Mongabay.co.id

Mola ramsayi Terdampar Mati di Pesisir Bali Utara

 

Seekor Mola ramsayi yang juga dikenal dengan istilah sunfish ditemukan mati terdampar di perairan Kabupaten Buleleng, Bali utara, 23 November 2021. Identifikasi Mola dengan DNA baru satu kali di daerah ini, walau sedikitnya ada 8 laporan penemuan Mola sejak 2017 di pesisir Buleleng.

Penelitian migrasi satwa laut dilindungi atau megafauna di pesisir ini pun relatif jarang walau peristiwa terdampar cukup banyak dilaporkan. Salah satunya jenis Mola, satwa eksotik yang kehadirannya bak jackpot para penyelam.

Sunfish selatan ini juga dikenal dengan nama bump-head sunfish, adalah ikan milik keluarga Molidae. Nama sunfish dilekatkan karena satwa unik ini gemar memanaskan diri mereka sendiri setelah menyelam di air dingin untuk mencari mangsa, mengisi ulang simpanan oksigen mereka, dan menarik satwa lain untuk membersihkan diri mereka dari parasit.

Gede Iwan Setiabudi, dosen Universitas Pendidikan Ganesha yang mendapat laporan terdamparnya satwa ini mengatakan sudah melihat ikan ini mati dengan kode 2. Para pihak lain yang sudah ada di lokasi seperti Polairud Buleleng, Pokmaswas, kelompok nelayan dan warga bekerjasama melakukan pengukuran biota laut tersebut.

Lokasi penemuan di Pantai Penarukan oleh seorang nelayan. Dari hasil pengukuran disimpulkan karakteristik individu Mola ini sebagai jenis Mola ramsayi. Ditemukan dalam keadaan mati kode 2, panjang 196 cm, lebar 130 cm, sirip bawah 90 cm, sirip atas 92 cm, sirip lebar belakang 1 m, panjang sirip 40 cm, sirip pectoral 39 cm, operculum 14 cm, lebar mata 9 cm, dan lebar mulut 15 cm.

baca : Ikan Mola-Mola Ditangkap dan Dijual Nelayan di Sikka. Perlukah Ikan Ini Dilindungi?

 

Seekor Mola ramsayi atau sunfish ditemukan terdampar mati di perairan Bali utara. Foto : first responder

 

Informasi dari laporan BPSPL Denpasar menambahkan Mola ditenggelamkan di perairan Penarukan dengan kedalaman sekitar 10 meter karena tidak adanya area penguburan sekitar lokasi ditemukan. Penenggelaman menggunakan jukung atau perahu kecil nelayan yang diisi beban, diikat, lalu ditarik dengan bantuan masyarakat sekitar.

Penyebab kematiannya tidak bisa diidentifikasi karena tidak ada dokter hewan yang melakukan nekropsi, hanya pengukuran morfometri. “Kami hanya ambil sampel daging yang luka di tubuh Mola. Seperti robekan, kasar dan tidak beraturan, mungkin bergesekan dengan karang,” sebut Iwan dari Fakultas Kelautan Undiksha.

Ia belum bisa memastikan Buleleng sebagai daerah migrasi Mola karena data dan informasi sangat terbatas, tak banyak dokumentasi terkait Mola di Bali utara. Padahal peristiwa terdampar sudah diterima sedikitnya 8 kasus sejak 2017 di antaranya pantai Pelabuhan Buleleng, lalu kasus karena by-catch di pesisir Anturan dan Pengastulan, terdampar di Desa Pejarakan kawasan Taman Nasional Bali Barat, dan di pesisir Desa Umanyar ditemukan 2 Mola dalam kondisi hidup. Berikutnya pada 2020 ada nelayan yang melaporkan bertemu Mola di Pantai Penimbangan dan Penarukan.

“Penelitian agak sulit karena tersebar, dibanding Nusa Penida yang konsisten di satu titik sehingga bisa jadi area pengamatan. Buleleng pantainya panjang, titik penemuan Mola menyebar,” jelas Iwan.

Dari Mola terdampar terakhir ini, ia hanya ambil sampel daging, karena peralatan dan kondisi tak memungkinkan. Cara penanganan disepakati dengan cara ditenggelamkan karena tempat terdampar berbatu. Menurutnya carcas bisa jadi sumber nutrisi bagi biota lain.

baca juga : Mola Pertama Kali Ditemukan Terdampar di Perairan Buleleng

 

Luka di tubuh seekor Mola ramsayi yang ditemukan terdampar mati di perairan Bali utara. Foto : first responder

 

Megafauna yang kerap diteliti dan dipublikasikan di Buleleng baru Lumba-lumba. Karena ada area dolphin watching, habitatnya di Lovina yang memudahkan pengamatan perilaku.

Iwan sendiri lebih banyak meneliti akuakultur dan perikanan budidaya. Penelitian megafauna menurutnya cukup mahal untuk dibiayai satu institusi saja dan perlu waktu panjang. “Belum ada yang mau support dalam jangka panjang,” lanjutnya. Selama masa Pandemi, ia meneliti wisata dolphin watching yang sepi berkaitan dengan perilaku lumba-lumba di Buleleng.

Sedangkan sampah laut banyak diteliti Balai Riset Konservasi Laut di Perancak yang menurutnya akan meluncurkan indeks pencemaran sampah plastik. Dampak sampah laut sudah dilaporkan terjadi misalnya pada lumba-lumba ada yang terjerat sampah laut. Selain itu ada penyu terdampar kode 4 di Penarukan dengan temuan plastik di tenggorokannya.

Sebuah hasil penelitian berjudul Identifikasi Mola-mola Pertama di Utara Bali menyatakan seekor Sunfish yang terdampar di pantai Singaraja diidentifikasi sebagai Mola ramsayi yang telah dibuktikan oleh 95% kesamaan dari identifikasi molekul d-loop kontrol wilayah, urutan parsial mtDNA dan morfologi karakter yang sesuai dengan karakter utama dari M. ramsayi. Hal ini dimuat di Journal of Advances in Tropical Biodiversity and Enironmental Sciences 3(1): 12-16, February 2019 ditulis oleh I Made Oka Riawan, Gede Iwan Setiabudi, Made Merdana, I Putu Mangku Mariasa, dan Kadek Teguh Wirasastra.

baca juga : Manta dan Mola Rentan Memakan Mikroplastik di Manta Bay

 

Seekor Mola ramsayi ikan mola ditarik untuk ditenggelamkan di perairan Bali utara. Foto : first responder

 

Di Indonesia, sunfish ditemukan di selatan wilayah pesisir Bali, khususnya di wilayah Lembongan dan Nusa Penida, yang termasuk pulau-pulau wilayah Bali. Spesies mola-mola di wilayah pesisir Lembongan dan Penida adalah Mola ramsayi, dengan kepadatan 1 individu per 6,8 km.

Pada tahun 2017 Mola-mola ditemukan terdampar di Bali Utara. Proses penyelamatan telah dicoba berulang kali, tetapi satwa tidak seimbang saat berenang dan dinyatakan meninggal di lokasi. Ikan dibawa ke NS Laboratorium Biologi Universitas Pendidikan Ganesha untuk identifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi NS spesies menggunakan identifikasi molekuler.

Wira Sanjaya, pegiat dari Coral Triangle Center yang fokus bekerja di Nusa Penida mengatakan, dari informasi seorang peneliti Mola disebutkan Mola ramsayi ini bergerak dari perairan Nusa Penida. Beberapa hari kemudian menuju ke utara melintasi Gili Tapekong, Kabupaten Karangasem dan ke arah Buleleng. Pernah ditemukan juga di Pulau Menjangan.

Menurutnya perlu dilakukan sosialisasi kepada nelayan terutama nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di jalur migrasi Mola seperti di sekitar perairan Nusa Penida, Kusamba, Karangasem dan Buleleng karena beberapa kali ada informasi terkait satwa ini. Misalnya Mola tersangkut jaring meskipun dilepaskan namun tetap ada bekas luka.

“Kecepatan kapal perlu juga diperhatikan di area Mola sebagai langkah antisipasi mola tertabrak,” lanjut Wira. Sampah plastik di perairan juga sangat berbahaya karena seringkali dikira makanan oleh Mola.

baca juga : Asyiknya Melihat Terapi Spa Ikan Mola-mola

 

Kehadiran Mola-mola (sunfish) di perairan Lembongan, Nusa Penida dalam ritual pembersihan tiap tahun. Foto: sceenshoot video Yansu Diving

 

KKP Nusa Penida sudah menyepakati sejumlah code of conduct wisata bawah air. Misalnya terkait snorkeling dan wisata mengamati Pari Manta dan Mola, dua fauna laut yang terkenal di kawasan ini.

Untuk memastikan keberlanjutan wisata melihat Mola-Mola ini, para pihak sudah menyepakati panduan. Kode perilaku (code of conduct) ini dibuat agar Mola-Mola bisa dinikmati perilakunya dan terus ada di perairan Nusa Penida. Di antaranya, selalu dekati mola-mola dengan sangat lambat dalam jarak pandangnya. Jika ikan baru memasuki stasiun pembersihan, jangan mendekat hingga pembersihan dimulai dan ikan telah diam setidaknya selama 1 menit.

Pertahankan jarak minimal 3 meter (atau 2 panjang tubuh) dari mola-mola terdekat saat hewan berada di tempat pembersihan. Pertahankan jarak minimal 10m (atau 5 panjang tubuh) saat hewan tidak tenang (tidak dalam pembersihan). Jangan sentuh dan memberi makan adalah dua hal yang jadi peringatan utama.

Jangan berenang di bawah ikan karena gelembung Anda akan mengganggu perilaku pembersihan. Jika memungkinkan, jangan halangi rute pelarian mola-mola dari terumbu atau jalur menuju tempat pembersihan.

Jika mola-mola mendekati Anda, tetap diam dan jangan menyentuhnya. Jika Anda menyentuhnya, Anda akan menghilangkan lapisan lendir yang melindunginya dari infeksi. Jangan gunakan fotografi flash karena sering mengganggu ikan. Tidak membuat suara keras, dan batasi waktu interaksi menjadi 5 menit ketika grup lain hadir. Penyelam sebaiknya mencari pemandu dan perusahaan yang telah mendukung dan mematuhi kode etik.

Setiap bulan Agustus-Oktober, ikan Mola biasanya muncul di perairan Nusa Penida sedang membersihkan diri di permukaan. Puluhan ikan kecil banner fish dan ikan lain akan berkumpul seperti membersihkan bagian mata sampai bagian tengah tubuhnya. Kegiatan pembersihan parasit di tubuhnya ini kerap disebut spa.

Pembersihan ini dinilai salah satu aktivitas krusial untuk kesehatan para Mola. Jika terganggu maka mereka akan meninggalkan cleaning station yang menghidupkan pariwisata kawasan Nusa Penida ini.

 

Exit mobile version