Mongabay.co.id

Tak Seperti Kuda, Mengapa Zebra Tidak Pernah Menjadi Hewan Peliharaan dan Tunggangan?

Seorang tentara Jerman mengendarai zebra di Zanzibar, Afrika Timur Jerman, pada tahun 1890-an. Foto: Wikimedia Commons/Publik Domain

 

 

Bisa jadi, banyak dari kita yang sering bertanya, mengapa zebra tidak pernah menjadi hewan tunggangan dan alat transportasi manusia sebelum ditemukannya mesin dan alat-alat transportasi lainnya? Bukankah, zebra mirip kuda dan berlari kencang? Tapi, mengapa tidak pernah dipelihara manusia sebagai hewan tunggangan?

Sebenarnya, di masa lalu, begitu banyak upaya, terutama orang-orang Eropa yang menjajah Benua Afrika, untuk menjnakkan zebra. Tak terhitung berapa kali mereka mencobanya. Bahkan, pada abad ke-19, ada juga beberapa zebra yang ‘dipaksa’ untuk menarik kereta, atau ditunggangi manusia layaknya kuda. Meski begitu, berbagai cara untuk menjinakkannya mulai ditinggalkan, dan setelah itu sepertinya tidak terdengar lagi upayanya.

Seperti kuda dan keledai, zebra termasuk keluarga Equidae [dikenal sebagai equids]. Ketiga spesies tersebut sangat erat hubungannya, sehingga mereka dapat kawin silang dan membentuk hibrida. Sebut saja, zedonk [persilangan antara zebra jantan dan keledai betina], zorse [keturunan zebra jantan dan kuda betina], serta zonie [hibrida antara zebra dan kuda poni]. Tapi, tidak seperti sepupu-sepupu mereka, zebra menolak tunduk pada manusia.

Baca: Mengenal 9 Jenis Kucing Terbesar di Planet Bumi

 

Perwira kolonial Jerman mengendarai zebra jinak melompati pagar di Afrika Timur. Foto diambil antara tahun 1890 dan 1923. Foto: Dok. Divisi Cetak & Foto, Perpustakaan Kongres, AS.

 

Mengapa demikian?

Jawaban paling bisa diterima adalah karena seleksi alam. Zebra dan kuda menyimpang dari nenek moyang yang sama sekitar 4-4,7 juta tahun silam. Masing-masing beradaptasi dengan lingkungannya. Kawanan kuda liar di Amerika Utara dan Eropa, pada awalnya dipelihara sebagai hewan untuk dikonsumsi, tetapi lambat laut menjadi terbiasa dengan manusia.

Setelah munculnya budaya pertanian 12.000 tahun lalu, kuda dimanfaatkan untuk membantu manusia mengelola tanah, juga sebagai alat transportasi. Kuda, terbukti sangat membantu sebagai tunggangan saat perang di masala lau. Inilah yang kemudian mendorong manusia untuk berupaya menjinakkannya, dengan cara membiakkan individu-individu kuda yang paling jinak.

Tapi tidak seperti kuda liar, zebra di sabana Afrika terbuka memiliki begitu banyak predator, seperti singa yang ganas, cheetah yang berlari begitu cepat, atau kawanan hyena yang menyerang berkelompok.

Itulah yang dimaksud seleksi alam. Zebra menjadi hewan yang sangat reaktif terhadap tanda bahaya sekecil apapun. Zebra akan menjadi impulsif dan menolak untuk ditangkap.

Meskipun ukurannya seperti kuda poni, dalam beberapa catatan, zebra berhasil membunuh singa yang menyerang dengan satu tendangan kaki belakangnya. Selain kaki belakang yang berbahaya, zebra juga dikenal suka menggigit. Zebra juga memiliki refleks merunduk, yang sangat menghambat penangkapan dengan laso atau metode lainnya, sebagaimana dikutip dari The Conversation.

Di samping itu, zebra tidak memiliki struktur keluarga dan tidak ada hierarki sosial. Tidak seperti kuda liar yang hidup dalam kawanan dan memiliki tatanan terstruktur.

Baca: Tanpa Tidur, Bisakah Hewan Bertahan Hidup?

 

Seorang tentara Jerman mengendarai zebra di Zanzibar, Afrika Timur Jerman, pada tahun 1890-an. Foto: Wikimedia Commons/Publik Domain

 

Meski tidak bisa dijinakkan, tetap saja ada orang yang ‘memaksakan diri’. Misalnya, pada tahun 1860an, George Gray seorang perwira tentara Inggris yang ditugaskan dan diangkat menjadi PM Pada pertengahan abad ke-19, George Grey mendatangkan zebra dari Afrika Selatan ke Selandia Baru. Grey ingin agar kereta kudanya yang selama ini ditarik oleh kuda liar Afrika, ditarik oleh zebra.

Ahli Zoologi Inggris, Lord Walter Rothschild, dilansir dari The Vintages, bahkan dikenal mengendarai kereta yang ditarik empat zebra ke Istana Buckingham, pada suatu hari di tahun 1898. Belakangan, awal 1900-an, Rosendo Ribeir, dokter pertama di Nairobi, Kenya berkebangsaan Portugal, terlihat mengunjungi pasien-pasiennya di rumah rumah mengendarai zebra.

Tentara Jerman di koloninya di Afrika Timur, sangat tertarik  memelihara zebra sebagai pengganti kuda. Mereka, bahkan menerapkan program untuk menyilangkan zebra dengan kuda, guna menciptakan hibrida yang tahan terhadap penyakit, yang biasanya memusnahkan kuda impor.

Baca juga: Mengapa Gajah Berbulu Perlu Dibangkitkan Kembali?

 

Walter Rothschild menaiki kereta yang ditarik zebra. Foto: Wikimedia Commons/J. T. Newman – The Picture Magazine/Publik Domain

 

Namun, ini hanya beberapa contoh individu yang dijinakkan. Secara keseluruhan, zebra terbukti terlalu sulit dan keras kepala untuk dijinakkan, meskipun ada upaya terbaik dari orang Eropa di Afrika, yang akan memanfaatkannya dengan baik. Bahkan, upaya baru-baru ini terbukti agak sia-sia.

Pada 2013, seorang remaja di Virginia, Shea Inman, melatih seekor zebra untuk ditunggangi.  Setelah berbulan melatihnya, dia berhasil menunggangi zebra meskipun hanya sebentar.

“Kadang, zebra ini seolah sudah mahir dikendarai, tapi di lain hari, dia berperilaku seperti tidak pernah melihat manusia,” tulis Inman, dalam catatannya, dikutip dari Thomson Safaris.

Jadi, meskipun penampilannya seperti kuda, zebra tidak akan mudah tunduk pada manusia. Mereka suka menjalani hidup dengan caranya sendiri.

 

 

Exit mobile version