Mongabay.co.id

Abrasi Pantai Parah di Ternate

Mangrove jenis Sonneratioa yang tersisa di Pantai Masirete. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Kala air laut surut, terumbu karang mati di Pantai Masirete,  Kampung Tabanga, Pulau Ternate, terlihat jelas. Sisa akar sagu dan batang kelapa ikut muncul di antara terumbu karang yang terhempas ke tepian pantai. Di ujung utara pantai, beberapa pohon ketapang tumbang. Abrasi parah terjadi di pesisir Ternate.

Khalis Muhammad Nur, warga Sulamadaha, Ternate memperlihatkan abrasi yang menenggelamkan lahan-lahan sekitar, termasuk tanahnya.

Di depan tanahnya, sebenarnya ada tiga kapling punya orang lain. Semua lahan itu habis tersapu air laut. Lahan yang tersapu abrasi sudah mencapai ratusan meter.

“Di depan lahan yang tersapu abrasi ini sudah hampir 150 meter. Tersisa lahan orangtua saya. Sebelumnya, ada tiga lahan di depan. Lahan ditumbuhi sagu dan kelapa itu semua amblas,” katanya.

Pantai yang menghadap ke timur atau laut Halmahera itu, katanya, kalau datang musim angin timur dan angin utara, gelombang besar datang menghantam. Hampir setiap saat pantai ini terkikis.

 

Baca juga: Mangrove Ternate Kritis, Bagaimana Upaya Pemulihan

Pohon ketapang di tepi pantai tumbang tersapu gelombang. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Abrasi menggerus daratan dalam 30 tahun terakhir ini. Khalis bercerita, tahun lalu masih bisa membuat rumah kecil sekitar 10 meter di batas air laut. Sekarang, dia harus pindah karena abrasi. Pasir putih di pantai ini ditimbun untuk menahan gempuran ombak saat laut sedang pasang.

“Ketika masuk Oktober-November, ombak besar menghancurkan Pantai Masirete dan menumbangkan ketapang di sekitar pantai,” katanya.

Guna memperbaiki kawasan pantai ini dari gempuran ombak, katanya, perlu upaya lain dengan membuat tembok penahan ombak. Kalau sudah ada penahan ombak, katanya, baru mulai penanaman mangrove.

“Saya kira kalau upaya perlindungan pantai dengan menanam mangrove seperti di selatan pantai ini harus ada upaya menahan gempuran ombak,” katanya.

Saran ini cukup beralasan karena sudah berulangkali tanam tetapi tidak berhasil. Ketika musim gelombang datang, tanaman tumbuh rusak terhempas gelombang.

Menurut Khalis, di pantai ini sudah enam kali tanam mangrove. Proses penanaman melalui proyek pemerintah daerah. Hanya beberapa pohon bisa bertahan hidup.

Selain itu, katanya, perlu ada pelibatan masyarakat. Dia meminta, kalau ada program menanam mangrove lagi, perlu pelibatan masyarakat hingga mereka bisa ikut merawat dan mengawasi.

“Model pelibatan dalam menanam mangrove, tidak hanya dengan masyarakat setempat juga komunitas anak muda yang peduli isu lingkungan hidup.”

 

Berupaya memulihkan hutan langrove di pesisir Ternate oleh KNPI bersama para pihak. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Para pemuda yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Ternate bersama mahasiswa kuliah bersama masyarakat (Kubermas) Universitas Khairun Ternate, Pemerintah Kota Ternate dan TNI Polri menanam mangrove akhir Agustus lalu.

Aksi pedui mangrove ini, katanya, bagian upaya membangun kesadaran semua pihak mulai dari antisipasi abrasi pantai sekaligus pemulihan hutan mangrove dan terumbu karang di Ternate.

Samar Ishak , Sekretaris KNPI Kota Ternate bilang, mangrove yang tumbuh akan jadi rumah bagi ikan dan penahan abrasi pantai . “Semoga kegiatan kecil ini bisa berdampak secara ekologi dan ekonomi,”katanya.

Soal abrasi pantai yang makin serius, tidak semata-mata dampak perubahan iklim tetapi aktvitas pembangunan kota. Salah satu, penimbunan pesisir pantai di pusat Kota Ternate.

Dia bilang, kebijakan pembangunan kota ini menimbulkan degradasi dengan kerusakan terumbu karang dan abrasi pantai. Kondisi ini, kalau tak tertangani serius, seperti dengan rehabilitasi mangrove akan makin memperparah keadaan.

Ternate, katanya, sebagai pulau kecil rentan tenggelam. Kondisi sekarang, sudah nyata sumber sumber air bersih terintrusi air laut.

“Ini sebenarnya contoh konkrit dampak abrasi makin serius.”

Untuk itu, rehabilitasi mangrove perlu dukungan semua pihak termasuk masyarakat. Kalau tak ada pelibatan masyarakat, katanya, hasil tidak maksimal.

 

 

*****

Foto utama: Mangrove jenis Sonneratioa yang tersisa di Pantai Masirete. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version