudian membuat jebakan dari tali tambang. Mau kami jerat buaya ini justru malah naik dan mendekat. Jadi ya tambah enak ditarik ke atas,” jelas Juma’in kepada Mongabay Indonesia, Kamis (08/07/2021).

Mereka butuh waktu sekitar 30 menit untuk menarik buaya dari bantaran sungai ke daratan, jaraknya sekitar 2 meter.

Hal itu merupakan pengalaman pertama kali bagi Juma’in menangkap buaya, meski awalnya ragu dan takut. Dia memberanikan diri karena buaya yang telah meresahkan warga itu belum pernah berhasil ditangkap.

baca : Buaya Sering Muncul, Membuat Resah Warga

 

Warga memfoto buaya muara yang ditangkap di bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada Kamis (08/07/2021). Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dijadikan Tontonan

Setelah tertangkap, buaya itu di bawa ke rumah seorang warga, dan dijadikan tontonan banyak orang yang penasaran ingin tahu lebih dekat dengan memegang kulitnya dan berfoto.

“Saya kira kulitnya keras. Ternyata halus dan empuk seperti ban dalam,” komentar Wahyu Kurniawan, seorang warga.

Petang harinya, Petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur datang memeriksa kondisi buaya muara tersebut. Untuk mengurangi kerumunan warga, petugas membawa buaya ke Balai Desa Parengan, sebelum akhirnya dititipkan ke Lembaga Konservasi Maharani Zoo.

Sebelumnya menurut keterangan warga, terdapat empat ekor buaya yang sering terlihat di bantaran Sungai Bengawan Solo di desa setempat, dengan ukuran tubuh bervariasi. Buaya terbesar diprediksi berukuran panjang sekitar 4 meter. Namun, tidak pernah terlihat lagi.

Fenomena kemunculan buaya ini kemudian menjadi tontonan warga setiap hari, baik warga lokal maupun luar desa, tidak terkecuali juga anak-anak. Untuk mengantisipasi terjadi konflik antara manusia dengan buaya, petugas juga sudah memasang papan informasi agar warga lebih berhati-hati dalam beraktivitas di bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.

Di Indonesia, data LIPI menunjukkan sejak 2007 hingga 2014, kurang lebih tercatat 279 serangan buaya ke manusia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 268 kasus serangan dilakukan oleh buaya muara yang 135 kejadian berakibat fatal dengan kematian.

baca juga : Buaya Muara Bermunculan dan Tewaskan Warga di Maluku, Ada Apa?

 

Seorang anak melihat buaya muara (Crocodylus porosus) yang berhasil ditangkap warga secara tidak sengaja. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Penelitian Habitat

Buaya muara merupakan jenis satwa liar dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomer P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Agus Ariyanto, Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) Gresik X Lamongan menjelaskan, setelah diukur panjang buaya yang tertangkap itu sekitar 180 cm, sementara lebarnya 23 cm. Kondisi buaya saat ini masih stres. Selain itu, kuku buaya juga banyak yang patah.

Untuk sementara buaya muara tersebut dititipkan di Lembaga Konservasi Maharani Zoo, sambil pihaknya akan melakukan uji habitat untuk rencana rilis. Dia juga sudah berkoordinasi dengan pakar reptil dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

“Memang setiap tahun itu buaya ini naik ke atas dari hilir itu karena untuk mencari lokasi yang nyaman buat dia bertelur, menetas dan membesarkan anak. Sementara jika dilihat lokasi kemarin itu habitatnya memang cocok,” kata Agus ketika dihubungi, Jum’at (09/07/2021).

Hanya, lanjutnya, di bantaran Sungai Bengawan Solo tersebut aktivitas masyarakat cukup tinggi untuk memanfaatkan airnya. Sehingga keberadaan buaya muara ini menjadi ancaman bagi warga. Padahal daerah itu merupakan habitatnya.

Karena daya jelajah buaya muara ini juga jauh, Agus memperkirakan kemungkinan buaya-buaya tersebut sewaktu-waktu bisa berpindah, sehingga tidak setiap hari ada di lokasi tersebut. Bahkan, saat musim kawin buaya muara akan mencari tempat yang nyaman untuk berkembangbiak.

“Itupun tidak banyak aktifitas manusia, tapi di muara pun ternyata sudah banyak manusia beraktifitas. Orang mencari kerang, ikan, sehingga jika nanti dilepasliarkan di alam kan bahaya juga,” imbuhnya.

baca juga : Kebiasaan Unik Buaya Muara, Mempelajari Pola dan Gerakan Mangsanya

 

Petugas BKSDA Jatim membawa buaya untuk dititipkan sementara di Lembaga Konservasi Maharani Zoo. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Untuk itu, sebelum dilepasliarkan pihaknya bersama Lembaga Konservasi Maharani Zoo dan peneliti reptil terlebih dahulu akan melakukan studi habitat. Tapi karena saat ini kondisinya sedang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga pihaknya sementara ini konsultasinya melalui telepon.

Setelah itu ada dua altenatif, pertama pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan dan masyarakat sekitar apakah memungkinkan jika nantinya akan dikembalikan ke tempat semula. Yang penting juga ada edukasi ke masyarakat bahwa bantaran Bengawan Solo itu memang habitat dari buaya muara,

“Asal masyarakat lebih berhati-hati. Saling menyadari. Karena itu kan juga habitatnya, jangan diklaim semua itu habitat manusia,” kata dia. Jika alternatif pertama ini tidak memungkinkan. Maka akan dicarikan tempat di Lembaga Konservasi seperti di Predator Fun Park atau Kebun Binatang Surabaya.

Buaya muara adalah satu dari tujuh jenis buaya yang hidup di Indonesia. Jenis ini tersebar luas di perairan Indonesia, mulai Sumatera hingga Papua. Buaya muara [Crocodylus porosus] adalah reptil yang dapat mempelajari pola dan kebiasaan mangsanya.

Peneliti buaya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI], Hellen Kurniati mengatakan, buaya muara lebih suka hidup di daerah muara sungai yang dikelilingi tanaman nipah atau sejenisnya.

“Sebab tangkai daun atau pelepah tanaman itu digunakan untuk membuat sarang,” kata Hellen dikutip dari portal LIPI.

 

Selain kehilangan kuku, kondisi buaya muara yang ditangkap di bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Lamongan, Jatim itu diduga stres. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version