Mongabay.co.id

Buka Donasi Agar Lembaga Konservasi Tetap Eksis Saat Pandemi

 

Kondisi Taman Rekreasi Marga Satwa (TRMS) Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) masih terlihat biasa-biasa saja. Satwa liar yang menghuni kebun binatang setempat masih tetap seperti sebelum pandemi covid-19 terjadi. Masih ada harimau Benggala, singa, buaya, beruang madu, orang utan dan lainnya. Yang membedakan hanyalah jumlah pengunjung yang datang. Sebab, dengan adanya PPKM Level 3 di Banjarnegara, tempat wisata masih sangat dibatasi. Adanya PPKM tentu saja berdampak pada kondisi satwa di TRMS Serulingmas Banjarnegara. Sebab, lembaga konservasi setempat mendapatkan dana operasional dari kunjungan.

“Praktis kalau tidak buka, maka kami tidak mendapatkan pemasukan. Pengalaman pada saat sebelum Lebaran, benar-benar sangat kesulitan. Karena operasional tinggi, tetapi kunjungan tidak ada sehingga pendapatan juga kosong. Kalau sekarang masih ada. Namun, kondisinya juga terbatas. Kalau tidak dibuka lagi, maka pada November mendatang kesulitan lagi untuk memberi makan kepada satwa.”ungkap Direktur TRMS Serulingmas Lulut Yekti Adi pada Sabtu (16/10) lalu.

Dia mengatakan bagi lembaga konservasi atau kebun binatang yang membiayai dirinya sendiri melalui kunjungan wisatawan, maka dipastikan akan mengalami kesulitan pada masa pandemi. Ia mengatakan kalau nantinya diperbolehkan buka, maka sampai Desember mendatang akan dapat memenuhi kebutuhan pakan satwa. Namun kalau tidak, maka harus ada upaya lain.

“Saya berterima kasih kepada Forum Kerja Sama Kebun Binatang dan Aquaria (FKKBA) Jawa Tengah (Jateng) dan DIY karena menginisiasi adanya donasi bagi lembaga konservasi yang kesulitan uang operasional. Inisiatif ini membuka harapan, sehingga satwa masih tetap mendapat pasokan pakan. Sebelumnya, kami juga pernah membuka donasi ini, namun hanya TRMS saja,” ungkap dia.

Lulut mengungkapkan setiap bulannya kebutuhan operasional TRMS Serulingmas Banjarnegara mencapai Rp250 juta hingga Rp300 juta. Dari jumlah tersebut, untuk pakan satwa sekitar Rp150 juta sampai Rp200 juta. “Biaya pakan memang cukup besar, karena di TRMS Serulingmas Banjarnegara memiliki 200 ekor satwa dengan 45 jenis. Mulai dari harimau, singa, orang utan, buaya dan lainnya,”jelasnya.

baca : Kala Kondisi Kebun Binatang Sepi Berbuah Kepedulian Publik

 

Seekor orang utan yang dipelihara di TRMS Serulingmas Banjarnegara. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Tak hanya TRMS Serulingmas Banjarnegara, kondisi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta juga harus memutar otak untuik mencukupi kebutuhan operasional khususnya dalam memberikan pakan terhadap satwa yang berada di lembaga konservasi tersebut.

Direktur Utama Taman Satwa Taru Jurug Surakarta Bimo Wahyu Widodo mengungkapkan bahwa dengan pembatasan kunjungan, maka sangat berpengaruh terhadap operasional terutama dalam memberikan pakan satwa. Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Pemkot Surakarta masih menggelontorkan dana hingga Rp193,5 juta. Namun demikian, operasional taman satwa masih lebih besar jika dibandingkan dengan alokasi anggaran dari pemkot.

“Taman Satwa Taru Jurug Surakarta memiliki koleksi hingga 400 ekor satwa. Kalau ditotal, kebutuhan pakan dan operasional mencapai Rp330 juta. Pada saat Taman Jurug masih buka dan didatangi wisatawan, tidak ada masalah operasional. Namun, karena masa pandemi dan pemberlakuan PPKM, maka kami pemasukan jadi berkurang,”katanya.

Karena itulah, pihaknya berusaha untuk mencari jalan keluar guna menutup operaisonal tersebut. Ada sejumlah langkah yang dilakukan. “Prinsipnya adalah melakukan kerja sama secara pentahelik. Yakni pemerintah, masyarakat, media, perusahaan dan media. Salah satu yang telah dilakukan adalah menggandeng pengusaha sebagai orang tua asuh dari satwa. Yang kami lakukan misalnya menjadikan perusahaan jamu di Semarang sebagai prang tua asuh gajah. Sehingga selama satu tahun, gajah di Taman Jurug sudah ada yang mengurusi. Demikian juga dengan seorang pengusaha buku di Solo, yang menjadi orang tua asuh orang utan, juga selama setahun. Langkah semacam inilah yang kemudian tidak mengurangi pakan satwa,”paparnya.

Bimo mengatakan dalam kondisi seperti sekarang, peduli lindungi seharusnya tidak hanya untuk manusia, tetapi juga bagi satwa. “Selama masa pandemi satwa juga harus dipedulikan dan dilindungi. Karena itulah, ketika FKKBA membuka donasi untuk lembaga konservasi, kami sangat mendukung. Sebab satwa-satwa yang ada di lembaga konservasi juga milik negara dan harus dipertahankan keberadaannya,” tandasnya.

baca juga : Mendesak.. Nasib Satwa di Kebun Binatang Butuh Kebijakan Negara

 

Singa yang menjadi koleksi TRMS Serulingmas Banjarnegara. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Direktur Utama Kebun Raya dan Kebun Binatrang (KRKB) Gembira Loka Yogyakarta KMT A Tirtodiprodjo mengatakan pihaknya juga terdampak, karena memang KRKB Gembira Loka tidak boleh buka pada saat PPKM. Dengan adanya pembatasan itu, mau tidak mau harus bertahan. “Kami harus rela mengalihkan biaya pembangunan untuk bertahan. Kebetulan, kami baru saja menurunkan dana Rp20 miliar dari bank pada tahun 2020 lalu. Sedianya akan dipakai untuk pembangunan di Gembira Loka, namun karena pandemi, maka untuk sementara skip terlebih dahulu. Dana tersebut kami gunakan untuk tombok (menutup) operasional dan mengangsur bank,”ungkapnya.

Dia mengatakan bahwa KRKB Gembira Loka membutuhkan dana Rp400 juta setiap bulannnya untuk pemberian makan satwa dan operasional. Untuk gajah, misalnya, membutuhkan dana hingga Rp10 juta setiap ekor per bulannya. Kalau harimau memerlukan Rp6 juta hingga Rp7 juta setiap bulan.

“Sementara ini, kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Di antaranya adalah supermarket di Yogyakarta yang biasa membantu buah dan sayuran yang tidak layak jual, namun masih layak konsumsi bagi satwa. Selain itu, juga ada bantuan pendanaan dari masyarakat peduli satwa di mana dananya bisa terkumpul hingga sekitar Rp1 miliar,”jelasnya.

Tirtodiprodjo juga meminta kepada pengelola untuk berinovasi pada masa pandemi seperti sekarang. Sebagai contoh, meski tutup, tetapi KRKB Gembira Loka bisa memiliki program, salah satunya adalah Supeda atau bersepeda di dalam kebun binatang. “Orang yang mengikuti jumlah terbatas, waktunya juga dibatasi. Dengan program semacam ini, setidaknya akan mampu memberi masukan. Inilah inovasi yang kami lakukan. Saya juga mendorong teman-teman lainnya untuk berinovasi juga,” kata dia.

baca juga : Belajar dari Kebun Binatang Gembira Loka Bertahan saat Pandemi

 

Pengunjung berinteraksi dengan gajah di Gembira Loka Zoo, sebelum pandemi. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia

 

Inovasi lainnya adalah soal pakan satwa. Pengelola dapat mengkombinasikan pakan. Jadi tidak melalu daging, bisa dicampur dengan lainnya. “Langkah ini bukan mengurangi pakan melainkan mencoba untuk meramu menu bagi satwa,” ujarnya.

Dia juga mendukung penuh ide mengenai pengumpulan donasi yang diinisiasi oleh FKKBA Jateng dan DIY. Dengan membuka donasi, maka dapat menjadi salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan operasional lembaga konservasi.

Ketua FKKBA Junjung mengatakan bahwa pihaknya telah menggelar pertemuan yang berlangsung Sabtu hingga Minggu (16-17/10) silam guna mencari solusi atas kesulitan yang dialami oleh kebun binatang sebagai lembaga konservasi pada saat pandemi.

“Isu pentingnya adalah kami membuat program Aid for Animal dengan melakukan penggalangan dana untuk memberikan bantuan kepada kebun binatang yang kesulitan pembiayaan. Dana akan diprioritaskan untuk kebun binatang atau penangkaran satwa yang memerlukan khususnya anggota FKKBA,”ujarnya.

Menurutnya, pihaknya tidak hanya menerima donasi keuangan, tetapi juga bahan pakan satwa. Misalnya sayuran, buah-buahan, ikan baik yang berkualitas maupun yang tidak layak jual, tetapi masih aman dikonsumsi satwa. “Kami juga membuka peluang seluas-luasnya bagi perusahaan yang ingin menyalurkan dana CSR. Selain itu, mendorong para sponsor agar menggiatkan bisnis jangka panjang dengan kebun binatang dan destinasi wisata aquaria,”jelasnya.

Seluruh elemen masyarakat dapat memberikan donasinya melalui rekening BRI 20340-1000-309302 an Forum Kerja Sama Kebun Binatang dan Aquaria Jateng-DIY.

 

Exit mobile version