Mongabay.co.id

Sampah, Ancaman Serius Laut Ternate

 

Puluhan anak muda yang tergabung dalam beberapa komunitas di kota Ternate Sabtu (18/9) pagi lalu, memenuhi kawasan pantai tapak I Lelong Kawasan Kampung Makasar Timur, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Kehadiran mereka untuk aksi pembersihan kawasan pantai yang kini telah direklamasi itu. Hari itu juga bertepatan dengan Peringatan Hari Bersih Dunia (World Clean Day) yang menjadi momentum penting menggaungkan kampanye lingkungan hidup yang bersih dari sampah di Kota Ternate.

Setelah berkumpul para anak muda ini, kemudian bergerak bersama petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate membersihkan kawasan pantai itu dari berbagai jenis sampah yang berserakan.

Dalam aksi bersih ini ada beragam jenis sampah yang bertebaran di kawasan itu berhasil dikumpulkan. Misalnya kantong plastik, tempat air mineral, styrofoam, hingga kain dan berbagai macam sampah rumah tangga yang sulit terurai.

Berbagai sampah ini berasal dari warga di lingkungan sekitar. Juga ada sebagian sampah yang datang dari laut. Sampah yang bertebaran ini ada karena sebagian warga kotanya membuangnya ke barangka (sungai kering) dan tepi pantai. Sampah ini ketika datang musim penghujan semua terbawa dan masuk mengotori laut.

Koordinator kegiatan WCD M Afif Riondi mengatakan, kegiatan ini selain bertepatan dengan hari bersih sedunia, juga menjadi momentum penting untuk memberikan penyadaran tentang bagaimana hidup bersih dengan mengedepankan pengelolaan sampah yang lebih baik. Hal ini digaungkan anak muda ini karena Ternate sebagai sebuah kota pulau memiliki masalah paling serius terkait sampah baik darat dan lautnya.

“Selain kita ingin membersihkan kota Ternate terutama kawasan pantainya dari sampah, juga ingin membangun kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya bersih lingkungan.” jelas Afif. Kegiatan ini melibatkan instansi terkait terutama DLH Kota Ternate. Tujuannya selain membangun kesadaran warga juga mengajak keterlibatan semua pihak di Kota Ternate dan Maluku Utara.

Dalam aksi bersih di pantai kawasan Kelurahan Soasio hingga ke Kelurahan Makassar Timur itu berhasil dikumpulkan sampah sebanyak 5 ton yang terdiri dari sampah plastic dan sampah rumah tangga lainnya. Sampah- sampah itu langsung diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) Buku Deru-deru di Kota Ternate Barat.

baca : Bersih Laut, Cara Kaka Slank, Ridho dan EcoNusa Menata Ekosistem di Maluku

 

Para relawan membersihkan sampah yang menumpuk di Pantai Kawasan Kampung Makassar, Kota Ternate, Maluku Utara dalam aksi bersih sampah World Clean Day. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

20 Ton Sampah Per Hari

Persoalan sampah di kota pulau seperti Ternate sangatlah serius. Pasalnya sampah yang tidak tertangani dengan baik itu, akhirnya memenuhi pantai dan laut Ternate. Bahkan sampah itu terbawa sampai ke Halmahera dan pulau kecil sekitarnya.

Data DLH Kota Ternate menyebutkan produksi sampah warga kota dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu penyebab sulitnya penanganan sampah adalah minimnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sehingga butuh edukasi yang lebih gencar.

“Soal (pengelolaan) sampah ini sudah berulangkali tetapi tidak ada perubahan. Harus lebih banyak edukasi dan sosialisasi agar warga kota punya kesadaran, termasuk membantu petugas kebersihan. Kalau tidak, nanti yang rugi itu masyarakat sendiri,” jelas Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Ternate Yus Karim.

Dia bilang sebagian orang menganggap sepele masalah sampah. Padahal dampaknya luar biasa. Misalnya sampah bakal menumpuk di musim hujan, semua orang bingung bagaimana menyelesaikannya. Karena itu perlu ada kesadaran semua pihak. “Kita butuh dukungan bersama untuk memerangi secara bersama masalah sampah ini,” ujarnya.

Dia bilang saat Ternate menghadapi masalah paling pelik soal sampah adalah sampah yan bertebaran di laut. Masalah sampah laut ini lebih berhubungan dengan sampah plastik. Belum lagi kini ada lagi sampah masker bekas perlu menjadi perhatian semua pihak.

Yus turut membeberkan data sampah yang naik sangat tinggi dalam 4 tahun terakhir. Pada 2018 lalu misalnya volume sampah per hari hanya 60 ton. Masuk 2021 sudah di atas 100 ton lebih. Sementara kemampuan daya angkut sampah ke TPA tidak seluruhnya terangkut. Ini karena berhubungan kesadaran masyarakat dan dukungan fasilitas serta sumberdaya.

“Maksimal sehari hanya bisa terangkut paling 90 ton. Artinya setiap hari lebih dari 10 ton sampah tidak terangkut. Sisa sampah yang tidak terangkut ini sebagian besar dibuang ke kali mati dan pantai yang akhirnya akan dibawa ke laut.

baca juga : Ini Cara Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Laut

 

Petugas kebersihan dan relawan membersihkan sampah yang menumpuk di mulut kali mati di Kota Ternate, Maluku Utara dalam aksi bersih sampah World Clean up Day. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Tidak terangkutnya sampah itu selain karena sumberdaya dan fasilitas yang terbatas juga alat angkut ke tempat pembuangan akhir. Pasalnya di Ternate sendiri hanya satu TPA   yang sudah hampir penuh. Karena itu jika masyarakat tidak bisa membuat perlakukan pengelolaan sampah suatu saat TPA akan penuh. Jika penuh ke depan sampah warga kota Ternate tidak tahu akan dibuang ke mana. Lahan yang terbatas seperti Ternate ini dikuatirkan akan terjadi meledak suatu saat nanti.

Masalah TPA ini perlu diseriusi karena, yang terjadi saat ini sampah diangkut dan ditampung tidak ada pengolahan atau recycling. Jika terus ditampung terus suatu saat akan penuh. “Ada 24 kendaraaan angkut yang dimiliki kota Ternate meski begitu tidak mampu mengangkut secara keseluruhan sampah yang dihasilkan warga kota. Sudah begitu dukungan anggaran daerah juga minim,”jelas Yus Karim.

DLH Kota Ternate memiliki 6 unit kendaraan L300, 18 unit dump truck, serta motor roda tiga untuk mengangkut sampah tersebut. Saat ini, hanya 6 dari 18 dump truck yang bisa dipakai.

Pada 2018, DLH Kota Ternate sempat mengusulkan adanya penambahan 15 petugas kebersihan serta  satuan tugas sungai. Namun usulan itu ditolak karena ketiadaan anggaran.

Sampah plastik ini juga ditemukan mengendap di perairan laut Ternate. Ketua Dodoku Dive Center, Dedi Abdullah menyatakan endapan itu terpantau sejak 2018.

Dedi mengidentifikasi, sampah yang paling banyak dia lihat adalah kresek berwarna, bungkusan deterjen, bungkusan susu sachet, kaleng, botol plastik, dan bekas popok bayi. Sampah plastik ini, kata dia, paling banyak menyebar di wilayah pesisir laut Kelurahan Soa-Sio hingga Pantai Falajawa, Kecamatan Ternate Tengah.

“Apabila tidak ditangani segera maka suatu saat batu karang di diving sites para penyelam akan tertutup sampah plastik,” ungkap Dedi belum lama ini

baca juga : Tekad Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Laut

 

Sampah di tepi pantai Kota Ternate, Maluku Utara, yang sudah mengendap di dalam pasir dan coba diangkat salah satu petugas kebersihan. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Maluku Utara (Walhi Malut), Ahmad Rusyadi Rasjid meminta pemerintah komitmen dengan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

“Pemerintah juga harus menekan produsen-produsen agar bertanggung jawab atas produksi produk-produk yang menghasilkan sampah plastik, serta mengubah tata kelola produksi produk-produk kemasan plastik yang ramah bagi lingkungan,” tegasnya

 

Exit mobile version