Mongabay.co.id

Ulfa Zainal, Daur Ragam Sampah jadi Karya Seni dan Sumber Ekonomi

 

 

 

 

Hawa panas bak membakar tubuh. Meski begitu di rumah ukuran 6×8 meter itu, Ulfa Zainal bermandi peluh tetap bekerja. Dia mengolah ragam sampah jadi barang seni bernilai tinggi.

Rumah Ulfa di Kelurahan Tafure, Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara ini berada di lorong kecil. Rumah itu jadi tempat tinggal sekalian bengkel kerja dan etalase produk hasil kerajinan Ulfa dan anak muda binaannya.

Dari jalan sudah terlihat dari ruang tamu dan ruang tengah terisi hasil kerajinan bernilai seni dari olahan sampah. Ada kerajinan jadi, ada bahan baku baru setengah jadi.

Ibu empat anak ini sehari-hari mendedikasikan hidup dengan mengolah sampah. Ada sampah plastik, pelepah pisang, sisa kayu yang terdampar dari laut, dan ragam kulit kerang yang dibuang setelah daging dikonsumsi. Bahkan, buah macam nipah, nyamplung atau orang Maluku Utara menyebut dengan capilong, biji mangga, daun pandan serta sisa hasil kelapa, dari batang, sabut, tempurung dan bungkil, semua jadi bahan kerajinan.

“Pokoknya apa saja yang dianggap sampah saya bisa buat jadi barang seni dan bernilai uang,” katanya ditemui di rumahnya medio Oktober lalu.

Dia punya motto “Sampahmu Adalah Hartaku.” Motto itu dia tulis dengan indah dan dipajang di ruang tengah rumah sekaligus etalase barang- barang kerajinan hasil karyanya.

“Motto ini memotivasi diri saya dan orang di lingkungan sekitar bahwa sampah juga bernilai tinggi jika kita mampu manfaatkan dengan baik,” katanya.

Setidaknya,  dengan cara ini masalah sampah plastik bisa sedikit teratasi.

 

Hasil kreasi sampah buah nipah dan sabut kelapa jadi ayam dan berbagai jenis fauna lain. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Ulfa cerita, menggeluti seni dan pemanfaatan sampah jadi barang kerajinan ini, bukan sebuah kebetulan. Kecintaan bikin kerajinan sudah terasah sejak kecil. Mulai dari TK, SD dan SMP bakat ini sudah ada, lebih matang ketika masuk SMP di Urimesingm Ambon, Maluku sekitar 1980-an. Di sekolah ini, Ulfa mendapatkan didikan tambahan dari para guru di sekolah yang dimatangkan dengan praktik.

”Menggeluti seni terutama seni rupa ini tertanam sejak sekolah TK, tetapi lebih dimatangkan ketika masuk ke SMP. Di situ banyak mendapatkan tambahan praktik. Mulai dari melukis, mengukir, mematung serta keahlian menyulam dan lain-lain.”

Kegiatan seni ini menggunakan beragam bahan baik organik maupun non organik, mulai dari benang, plastik, kayu, buah dan batang serta daun dari tumbuhan.

Semua bahan, katanya, bisa dimanfaatkan jadi barang seni bernilai tinggi. Hal ini juga yang menjadi modal dan terus dia kembangkan hingga kini.

Dari olah sampah yang dia geluti bisa hasilkan karya seni bernilai tinggi sekaligus hasilkan uang lumayan.

“Ada banyak kelompok warga setiap saat meminta saya melatih mereka dari anak sekolah, ibu ibu organisasi kemasyarakatan hingga kelompok disabilitas atau warga berkebutuhan khusus juga ikut saya latih,” katanya.

Rumahnya bahkan jadi laboratorium siswa belajar mengolah berbagai sampah. Untuk kelompok siswa yang datang belajar dari SD, SMP dan SMA.

Ulfa geluti kerajinan sampah sejak 2009. Dia mulai dengan mengumpulkan sampah plastik dan beragam barang tidak terpakai lalu dibentuk jadi beberapa barang yang bisa dijual. Awal usaha yang dia rintis ini hanya modal Rp150.000. Ternyata produknya mendapat tanggapan masyarakat luas. Ragam kerajinan laku dan banyak diminati .

Dalam dua tahun beroperasi, usaha kerjinan sampah itu mendapat kepercayaan pemerintah. Dia diajak mengikuti pameran dalam beberapa acara baik lokal maupun nasional.

 

Sampah jadi kerajinan pala dan cengkih, dua tanaman yang banyak tumbuh di Maluku Utara. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Kerajinan yang banyak untuk pameran seperti hasil mendaur ulang sampah terutama plastik dan sisa bahan organik. Untuk sampah plastik semisal gelas air mineral, dibuat beragam kreasi untuk kebutuhan rumah tangga. Ada jadi keranjang belanja, tempat air mineral, tempat pena, tempat kue dan beragam kreasi lain.

Untuk bagian tengah gelas dilebur lagi dan dibentuk jadi asbak atau tempat debu rokok, vas bunga dan beragam peralatan lain. Tidak itu saja, dari sampah plastik juga jadi beragam kreasi seni yang bisa jadi buah tangan ketika ada yang berkunjung ke Ternate.

Produksi olahan sampah sejak 2010-2016   yang dia titipkan ke berbagai toko souvenir sudah hasilkan sampai Rp100 jutaan. “Artinya, dari sampah plastik yang diolah menghasilkan uang tidak sedikit. Yang penting lebih banyak berkreasi untuk menghasilkan produk.”

Dari bahan organik, dia banyak hasilkan kerajinan berbentuk flora dan fauna.

Untuk pelepah pisang, dia bikin tempat tisu, topi, kerajang dan beberapa barang seni lain.   Ulfa memerlukan mesin press untuk jadikan pelepah pisang bahan setengah jadi.

“Ini masih usaha rumahan. Saya berharap suatu saat ada bantuan pemerintah bisa merealisasikan mimpi saya ini.”

Ulfa merintis usaha ini berawal dari hobi. Baginya, kalau tanpa hobi akan macet ketika habis ide berkreasi.

Setiap karya seni dari sampah ini, katanya, punya hubungan dengan kekayaan alam maupun budaya dan tradisi di Ternate. Sampah yang diolah dan hasilkan karya, katanya, terinsipirasi kekayaan sumberdaya hayati baik flora dan fauna terutama endemik Maluku Utara.

“Saya tertarik membuat karya seni dari sampah ini untuk hewan dan tumbuhan endemik Maluku Utara, seperti miniatur burung bidadari dan ayam dari batang nipah digabung dengan sabut kelapa dan kulit jagung.”

Ulfa tak bekerja sendiri. Dia membentuk kelompok binaan terutama anak-anak muda sekitar. Selain untuk menumbuhkan kepekaan pada generasi muda untuk mengelola dan memanfaatkan sampah, kelompok binaan ini sekaligus untuk mendukung kalau dia sedang menerima banyak pesanan produk.

“Saya membina tujuh orang di sekitar lingkungan saya. Tujuannya selain mencari bakat bakat seni mengembangkan produk daur ulang sampah, juga membantu saya jika ada banyak orederan karena tidak mungkin saya kerjakan sendiri,” katanya.

 

Keranjang tempat air, kreasi sampah plastik di bengkel Ulfa Zainal. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

*******

Foto utama: Ulfa Zainal, perajin sampah termasuk sabut kelapa. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version