Mongabay.co.id

Karhutla Akibat Erupsi Gunung Ile Lewotolok di Lembata Berhasil Dipadamkan. Apakah Bakal Berulang?

 

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih mengancam wilayah Gunung Api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, NTT.

Kebakaran dipicu oleh erupsi gunung api Ile Lewotolok yang terus terjadi dan sulit diprediksi kapan erupsi berhenti. Aktifitas kegempaan masih terjadi dengan skal kecil.

Petugas Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Yeremias Kristianto Pugel kepada Mongabay Indonesia menyebutkan, erupsi yang menyebabkan Karhutla berawal Rabu (28/7/2021).

Jefri sapaannya menjelaskan, terjadi dua erupsi dimana erupsi pertama berlangsung pukul 00.24 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 1000 m di atas puncak (2423 m di atas permukaan laut).

Ia menyebutkan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 45 mm dan durasi 49 detik.

Di hari yang sama terjadi erupsi kedua pada pukul 07.22 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 800 m di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 34 mm dan durasi 29 detik.

“Letusan disertai dengan dentuman kian dan lontaran larva pijar sejauh 700-800 meter ke segala arah. Lontarannya jatuh di daerah vegetasi rumput ilalang sehingga terjadi kebakaran di lereng sebelah selatan hingga barat daya,” ungkapnya.

baca :  Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok di Lembata. Bagaimana Mitigasi dan Dampaknya?

 

Kebakaran hutan dan lahan di Gunung Api Ile Lewotolok usai erupsi akhir Juli 2021. Foto : Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, PVMBG

 

 

Erupsi Terus Terjadi

Jefri mengakui erupsi masih terus terjadi. Hari Jumat (30/7/2021) pukul 01:04 WITA terjadi erupsi selama 41 detik dengan tinggi kolom abu teramati ± 800 m di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat.

Erupsi kembali terjadi pukul 08:39 WITA selama 40 detik dengan tinggi kolom abu teramati ± 1000 m di atas puncak. “Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat laut,” terangnya.

Jefri mengatakan, sejauh pengamatan yang dilakukan, jangkauan erupsi 2 km dari puncak sementara jarak pemukiman terdekat yakni Desa Jontona sejauh sekitar 4 km dari puncak.

Ia sebutkan, dalam radius 2 km ada kampung adat Lewohala dan lahan perkebunan serta hutan lindung. Erupsi diserta lontaran larva mengakibatkan terjadinya kebakaran.

Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, PVMBG, telah mengeluarkan himbauan terkait erupsi. Masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki atau wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak atau kawah.

Ia mengingatkan agar masyarakat Desa Jontona selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak atau kawah.

“Mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya, masyarakat yang berada disekitar  Gunung Ile Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit,” sarannya.

baca juga : Rumah Adat Kampung Megalitikum di NTT Kembali Terbakar. Apa yang Harus Dilakukan?

 

Kebakaran hutan dan lahan di Gunung Api Ile Lewotolok usai erupsi akhir Juli 2021. Foto : Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, PVMBG

  

Waspadai Ancaman Lahar

Jefri mengingatkan, abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ile Lewotolok. Makanya, masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung diminta mewaspadai ancaman lahar terutama disaat musim hujan.

Masyarakat maupun instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan status maupun rekomendasi  Gunung Ile Lewotolok setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play.

“Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation),” himbaunya.

Jefri meminta, seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi yang tidak jelas sumbernya.

Pemerintah daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos PGA Ili Lewotolok di Desa Laranwutun atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

“Erupsi juga masih naik turun sementara kegempaan relatif menurun namun tidak bisa dipastikan sebab kadang sekali gempa dan terjadi erupsi. Statusnya masih level 3 siaga,” terangnya.

baca juga : Belajar dari Siklon Tropis Seroja. Bagaimana Antisipasinya?

 

Kondisi Gunung Api lle Lewotolok di Kabupaten Lembata,NTT usai erupsi akhir Juli 2021. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Terkait munculnya asap dan hawa panas yang menyeruak dari timbunan bebatuan pasca banjir bandang Seroja yang membuat heboh warga Desa Tanjung Batu, Ile Ape, Senin (26/7/2021), Jefri mengaku pihaknya masih menyelidiki.

Disebutkannya,ada dua lubang di lokasi tersebut yang ada uap keluar dari lubang tersebut sampai sekarang. Tidak ada asap yang keluar, hanya keluar uap panas sehingga PVMBG masih mengumpulkan data.

“Menurut masyarakat di tempat tersebut ada sumur. Waktu itu di lokasi tersebut ada timbunan bekas banjir Seroja dan didalamnya ada air. Saat panas akan keluar uap air melalui lubang namun masih dugaan dan kami sedang selidiki,” tuturnya.

  

Pemadaman Api

Erupsi gunung api Ile Lewotolok mengakibatkan terjadinya karhutla di sisi tenggara maupun selatan.

Jefri katakan, Sabtu (31/8/2021) terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, berlangsung tidak terlalu lama di wilayah timur laut  Desa Waowala,Tanjung Batu, Amakaka, Lamawara dan Bunga Muda.

“Api di  sisi sebelah tenggara gunung tidak padam karena hujan tidak sampai ke sisi tenggara,” ucapnya.

Dikutip dari Ekora NTT, Kepala KPH Wilayah Lembata, Provinsi NTT, Linus Lawe membenarkan hingga Selasa (3/8/2021) sudah 20 titik api yang dipadamkan menggunakan helikopter.

Linus katakan, terdapat 2 titik api yang masih terlihat.Disebutkannya,api ada yang padam sendiri karena hujan dan pemadaman secara manual seperti di Desa Kolontobo.

 

Gunung Api Ile Lewotolok saat erupsi akhir Juli 2021. Foto : Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, PVMBG

 

Pelaksana harian Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dalam rilis yang diterima Mongabay Indonesia, Selasa (3/8/2021) menyebutkan, helikopter BNPB melakukan water bombing di kawasan hutan yang terbakar.

Thomas mengapresiasi respons cepat pemerintah pusat membantu menanggulangi bencana.Dirinya pun mengajak masyarakat melakukan penghijauan di lereng dan puncak gunung serta melarang menebang pohon dan membakar hutan

“Nantinya kita akan melakukan penghijauan khususnya saat musim hujan nanti agar kondisi hutan di gunung Ile Lewotolok bisa kembali terjaga,”ungkapnya.

Dikutip dari Wikipedia, Puncak gunung Ile Lewotolok memiliki kawah besar menyerupai kaldera berbentuk bulan sabit yang disebut warga dengan nama Metong Lamataro. Sebentuk kerucut terbentuk di sisi tenggara Metong Lamataro dan menjadi puncak tertinggi (+1.423 m).

Kerucut tersebut memiliki lubang kawah aktif di puncaknya dengan hembusan uap solfatara di hampir semua bagian kerucut. Solfatara berwarna kuning membara, hablur belerang hasil sublimasi banyak ditemukan di lerang timur, utara dan selatan dari kerucut baru ini.

Gunung ini meletus tahun 1660, 1819,1849 serta tanggal 5 dan 6 Oktober 1852.Letusan juga terjadi tahun 1864, 1889 dan letusan kecil tahun 1920. Tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas, dan hembusan gas beracun.

 

Exit mobile version