- Masyarakat Trenggalek kuat tak menginginkan pertambangan emas masuk ke daerah mereka. Sementara perusahaan gencar melakukan pendekatan kepada para pihak.
- Awal November lalu, perwakilan perusahaan mendatangi markas Aliansi Rakyat Trenggalek dan ditemui Trigus D Susilo, Ketua Pemuda Muhammadiyah, Kabupaten Trenggalek. Kepada mereka, Trigus menyatakan, dia dan seluruh elemen masyarakat yang tergabung di ART tetap menolak tambang emas di Bumi Trenggalek.
- Beberapa bulan sebelum itu, perwakilan SMN juga menemui Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Kabupaten Trenggalek, Izzuddin Zakky atau Gus Zakky. Gus Zakky bilang, Trenggalek kaya sumber daya alam tidak perlu tambang emas. Kalau pertambangan sampai beroperasi, selain merusak lingkungan, banyak contoh masyarakat justru hidup sengsara.
- Merah Johansyah, Koordinator Haringan Advokasi Tambang (Jatam) Nasional mengatakan, perusahaan agresif mencari dukungan belakangan ini tak lepas dari kehadiran Far East Gold (FEG) sebagai penyandang dana.
Perusahaan tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) gencar mendekati para pihak untuk melancarkan kegiatan mereka menambang emas di Trenggalek, Jawa Timur, terlebih setelah ada pemegang saham baru, Far East Gold. Salah satunya, awal bulan lalu, sejumlah perwakilan SMN menemui Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) yang sejak awal kuat menolak rencana penambangan emas ini.
Trigus D Susilo, Ketua Pemuda Muhammadiyah, Kabupaten Trenggalek yang ditemui rombongan SMN ini. Kepada mereka, Trigus menyatakan, dia dan seluruh elemen masyarakat yang tergabung di ART tetap menolak tambang emas di Bumi Trenggalek.
“Sikap kami tetap sama, tidak berubah. Kami dan masyarakat di bawah tidak menghendaki ada tambang emas. Kami sudah hidup nyaman dengan kehidupan sekarang ini,” katanya.
Ada empat orang dalam rombongan SMN yang datang ke markas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) PAMA, juga menjadi basecamp ART. Antara lain, ada Teuku Mufizar, selaku negosiator, Agus Hendratno, ahli geologi dari UGM Yogyakarta. Bambang Puji, mantan caleg Demokrat DPRD Kabupaten Trenggalek juga mendampingi.
Dalam pertemuan itu, Agus mengatakan, bersama rombongan sengaja datang untuk membangun persepsi, sekaligus menjelaskan rencana penambangan emas oleh SMN di Trenggalek.
Dia tak mengelak rencana tambang emas di Trenggalek menuai penolakan dari berbagai elemen masyarakat. Hal itu, katanya, tak lepas dari “kesalahan-kesalahan” SMN sebelumnya, terutama saat proses eksplorasi berlangsung.
Agus bilang, perlu menggarisbawahi bila SMN sekarang bukanlah yang dulu. SMN dulu mayoritas saham dimiliki Arc Exploration–kini beeganti nama jadi Cyprium Metal., Ltd—sudah diakuisisi Far East Gold, perusahaan pertambangan asal Australia.
Dia mengklaim, penyandang dana SMN terbaru ini memiliki komitmen lebih terhadap praktik pertambangan yang baik (good minning practice). Kehadiran investor baru ini juga mengubah wajah SMN agar lebih mendengar asrpirasi masyarakat.
“Apapun yang dilakukan SMN, akan dilaksanakan dengan pendekatan masyarakat Jawa. Kulo nuwun kepada seluruh stakeholder dan sebagainya,” katanya.
Baca juga: Bupati Trenggalek Siap Pasang Badan Tolak Tambang Emas

Agus juga bilang kepada manajemen baru SMN agar tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan sebelumnya.
“Jadi, investor yang baru ini , termasuk SMN selaku pemegang izin, saya minta untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.”
Menurut dia, sebelum izin produksi SMN terbit, rencana penambangan emas di Trenggalek sudah melalui jalan panjang. Beberapa investor keluar masuk sebelum Far East.
Sebut saja , investor asal Amerika Serikat (Anglo Saxon) keluar tahun 1990. Ada Jepang yang bekerjasama dengan perusahaan Australia. Begitu juga dengan PAMA (Astra Grup), satu-satunya investor lokal juga keluar karena kehabisan dana.
“Kenapa Far East sampai berani, karena melihat potensi bijih. Saat ini seluruh regulasi kami penuhi. Kami ngin pemetaan kawasan hutan, mana yang jadi kewenangan negara. Ini nanti yang akan dibayar investor.”
Trigus menyampaikan beberapa hal yang menjadi dasar penolakan mereka bersama elemen lain. Dari banyak sisi, penambangan SMN banyak bermasalah.
Baca juga: Was-was Tambang Emas Rusak Trenggalek [1]
Salah satu, menyangkut profil perseroan yang dinilai jauh dari kesan perusahaan profesional. Kantor tak jelas, SMN juga punya reputasi buruk dalam kasus tambang di Bima, pada 2012.
Berikutnya, potensi dampak lingkungan ketika tambang nanti beroperasi. Terlebih, dari hasil tumpang susun Pemkab Trenggalek, konsesi SMN banyak beririsan dengan kawasan berfungsi lindung hingga permukiman.
“Kami tidak anti tambang. Kami hanya mempertahankan ruang hidup kami supaya tidak rusak. Kami dan mereka para petani tidak ingin lingkungan yang menjadi ruang hidup kami rusak,” kata Trigus.
Alasan itu yang membuat dia dan warga kokoh menolak. Trigus merasa aneh, penolakan kuat tetapi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) masih lolos. “Kok bisa?”
Agus yang juga anggota Tim Penilai Amdal tak tahu pasti. Dia menyebut, bila amdal SMN saat itu disusun provinsi. “Ini yang menilai provinsi, bukan saya. Karena saya di tim penilai KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” katanya.
Baca juga: Menyoal Izin Tambang Emas di Trenggalek [2]
Namun, katanya, secara keilmuan, semua potensi dampak dapat dikelola baik ekologis maupun sosial. Misal, bila ada jalur sungai putus, harus dibuatkan sungai baru. Begitu juga aspek sosial, dihitung ahli sosial. Kalau ada tanaman dilindungi UU juga harus diganti.
“Saya tidak tahu bagaimana mekanisme komisi penilai amdal di Jatim waktu itu. Karena saya di komisi amdal kementerian. Kalau kaidah keilmuan dan kaidah lain terpenuhi, pemerintah pasti memproses.”
Menurut Agus, dari 12.000 hektar, tidak semua ditambang. Pembongkaran hanya akan di lokasi tapak pertama, yakni Blok Sentul -Buluroto, Desa Karangrejo dan Ngadimulyo, Kecamatan Kampak. Titik lain, baru eksplorasi .
Agus menyatakan sebagai akademisi, dia netral. Tugasnya, sebatas edukasi, tidak memihak pada yang pro maupun kontra SMN. Klaim itu disergah Trigus.
“Lho, kok netral? Yang bawa bapak datang kesini siapa? Bilang saja mewakili perusahaan, berbicara (soal tambang SMN) dalam konteks kaidah keilmuan, begitu saja!”
Trigus bilang, masyarakat Trenggalek sudah merasa hidup nyaman dengan kondisi saat ini. Karena itu, kedatangan tambang justru akan menghadirkan kerusakan lebih besar.
Teuku Mufizar, juru bicara SMN, coba menepis soal kantor perusahaan tak jelas. Dia bilang, alamat sebagaimana tertera dalam profil perusahaan itu yang lama.
“Kantor administrasi internal, tetap ada . Kantor utama ada di Jakarta. Mungkin yang dicek di Jakarta itu ada expired-nya. Terus di-update. Coba cek di ESDM (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral). Setiap akta itu ada masa expired- nya,” kilahnya.
Mufizar benarkan, pertambangan merupakan isu sensitif. Untuk itu, pasca kesepakatan SMN dengan Far East Gold, mereka gencar bergerak menggalang dukungan.
Dia memperkirakan produksi baru dua atau tiga mendatang. “Produksi masih jauh. Paling cepet tiga tahunan. Fokus ngebor (untuk eksplorasi lanjutan) dulu.”
Bambang Puji, belum memberikan keterangan perihal keikutsertaan memfasilitasi pertemuan SMN dengan sejumlah pihak. Beberapa kali dihubungi melalui telepon selulernya, belum merespons.
Beberapa bulan sebelum itu, perwakilan SMN juga menemui Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Kabupaten Trenggalek, Izzuddin Zakky atau Gus Zakky. “Betul, tapi itu sudah lama. Sekitar dua atau tiga bulan lalu,” kata pengasuh Ponpes Al-Falah, Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek ini.
Mengendarai dua mobil, rombongan SMN terdiri dari delapan orang. Seingatnya, tiga merupakan pejabat perusahaan, satu orang tim riset SMN dari UGM Yogyakarta. Ada juga warga lokal Trenggalek. Gus Zakky mengaku tidak begitu mengenal orang itu.
“Dia memperkenalkan kalau warga Trenggalek juga. Tapi, saya kurang begitu kenal. Namanya juga sudah lupa,” kata Zakky.
Kepadanya, SMN menyampaikan bila kedatangan mereka untuk menjalin silaturrahim, sekaligus meminta dukungan rencana penambangan emas di Trenggalek.
SMN menyebut, penambangan akan membwa dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. Aktivitas pertambangan juga akan memperhatikan prinsip-prinsip ekologis.
“Saya katakan kalau sampean itu salah alamat datang ke saya. Wong saya ini bukan siapa-siapa. Seharusnya, jelaskan semua kepada masyarakat. Jadi, percuma datang kesini,” katanya cerita saat pertemuan itu.
Sebagai pemimpin organisasi kepemudaan terbesar di Trenggalek, kata Zakky, tidak selayaknya SMN mendatanginya. Terlebih, Ansor termasuk bagian dalam gerakan bersama elemen lain di Aliansi Rakyat Trenggalek (ART).
Dia pun menegaskan bila kedatangan SMN ini tak ada artinya. “Silaturrahim saya terima. Tetapi kalau meminta dukungan, saya tidak. Sikap kami tetap sama, kami akan tetap bergerak.”
Gus Zakky menilai, Trenggalek kaya akan sumber daya alam tidak perlu tambang emas. Penghasilan dari pertanian dan perkebunan sudah cukup membuat masyarakat hidup nyaman, tanpa konflik.
Kalau pertambangan sampai beroperasi, katanya, selain merusak lingkungan, banyak contoh masyarakat justru hidup sengsara. “Apakah mereka bisa menjamin aktivitas mereka tidak akan mengganggu lingkungan?”
Selain mendatangi tokoh, SMN juga gencar menggalang dukungan di tingkat bawah. Perusahaan tambang ini juga rajin menggelar kegiatan amal di beberapa desa di sekitar wilayah tapak. Mereka sekadar membagikan sembako, atau membuatkan jersey tim olah raga.
Beberapa kepala dinas yang ada di lingkungan Pemkab Trenggalek juga mereka datangi. Salah satu, Kepala Dinas Sosial. Usaha itu tidak banyak membuahkan hasil lantaran sikap pemkab yang terang-terangan menolak tambang SMN ini.
Baca juga: Daya Rusak Tambang Emas Kala Beroperasi di Kawasan Karst Trenggalek [3]

Suntikan baru
Merah Johansyah, Koordinator Haringan Advokasi Tambang (Jatam) Nasional mengatakan, SMN agresif mencari dukungan belakangan ini tak lepas dari kehadiran Far East Gold (FEG) sebagai penyandang dana.
“Sejak awal, SMN ini kami indikasikan sebagai perusahaan tidak beres. Kantor tak jelas, modal tak punya, hanya jualan wilayah konsesi. Maka, begitu dapat sponsor, jalan lagi,” katanya.
Bagaimana profil FEG? Berdasar informasi yang dihimpun Mongabay Indonesia, perusahaan yang berbasis di Australia ini belum lama berdiri dan bagian Far East Venture Grup (FEVG).
Perusahaan ini juga disebutkan baru melepas saham ke publik dengan mencatatkan di bursa efek Australia. Sebagian dana yang dihimpun untuk modal kerja, termasuk mengakuisisi tambang emas di Trenggalek, awal 2021 senilai US$2,2 juta.
Berdasar informasi di laman perusahaan, investasi ini dibayar dua tahap, Maret lalu US$200.000 dan US$2 juta sekitar September lalu.
FEG juga memiliki dua konsesi lain di Indonesia, yakni, di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah seluas 3,400 hektar dan Aceh 24.000 hektar. (Bersambung)
*****
Foto uyama: Lahan pertanian nan subur, karst yang menyediakan simpanan air, terancam kalau tambang emas Trenggalek, beroperasi. Foto: A.Asnawi/ Mongabay Indonesia