Mongabay.co.id

Swarno Lumbangaol, Pulang Kampung buat Lestarikan ‘Ihan Batak’

Ihan Batak, ikan endemik perairan Danau Toba. Foto: Barita NL/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Swarno Lumbangaol, lulusan master pariwisata dari perguruan tinggi swasta di Medan, Sumatera Utara. Usai kuliah dia merantau. Setelah 20 tahunan lebih jadi pendidik di Aceh, Kota Meulaboh dan Nagan Raya, Swarno pilih pulang kampung ke Desa Bakkara, Marbun Tongak Dolok.

Kembali ke Bakkara, dia ingin melanjutkan usaha turun-temurun keluarga dalam budidaya ikan dalam kolam. Selain budidaya ikan, dia juga pemandu wisata.

Kini, dia bercita-cita budidaya ihan Batak. Dia tergerak budidaya ihan Batak karena melihat ikan endemik perairan Danau Toba ini makin langka.

Bibit ihan Batak (Neolissochilus thienemann), dia ambil dari sungai-sungai sekitar Humbang Hasundutan dan Samosir.

“Ihan Batak adalah ikan khas Batak,” katanya.

Ada tiga tingkat kolam berisi Ihan Batak. Bakkara memiliki kontur tanah mengandung banyak sumber air dan bebatuan hingga tak perlu banyak material untuk bikin kolam.

Dulu, kakeknya memelihara ikan mas dan ayahnya nila dan mujaer di kolam di sebelah rumah. Dia memilih budidaya ihan batak karena itu jenis endemik perairan Danau Toba.

Dinas Perikanan kemudian melihat aksi Swarno dan membantu mengembangkan pelestarian ihan Batak ini. Dia pernah mengenalkan ikan khas Batak ini dalam Pekan Raya Sumatera Utara di Humbang Hasundutan. Gawe ini gelaran Kementerian Pariwisata selama 30 hari dan dihadiri Presiden Joko Widodo.

 

Swarno Lumbangaol, pulang kampung dan budidaya ihan Batak (Neolissochilus thienemann), jenis ikan endemik perairan Danau Toba. Foto: Barita NL/ Mongabay Indonesia

 

Selain budidaya ihan batak, ia juga melestarikan tumbuhan sebagai pakan ikan ini. “Makanannya adalah azolla, sejenis tumbuhan air yang ada di sekitar sini. Saya juga budidayakan,” katanya.

Azolla (Mosquito ferns), sejenis tanaman paku yang hidup mengapung di perairan. Biasa dijumpai di lahan tergenang atau persawahan dengan ukuran 1,5-2,5 centimeter. Bentuk daun kecil saling bertindih dengan warna permukaan daun hijau kemerah-merahan.

 

***

Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan KepMen Nomor 1/2021 yang menyatakan ihan Batak sebagai ikan endemik dilindungi dengan status perlindungan penuh.

Dari penelitian LIPI, ihan Batak memiliki badan pipih memanjang, leher badan empat kali lebih pendek dari panjang standar serta berwarna keperakan. Ada 10 sisik di depan sirip punggung dan 26 sisik di sepanjang gurat sisi. Ikan ini sebagai jenis terancam punah oleh International Union for The Conservation of Nature (IUCN).

Selain ihan Batak, adapula ihan dengan marga Tor dan N. Sumatranus yang masih dapat ditemukan di sungai-sungai sekitar Danau Toba, meskipun populasi terus menurun. Genus tor ini, katanya, masyarakat Sumatera Utara mengenal dengan nama ikan jurung.

“Memang ada kesamaan dengan jenis ikan jurung, bedanya ada di muncung bagian bawah, dan matanya,” kata Swarno.

Ihan Batak dikenal memiliki struktur kuat. Ikan ini berenang melawan arus sungai yang deras hingga memiliki tekstur tulang padat.

 

Kolam ihan Batak. Foto: Barita NL/Mongabay Indonesia

 

Tradisi

Ihan Batak dalam budaya Batak merupakan simbol tradisi dan punya peranan penting bagi ritual sakral.

Menurut Swarno ihan Batak adalah suguhan untuk raja-raja masa kerajaan dulu.

Ihan Batak jadi persembahan kepada Tuhan (mula jadi na bolon) dalam rangkaian acara adat yang diberikan oleh hula-hula (kerabat dari pihak istri). Ia dipercaya mendapat berkat baik kesehatan, memiliki banyak keturuanan, murah rezeki dan bergelimang harta.

Dalam perkawinan adat Batak, penganan ini juga diberikan kepada pihak perempuan sebagai balasan pemberian makanan atau disebut dengan istilah tudu-tudu sipanganon. Tujuannya, untuk mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam setiap upacara adat Batak, ihan Batak dimasak dengan khas arsik. Kini, kebiasaan itu perlahan menghilang karena populasi ikan sudah jarang. Biasanya, ihan Batak diganti ikan mas.

“Ikan mas bukan endemik kita. Itu didatangkan Belanda pada masa kolonial. Mereka sebar ke Danau Toba,” katanya.

 

*****

Foto utama:Ihan Batak, ikan endemik perairan Danau Toba. Foto: Barita NL/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version