Mongabay.co.id

Habis Gelap, Terbitlah Terang dan Harapan di Dusun Bondan

 

Sewaktu datang ke Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) tahun 1996 lalu, Muhammad Jamaluddin masih berusia 4 tahun. Dia bersama ibunya, Rodiah, datang dari Karawang, Jawa Barat (Jabar) untuk bertemu Ratam, bapaknya yang sudah lebih dulu di Dusun Bondan.

Sehingga, Muhammad Jamal atau biasa dipanggil Jamal sangat tahu bagaimana perkembangan Dusun Bondan. “Waktu pertama kali saya datang ke sini, saya kan masih kecil. Lokasi terpencil dan tidak ada listrik. Penerangan hanya terbatas dari lampu dengan bahan bakar minyak tanah. Bahkan, untuk belajar juga menggunakan lampu itu. Kondisinya memang memprihatinkan,”jelas Jamal pada Rabu (6/10) lalu.

Selama bertahun-tahun, Jamal dan keluarganya hidup dengan kondisi pas-pasan di dusun terpencil tersebut. Dusun Bondan, merupakan bagian dari Desa Ujung Alang utamanya diakses dengan perahu dalam waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam dari Cilacap. Bisa melalui jalan darat lewat Kecamatan Kawunganten, tetapi hanya jalan setapak, kalau musim penghujan tidak dapat dilewati.

Perubahan mulai terjadi di tahun 2017, ketika ada bantuan Teknologi Heop atau hybrid energi one pole. “Tahun 2017 ada bantuan dari Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap berupa teknologi Heop. Teknologi ini merupakan gabungan sel surya dengan kincir angin. Keduanya disatukan dalam satu instalasi untuk menyuplai kebutuhan listrik warga. Satu instalasi Heop mampu dipakai untuk 3-5 rumah. Kami sangat senang, karena sebelumnya tidak ada suplai listrik. Sebab, wilayahnya terpencil jauh dari mana-mana,”ungkap Jamal yang kini menjadi pengelola PLTH di Dusun Bondan.

baca : Energi Terbarukan untuk Tingkatkan Kesejahteraan Daerah Pinggiran

 

Pembanglit listrik tenaga hibrid yang menggabungkan antara tenaga surya dengan tenaga bayu di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Menurutnya, dengan adanya teknologi Heop, maka ada 54 rumah dan fasilitas umum seperti musala yang teraliri listrik. Sebelumnya, jika ingin menggunakan listrik, warga harus menarik kabel sejauh 5 km dari Desa Grugu, Kecamatan Kawunganten. Heop menjadi cikal bakal Dusun Bondan sebagai daerah mandiri energi.

Selang dua tahun kemudian, ada bantuan lagi pembangunan pembangkit listrik tenaga hibrid. Konsepnya sama seperti Heop, yakni memadukan antara tenaga surya dengan angin. Tetapi PLTH tersebut memiliki kapasitas lebih besar, sehingga suplai listrik untuk masyarakat Dusun Bondan juga lebih besar.

Jamal mengungkapkan, awalnya PLTH dibangun tahun 2018, kapasitasnya baru 6 ribu watt peak (Wp). Kapasitasnya kembali ditingkatkan menjadi 12 ribu Wp di tahun 2019 serta pada 2020 menjadi 16.200 Wp.

“Kondisi Dusun Bondan dulu yang gelap kini telah berganti menjadi terang. Dulu sangat gelap, tetapi kini warga merasakan ada listrik di rumah. Selain dapat menyalakan lampu, suplai listrik dapat dipakai untuk televisi, menyetrika, kulkas bahkan rice cooker. Memang selama ini dibatasi untuk kebutuhan masing-masing keluarga. Tiap keluarga ada jatah sekitar 500 watt. Yang paling penting, anak-anak tidak kesulitan belajar saat malam hari,”kata Jamal.

Ia mengatakan masing-masing penduduk dapat menikmati listrik dengan memberikan iuran Rp25 ribu per bulan untuk biaya pemeliharaan PLTH.

Dengan memanfaatkan energi terbarukan itu, Dusun Bondan mampu ikut serta menurunkan emisi CO2 sebagai pemicu pemanasan global. PLTH di Dusun Bondan bisa menurunkan emisi hingga 1,1 ton ekuivalen CO2. Konsistensi Dusun Bondang mengelola dan memelihara instalasi energi terbarukan sehingga ada keberlanjutan, membuat Dusun Bondan memperoleh apresiasi dari Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng. Pada 2019 lalu, Dusun Bondan sebagai dusun mandiri energi dengan teknologi Heop. Kemudian prestasi yang sama ditorehkan pada tahun 2021 dengan PLTH.

baca juga : Memadukan Kincir Angin dan Sel Surya untuk Wilayah Terpencil

 

Sel surya tengah dibersihkan sebagai bagian dari pemeliharaan. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Pengolah Air Payau

Kawasan Dusun Bondan yang dikelilingi oleh air payau membuat masyarakat cukup kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Yang dilakukan masyarakat setempat adalah mengumpulkan air hujan saat musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau, biasanya mencari air ke sebuah sumber mata air di gua Pulau Nusakambangan.

Untuk menjangkau Pulau Nusakambangan, warga yang memiliki perahu membutuhkan waktu berjam-jam untuk mendapatkan air bersih. Perahu melewati kawasan mangrove dan perairan Segara Anakan. Waktu berangkat 3 jam, pulang juga hampir sama waktunya. Sehingga total untuk mencari air bersih selama 6 jam. Warga yang tidak memiliki untuk mengangkut air bersih harus merogoh kantong Rp5 ribu per jeriken.

Puluhan tahun warga harus menggantungkan air bersih dari Pulau Nusakambangan. Namun, kini perubahan telah terjadi. Masyarakat Dusun Bondang tidak perlu susah-susah ke Nusakambangan, karena dengan adanya PLTH, kini sudah ada instalasi pengolahan air payau bantuan dari Pertamina Kilang Cilacap.

Dengan PLTH, ada instalasi Desalinasi Berbasis Masyarakat (Sidesi), yakni program pengolahan air payau menjadi air bersih. Ketua Pengelola Sidesi Muhammad Saepuloh mengatakan bahwa Sidesi menjadi solusi penyediaan air bersih bagi Dusun Bondan. “Sebelum ada Sidesi, masyarakat Dusun Bondan menampung air hujan di saat musim penghujan dan mencari air sampai ke Pulau Nusakambangan ketika musim kemarau datang,”kata Saepuloh.

baca juga : Ada Teknologi Sederhana Penyuling Air Laut Jadi Air Tawar, Apa Itu?

 

Petugas mengatur membran dalam intsalasi Sidesi untuk mendapatkan air yang layak. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dia mengungkapkan Sidesi memroses air bersih dari air payau. Prosesnya adalah menyedot air payau untuk ditampung di tempat penampungan air yang besar. Air payau diendapkan selama satu malam untuk menghilangkan bau dan kotoran. Setelah itu masuk ke peralatan filter untuk menyaring kembali kotoran. “Terakhir adalah masuk ke membran yang fungsinya adalah memisahkan air payau dan air tawar,”jelas dia.

Menurutnya, warga bisa langsung mengambil air bersih dari instalasi Sidesi tersebut. “Masyarakat yang mengambil air dari Sidesi memberikan iuran sebesar Rp1.500 per jeriken isi 30 liter. Iuran itu sudah menjadi keputusan sukarela warga, karena sebelum ada Sidesi, mereka harus membeli air Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per jeriken,”ujarnya.

Dengan PLTH yang menghasilkan energi terbarukan, membuat perubahan nyata masyarakat Dusun Bondan. Dari penerangan sampai pemrosesan air payau menjadi air bersih. Energi terbarukan nyata menjadikan Dusun Bondan menjadi terang dan penuh harapan.

 

Exit mobile version