Mongabay.co.id

Melihat Restorasi Terumbu Karang di Lewotobi. Kenapa Pertumbuhannya Begitu Cepat?

 

Desa Lewotobi (dahulunya Birawan) merupakan satu-satunya desa di Provinsi NTT yang telah menerapkan Peraturan Desa terkait Konservasi Laut. Perdes No.9/2017 tentang Perlindungan Pesisir dan Laut itu lahir dari keinginan masyarakat di Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur ini melihat kerusakan ekosistem laut.

Dahulu, perairan di desa ini marak oleh aktifitas pengeboman ikan oleh nelayan dari luar wilayah desa. Terumbu karang pun rusak akibat penggunaan racun (Tuba) yang ikut membuat karang mati selain rusak akibat bom ikan.

Sejak 2017 diawali dengan seminar budaya menggali potensi desa dan kearifan local, dihasilkan rekomendasi. Pemerintah desa diminta membuat peraturan mengenai perlindungan laut.

“Faktof utamanya, hasil tangkapan nelayan berangsur turun dari hari ke hari karena aksi pengeboman marak dan terumbu karang banyak hancur,” kata Kepala Desa Lewotobi, Kabupaten Flores Timur, Tarsisius Buto Muda saat ditemui Mongabay Indonesia, Sabtu (28/8/2021).

Asis sapaannya mengatakan, harus diambil langkah agar terumbu karang yang ada bisa direhalibitasi. Sebelumnya marak bom ikan dan sulitnya akses sinyal telepon selular membuat masyarakat tidak bisa cepat melaporkan aksi para pelaku dari luar wilayah.

Manfaat Perdes dirasakan warga. Ada perubahan perilaku di masyarakat terkait menjaga ekosistem pantai dan laut.

baca : Pemulihan Terumbu Karang di Tengah Pandemi COVID-19

 

Para penyelam bersiap melakukan kegiatan transplantasi karang di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Asis memaparkan, dulunya saat masyarakat melihat ada pengeboman ikan mereka ikut mengambil ikan hasil pengeboman. Kini masyarakat melaporkan aksi pengeboman dan mengusir pelaku.

Dia sebutkan, tindakan merusak lingkungan yang biasa dilakukan masyarakat sudah tidak terjadi lagi. Masyarakat tidak buang sampah di pesisir pantai, tebang pohon di pesisir pantai, mengambil batu dan pasir di pantai untuk pembangunan rumah dan lainnya.

“Gol terbesar kita soal perubahan perilaku masyarakat, tidak adanya tindakan merusak lingkungan. Perdes lahir dari kebutuhan masyarakat bukan keinginan pemerintah desa,” tegasnya.

 

Dampak Restorasi Karang

Sebelum Perdes ditetapkan, masyarakat dan perangkat desa Birawan dipimpin kepala desa sudah memulai langkah konservasi laut. Dengan dana desa sebesar Rp.48 juta dibuatlah 10 meja sebagai wadah restorasi karang.

Satu meja berukuran panjang 3 meter dan lebar 1,5 meter. Dalam satu meja terdapat 40 tiang transplantasi karang. Areal yang dilakukan konservasi terumbu karang dikavling sepanjang  200 meter dan lebar sekitar 75 meter.

“Kami pasang pelampung sebagai penanda bahwa daerah ini jangan dilewati orang. Karangnya kami ambil dari pulau kecil yang ada di depan perairan desa kami,” ucap Asis.

baca juga : Apa Kabar Monitoring dan Evaluasi Program Terumbu Karang ICRG?

 

Para penyelam sedang melakukan pemasangan karang pada media tanam Jaring Laba-Laba (web spider) di lokasi restorasi karang di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur,NTT. Foto : Yayasan Misool Baseftin Flores Timur

 

Staf Yayasan Misool Baseftin Flores Timur, Ayub mengaku melakukan  penyelaman di lokasi restorasi karang tahun 2017, Jumat (27/8/2021).

Ayub katakan, restorasi karang tersebut sudah berhasil karena pertumbuhannya sudah batas maksimal untuk disurvey. Sekitar 30 cm sampai 40 cm dan daya hidupnya sudah normal.

Ia sebutkan, sudah kelihatan ada biota laut yang berdatangan di terumbu karang. Berdasarkan visual sensusnya sudah terdapat ikan-ikan bernilai ekonomis dan ikan hias.

“Terumbu karang buatan tersebut sudah menutupi mejanya dan tertutup sempurna. Estimasinya 80 persen mejanya sudah tertutup,” paparnya.

Kenapa restorasi karang berhasil? Asis paparkan, guna mengimplementasikan Perdes, dibentuk Kelompok Restorasi Ekosistem Terumbu Karang dan Konservasi Penyu beranggotakan 7 orang.

Kelompok dilengkapi dengan alat snorkling serta perlengkapan lainnya yang dibeli dari dana desa. Setiap anggota juga mendapatkan honor dari desa sebesar Rp200 ribu per orang setiap bulannya.

Kelompok itu berwenang dan bertanggung jawab menyusun rencana kerja dan mengajukan rencana kebutuhan kepada Kepala Desa melalui Penanggung Jawab Umum.

Kelompok mengajukan permohonan penetapan status penggunaan Kawasan Restorasi Ekosistem Terumbu Karang dan Konservasi Penyu kepada Kepala Desa melalui Penanggung Jawab Teknis.

baca juga : Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu

 

Penyelam sedang mengambil karang dari lokasi restorasi karang yang pernah dilakukan di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Yayasan Misool Baseftin Flores Timur

 

Kembali Berlanjut

Keberhasilan transplantasi karang tahap pertama memicu Yayasan Misool Baseftin Flores Timur  kembali bekerjasama dengan pihak desa melakukan restorasi karang tahap kedua.

Ayub menjelaskan,dalam kegiatan transplantasi karang selama dua hari, Jumat (28/8/2021) dan Sabtu (29/8/2021) terlibat 9 penyelam dari Misool, Satwas SDKP Flores Timur,Pokmaswas dan Pemerintah Desa Lewotobi.

Transplantasi menggunakan metode Jaring Laba-Laba (web spider). Terdapat 25 media tanam web spider. Areal transplantasi berada di dalam kawasan konservasi terumbu karang tahap pertama pada kedalaman 7 meter.

“Kita melakukan transplantasi di dalam satu area restorasi karang di tahun  2017 dan berdekatan agar satu koloni. Maksudnya agar terumbu karang yang sudah lama bisa menyuplai sumber bibit karang dan ikan-ikan bisa bermain ke terumbu karang yang baru dan menjadi tabungan ikan,” ungkapnya.

Teknologi web spider digunakan karena metode ini sederhaan dan siapapun bisa menggunakan selain biayanya tidak terlalu besar.

Ayub paparkan, dengan 25 media tanam spider pihaknya hanya menghabiskan dana sekitar Rp2,8 juta.

menarik dibaca : Transplantasi Terumbu Karang di Perairan Kojadoi. Apa Manfaatnya?

 

Para penyelam sedang melakukan pemasangan karang pada media tanam Jaring Laba-Laba (web spider) di lokasi restorasi karang di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Yayasan Misool Baseftin Flores Timur

 

Metode ini dipilih karena perairan di desa ini terkenal dengan arusnya. Dengan metode ini arus bisa mengalir, ada sirkulasi arus dan ada tempat persembunyian bagi ikan kecil bermain.

Rangka besi memberikan alur air sehingga tidak mudah terhempas gelombang. Rangkanya juga berfungsi menjebak pecahan karang dan menstabilkan substrat secara efektif. Juga, mendukung rekrutmen, pertumbuhan, dan keanekaragaman karang yang tinggi.

“Karena rangka besinya ditaburi pasir maka bisa menstimulan karang yang ditanam lebih cepat daya tempelnya,” jelasnya.

 

Harapan dan Rencana

Bukan sekedar melakukan transplantasi tetapi harus ada tindak lanjut agar restorasi karang bisa berhasil.

Ayub berharap agar sering dilakukan perawatan terumbu karang yang ditransplantasi. Harus sering dibersihkan karena saat dicek masih ada satu dua sampah plastik dan ranting pohon berada di karang.

Selain itu sebutnya, ada sedimen juga sehingga karang harus sering dibersihkan dan alganya disikat menggunakan sikat halus. Harus sering dikontrol  agar pertumbuhannya lebih cepat.

“Lokasi transplantasinya cocok sebab pertimbangan kami substratnya tersedia. Ada patahan karangnya yang sudah mati sehingga bisa mengikat karang buatan. Dengan rehabilitasi ini, masyarakat harus mulai mencintai laut dan perlu dibangun kesadaran masyarakat,” pesannya.

baca juga : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Kondisi terumbu karang yang dilakukan transplantasi di restorasi karang di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Yayasan Misool Baseftin.

 

Kepala Kantor Misool Baseftin Flores Timur, Maria Yosefa Ojan mengharapkan agar ke depannya desa bisa memanfaatkan dampak restorasi karang dan konservasi penyu yang dilakukan untuk kepentingan pariwisata.

Evi menginginkan desa-desa dampingan bisa berkembang dengan pendampingan ekowisata yang mereka lakukan agar bisa memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.

“Kami harapkan desa ini bisa menjadi contoh restorasi karang. Pantainya sudah bersih juga dan kalau sudah siap kita akan bantu buat paket wisata termasuk menjual edukasi restorasi karang,” ucapnya.

Asis menambahkan, apa yang dibuat terkait rehabilitasi karang akan menjadi obyek wisata selain potensi wisata lainnya di desa.

Kedepannya, pemerintah desa akan siapkan home stay dan membuat paket wisata. Ada 3 penyelam dari kelompok konservasi di desa yang telah memiliki sertifikat menyelam dan siap menjadi pemandu selam.

“Kami berkomitmen melanjutkan kegiatan ini agar masyarakat bisa merasakan manfaat dalam menjaga ekosistim termasuk dari segi pariwisata,” pungkasnya.

 

Kondisi terumbu karang yang dilakukan transplantasi di restorasi karang di perairan Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Yayasan Misool Baseftin.

 

Exit mobile version