Mongabay.co.id

Taman Nasional Bromo Kebakaran

Sisa-sisa kebakaran setelah berhasil dipadamkan. Foto: Istimewa

 

 

 

 

Kebakaran hebat melanda Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kendati sudah berhasil dipadamkan, kobaran api yang berlangsung selama dua hari itu diduga menghabiskan belasan hektar hutan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Berdasar keterangan Sarif Hidayat, Kepala Seksi Humas dan Data TNBTS, kebakaran pertama kali terjadi Sabtu (9/10/21) pagi. “Terpantau pertama kali Sabtu pukul 10.15,” katanya saat dihubungi melalui telepon.

Kala itu, kobaran api di dua titik, Blok Lundan Abang, tepat di sisi barat lautan pasir, masuk Resort Lautan Pasir dan Blok Pondok Kawat, masuk Resor Penanjakan. Keduanya masuk Seksi I Cemoronglawang, Desa Wonokitri, Pasuruan.

Personel pemadam kebakaran (damkar) dari TNBTS bergegas ke lokasi untuk pemadaman. Hembusan angin kencang dan vegetasi mengering menyulitkan upaya pemadaman.

Sampai malam hari, api terus membesar hingga terlihat dari pemukiman penduduk di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Dari rekaman foto, kobaran api terlihat mengular. 

Karena kemarau, kata Sarif, banyak semak belukar mengering membuat api sulit dipadamkan. Kondisi ini diperparah medan curam dengan kemiringan lebih 80 derajat.

Kebakaran pun terus meluas ke Padang Savana di Lautan Pasir, Kabupaten Probolinggo. Api baru jinak setelah petugas mendatangkan mobil pemadam dari BPBD Pasuruan dan Probolinggo, Minggu (11/10/21) pagi.

 

Kobaran api mengular di Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru. Foto: istimewa

 

Syarif bilang, 59 personel dikerahkan untuk membantu padamkan api. Selain Tim Damkar juga puluhan personel dari TNI-Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA), Masyarakat Mitra Polhut (MPP), serta dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo.

“Untuk tanaman, di lokasi banyak didominasi semak belukar, alang-alang, akasia, serta cemara gunung. Itu yang paling banyak terbakar,” kata Syarif.

Hingga kini, belum ada kepastian berapa luas lahan terbakar maupun penyebabnya. Namun, Syarif bilang, dari hasil penyelidikan, diketahui kebakaran diduga berasal dari lahan masyarakat.

Apakah bakar lahan untuk pertanian? Syarif belum dapat memastikan. Yang pasti, katanya, titik awal api dari situ yang menyebar ke hutan.

Kebakaran akhir pekan lalu itu kali kedua selama kemarau kali ini. Menurut dia, pertama bulan lalu, tetapi tak ingat pasti luas area terbakar.

“Tidak ingat ya berapa luasnya. Tapi, sekitar bulan lalu. Lokasinya juga sama di situ.” Saat ini, mereka masih penyelidikan atas kebakaran ini.

“Ini masih kami selidiki. Karena kebakaran ini berbatasan dengan lahan petani. Jadi ini bukan dari dalam. Tapi, dari luar kawasan (lahan pertanian), lalu merambat ke dalam kawasan,” kata Syarif.

Guna mengantisipasi agar tak terulang, TNBTS mengintensifkan patroli, terutama di lokasi-lokasi rawan kebakaran.

Ridwan Haris, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan, telah mengintruksikan jajaran di Kecamatan Tosari, Pasuruan, bersama-sama meningkatkan pengawasan.

“Yang paling penting juga koordinasi. Begitu dapat kabar ada kebakaran, segera disampaikan biar segera bisa dikoordinasikan dengan isntansi terkait,” katanya.

 

Api mulai padam. Foto: Istimewa

 

Perketat patroli

Rosek Nur Sahid, Ketua Pembina Pro Fauna Indonesia, mengatakan, kebakaran salah satu ancaman hutan di TNBTS karena terjadi hampir tiap tahun.

Berdasar pengamatan, unsur kesengajaan mendominasi penyebab kebakaran selama ini baik oleh wisatawan maupun pesanggem (petani penggarap lahan).

“Ini tutup karena pandemi. Kenyataan kan masih banyak wisatawan masuk sembunyi-sembunyi. Besar kemungkinan itu dari putung rokok yang dibuang sembarangan.”

Untuk mengantisipasi, katanya, TNBTS harus meningkatkan patroli rutin. Selain di area rawan kebakaran, juga di simpul-simpul jalur wisatawan.

Patroli juga mutlak di lahan-lahan garapan warga. Karena, katanya, dalam banyak kasus, petani cenderung membakar lahan sebagai persiapan menjelang musim tanam.

“Bulan-bulan ini kan sudah masuk pancaroba. Petani biasa membakar untuk persiapan masa tanam. Karena praktik seperti itu jamak kami jumpai di lahan-lahan d luar kawasan,” kata Rosek.

Kebakaran, katanya, dipastikan berdampak pada ekosistem. Terlebih, selama ini TNBTS menjadi habibat sejumlah satwa lindung seperti macan tutul, elang Jawa dan beberapa satwa lain.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) seluas 56.000 hektar lebih, mencakup empat kabupaten yakni, Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Ia dikenal kaya biodiversitas.

Merujuk data TNBS, setidaknya ada 311 jenis flora, 158 jenis anggrek termasuk jenis anggrek langka.

Bunga edelweiss juga ada di sini. Bunga abadi yang biasa dipakai dalam upacara-upacara adat masyarakat Tengger, komunitas adat yang selama ratusan tahun mendiami pegunungan dengan puncak tertinggi di Jawa ini.

Ada juga 38 jenis satwa liar dilindungi di TNBTS, 9 masuk kategori red-list IUCN, yakni, lima jenis mamalia, tiga aves dan satu kelompok reptil.

 

Kebakaran di Taman Nasional Bromo. Foto: Istimewa

 

*****

Foto utama:  Sisa-sisa kebakaran setelah berhasil dipadamkan di Taman Nasional Bromo. Foto: Istimewa

Exit mobile version