Mongabay.co.id

Sampah Organik Dijadikan Pupuk Cair, Cara Efektif Kurangi Beban TPA

 

 

Sampah organik bersama plastik, kertas, karet, logam, kain, dan kaca merupakan penyumbang terbanyak sampah saat ini. Persoalan serius yang harus dicarikan solusinya. 

Salah satu cara mengurangi sampah organik adalah dengan memanfaatkannya menjadi “sesuatu” yang bernilai. Misal, dijadikan pupuk kompos atau diolah menjadi pupuk cair organik.

Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some, mengatakan sampah organik diolah menjadi pupuk cair sudah dilakukan di sejumlah kampung di Surabaya.

“Bahan utamanya kulit buah dan buah yang membusuk. Bisa juga sisa sayuran, namun lebih baik dicampur sampah buah, misalnya nanas dan jeruk agar aromanya bersahabat,” ujarnya. 

Selain sampah buah dan sayuran, diperlukan pula air, limbah tebu, atau bahan lain yang bersifat manis, seperti gula dan air perasan tebu. Takarannya, 1 banding 3 banding 10, atau 1 takar sampah organik, 3 tetes tebu, dan 10 takar air.

“Sampah kulit buah dan sayuran yang sudah dicacah dimasukkan ke karung plastik atau jaring lalu dimasukkan air bercampur tetes tebu. Diamkan selama 21 hari dalam wadah tong plastik tertutup rapat, agar terjadi fermentasi,” papar Hermawan, saat memebrikan pelatihan kepada warga RW 06 Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya, Minggu [26/9/2021].

Baca: Kurangi Sampah Plastik dengan Membangun Budaya Isi Ulang

 

Limbah buah-buahan dapat dijadikan bahan pupuk cair organik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Setiap lima hari, tong tersebut dibuka sebentar untuk dikeluarkan gas yang dihasilkan. Bila terdapat buih putih berarti proses fermentasi berjalan baik. Setelah 21 hari, warga dapat menggunakannya sebagai pupuk tanaman. Semenara, sisa sampahnya dapat dipakai sebagai kompos.

“Tidak ada yang terbuang ke tempat pembuangan akhir [TPA], semua kembali ke alam,” terang Hermawan.

Pupuk cair organik juga bisa dimanfaatkan untuk mengencerkan tinja di septic tank warga, sehingga meminimalkan biaya sedot, karena cairan ini dapat mengurai kotoran. 

“Bisa juga untuk campuran pakan ternak dan pakan ikan. Pupuk cair ini juga bisa dijual, satu botol ukuran 600 ml, harganya 5.000 Rupiah,” imbuhnya.

Sampah sisa makanan yang mendominasi sampah Kota Surabaya, menurut Hermawan, dapat mengurangi beban TPA bila setiap warga mau memilah dan memprosesnya menjadi pupuk cair atau kompos. 

Pengolahan dari rumah akan membantu mengurangi sekitar 500 ton sampah yang dibuang ke TPA Benowo. 

“Kalau sisa makanan bisa diolah, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Tumpukan sampah organik di TPA akan menghasilkan gas methan, salah satu gas emisi rumah kaca yang justru daya hancurnya ke Bumi lebih besar dibandingkan CO2,” ungkapnya. 

Baca: Ekspedisi Susur Sungai, Perjuangan Kaum Perempuan Bebaskan Sungai Surabaya dari Pencemaran

 

Campuran air dan tetes tebu digunakan untuk merendam sampah organik sisa buah dan sayuran, untuk diolah menjadi pupuk cair. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Langkah tepat

Fasilitator Lingkungan Kelurahan Sambikerep, Eka Trisnawati, mengatakan upaya mengolah sampah organik menjadi pupuk cair secara mandiri merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi volume sampah di TPA.

“Sangat mudah dibuat, karena organik lebih baik hasilnya dan tidak perlu lagi membeli pupuk kimia. Kami mengarahkan warga untuk membuat sendiri. Diharapkan juga, warga menanam sayuran dan buah organik di pekarangan sendiri, sehingga menguntungkan secara ekonomi,” tuturnya. 

Mengajak warga untuk terlibat, menurut Eka, menjadi tantangan tersendiri karena belum semua warga mau. 

“Kami terus melakukan pendekatan agar semakin banyak warga terlibat. Dengan pelatihan ini, warga bisa merasakan manfaatnya,” ujarnya. 

Baca juga: Para Perempuan Desa Penyulap Sampah Anorganik Jadi Pernik-pernik

 

Sisa kulit buah dan sayuran diletakkan dalam karung yang sudah dilubangi bagian bawahnya, dan direndam selama 21 hari dalam tong untuk dijadikan pupuk cair. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Semakin banyak warga dan komunitas mengolah sampah secara mandiri, Hermawan berharap, kualitas hidup masyarakat semakin meningkat, baik secara kesehatan maupun ekonomi.

“Di Surabaya, sudah banyak yang menerapkan pemilahan sampah mandiri, lalu membuat pupuk cair dari sampah organik. Termasuk, komunitas dan sekolah-sekolah. Dengan begitu, lingkungan lebih bersih dan sehat, serta ekonomi masyarakat lebih berdaya,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version