Mongabay.co.id

Kota Vertikal, Kepadatan Penduduk, dan Realita Gempa Bumi di Negara Kita

 

Pembangunan dan pengembangan kota vertikal bisa menjadi opsi mengatasi masalah kependudukan kawasan perkotaan di negara kita, di masa depan. Meski demikian, ide kota vertikal ini harus dibarengi dengan pendidikan kesiapan menghadapi gempa bumi bagi warganya.

Secara sederhana, kota vertikal merupakan menara-menara pencakar langit dengan puluhan lantai -atau bahkan ratusan- yang dirancang untuk mengakomodir berbagai kebutuhan warga kota. Mulai dari tempat tinggal, pendidikan, perkantoran, layanan kesehatan, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, ruang hijau, hingga lahan pertanian.

Kota vertikal diyakini sebagai salah satu kunci dalam mengatasi problem over-populasi kawasan perkotaan di masa mendatang. Dengan membangun kota secara vertikal, kita akan meminimalisir berkurangnya lahan terbuka kawasan perkotaan. Kondisi ini, pada gilirannya akan berkontribusi pada keseimbangan ekosistem kawasan perkotaan.

Baca: Teknologi 5G, Kontribusi untuk Lingkungan dan Dampak Kesehatan yang Harus Diperhatikan

 

Pembangunan kota vertikal harus memperhatikan segala aspek lingkungan, termasuk potensi gempa bumi yang ada di negara kita. Ilustrasi: Hidayaturohman/Mongabay Indonesia

 

Kayla Matthews [2018], dalam karyanya bertajuk “Vertical Cities: Can Mega-Skyscrapers Solve Urban Population Overload?” menulis bahwa keberadaan kota vertikal bukan hanya mampu menyelamatkan lahan-lahan terbuka di sekitar kita, atau membuat lingkungan lebih bersih dan menjaga ketahanan pangan.

Lebih dari itu, membantu warga kota lebih menghemat waktu dan energi lantaran mengurangi jarak tempuh saat harus pergi ke kantor, sekolah, rumah sakit, berbelanja maupun keperluan-keperluan lainnya. Warga tak perlu berkendara, karena fasilitas-fasilitas tersebut dapat ditempuh dengan jalan kaki. Dan ini membuat jauh lebih sehat.

Bagaimana dengan kebutuhan ruang hijau serta pasokan energi? Dengan perancangan yang apik, ruang-ruang hijau berupa green roof dan juga lahan pertanian mikro, dapat disediakan pula di kota vertikal. Artinya, warga tetap mampu mengakses ruang-ruang terbuka hijau di kota ini.

Adapun soal pasokan energi, kota vertikal dapat memanfaatkan energi ramah lingkungan berupa listrik tenaga surya, maupun tenaga angin. Menara pencakar langit yang memiliki banyak permukaan dapat dipasang panel surya untuk menghasilkan listrik. Tambahan lagi, dengan posisinya yang tinggi, potensi untuk memasang turbin angin untuk menghasilkan energi listrik juga terbuka lebar.

Dengan memanfaatkan inovasi teknologi, beberapa pengembang saat ini telah menyiapkan sejumlah konsep kota vertical. Satu yang paling ambisius adalah Luca Curci Architects. Pengembang yang berbasis di Italia ini sedang mengonsep kota vertikal 180 lantai, dengan luas 800.000 meter persegi, dan dapat menampung hingga 25.000 orang.

Kota vertikal yang dipersiapkan Luca Curci Architects dirancang agar benar-benar menjadi kota nol karbon, memiliki banyak ruang hijau, serta membiarkan cahaya dan udara alami masuk. Kota ini dirancang di atas air dan dapat diakses melalui perahu, helikoter, atau jembatan semi-terendam.

Baca: Bumi dan Ekosistem yang Sehat untuk Kehidupan Manusia

 

Kota vertikal diyakini sebagai sebuah solusi mengatasi kepadatan penduduk perkotaan di masa depan. Ilustrasi: Hidayaturohman/Mongabay Indonesia

 

 Sangat diperlukan

Bagi kita di Indonesia, dengan pertimbangan jumlah penduduk yang terus bertambah, keberadaan kota vertikal sangat bisa diperhitungkan.

Meski demikian, mengingat sebagian besar wilayah negara kita berada di antara tiga lempeng bumi yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, yang membuat rawan gempa bumi, maka kota-kota vertikal yang akan dibangun harus benar-benar tahan gempa.

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki titik gempa bumi paling banyak di dunia. Bukan itu saja. Kajian yang dilakukan Valentin Troll, pakar ilmu bumi dari Universitas Uppsala, Swedia, menunjukkan bahwa sejumlah gunung berapi di Indonesia masuk kategori gunung berapi paling berbahaya dan paling mematikan di dunia.

Dengan kondisi seperti itu, sudah selayaknya penduduk negeri ini harus senantiasa siap -fisik maupun psikis- menghadapi setiap kemungkinan terjadinya gempa bumi. Namun, faktanya sejauh ini, dibandingkan penduduk sejumlah negeri lain yang juga berada di kawasan rawan gempa, seperti Jepang, Romania, maupun Selandia Baru, umumnya penduduk kita kurang siap menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi.

Baca juga: Atasi Masalah Perkotaan di Malang, Yu Sing Usul Bangun Kampung Kota Vertikal

 

Konsep kota vertikal untuk kehidupan manusia di masa depan yang dapat dijangkau dari laut dan udara. Desain: Luca Curci Architects

 

Ini merupakan tantangan besar dalam soal pembangunan dan pengembangan kota vertikal di negara kita. Selain itu, pembangunan dan pengembangan kota-kota vertikal di negeri ini harus pula memperhatikan masalah pendidikan gempa bagi para penghuninya.

Pendidikan gempa bumi ini sangat penting agar para penghuni kota vertikal mengetahui dan memahami dasar-dasar ilmu gempa bumi [seismologi] berikut segala fenomena yang berkaitan dengannya. Juga, mengetahui dan memahami berbagai dampak gempa bumi bagi kehidupan manusia serta bagaimana melakukan mitigasi dan adaptasi.

Diharapkan, dengan memiliki pendidikan gempa bumi yang mumpuni, warga kota vertikal di negeri kita nantinya mampu bertindak rasional dan efisien sebelum dan ketika terjadinya gempa. Sehingga, mampu bekerja sama dan mengambil langkah tepat untuk pemulihan setelah gempa bumi terjadi.

 

*Djoko Subinarto, kolumnis dan bloger, tinggal di Bandung, Jawa Barat. Tulisan ini opini penulis. 

 

Rujukan:

Ali Sajwani. 2021. Vertical Cities: the Best Solution for Future. Megacities.

Luca Curci. Tanpa Tahun. Vertical City — A Self-Sufficient City-Building.

Melia Robinson. 2016. Vertical Cities Could be the Future of Architecture.

Riham Darwish. 2020. Vertical Cities: The Only Clean, Sustainable Future We Can Have.

Sarah Smith. 2021. Vertical City Concept: How to Live a Sustainable Life.

 

 

Exit mobile version