Mongabay.co.id

Tumpahan Batubara Itu Mencemari Perairan Aceh

Tumpahan batubara di Lhoknga, Aceh Besar, Aceh, bukan kali ini saja terjadi. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

Pantai Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, dan Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, dalam beberapa minggu terakhir, terlihat tidak sedap. Tumpahan batubara yang diduga berasal dari kapal tongkang yang lepas jangkar di sekitar wilayah tersebut, tampak jelas mengotori pantai ketika air laut surut.

Sekretaris Jenderal Gampong Development Institute [GDI] Aceh, Rahmi Fajri menyebutkan, selain di pantai Ulee Lheue, tumpahan batubara juga menyebar ke perairan Kecamatan Peukan Bada. Kedua pantai ini berdekatan.

“Nelayan mengeluh dengan kondisi tersebut. Jaring mereka beberapa kali mengangkut tumpahan batubara itu,” ujarnya, Selasa [23/11/2021].

Rahmi mengatakan, di lepas pantai Ulee Lheue sering disinggahi tongkang pengangkut batubara. Dalam sebulan terakhir, ada tiga tongkang yang singgah bersamaan. Batubara yang menumpuk di dasar laut sangat berpengaruh pada kehidupan biota air.

“Jika ekosistem laut rusak, ikan akan mati atau pindah ke tempat lain. Tentunya, akan merugikan masyarakat, khususnya nelayan.”

Rahmi menyebutkan, batubara yang diangkut menggunakan jalur laut sangat besar kemungkinan tumpah, terlebih saat gelombang tinggi. “Selama ini kami melihat, batubara yang diangkut itu kapasitasnya lebih tinggi dari dinding tongkang, sehingga sangat berpotensi tumpah ke laut.

Pemerintah Aceh diharapkan segera menindaklanjuti masalah ini dan mencari solusi agar tumpahan itu diangkut. “Lingkungan harus dibersihkan dan harus ada pertanggungjawaban terhadap pihak yang berbuat,” tuturnya.

Baca: Tumpahan Batubara Masih Kotori Pantai Wisata Lhoknga

 

Tumpahan batubara di Lhoknga, Aceh Besar, Aceh, yang terjadi pada awal Agustus 2018 lalu. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Nelayan Ulee Lheue, Khairul Azmi menyatakan, beberapa tahun terakhir, tongkang pengangkut batubara sering singgah di lepas pantai Ulee Lheue, terlihat jelas dari daratan. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit ke lokasi tersebut.

“Perairan Ulee Lheue dan Peukan Bada merupakan lokasi nelayan mencari ikan. Selain ikan dasar laut, ikan-ikan di permukaan juga masih banyak. Terlebih di Peukan Bada, lautnya bertebing dan banyak karang.”

Jika tumpahan batubara menumpuk di dasar laut, dikhawatirkan akan merusak habitat ikan. “Bila karang rusak, tentunya ikan karang dan gurita akan menjauh, kondisi ini berdampak pada kami,” ungkap Khairul.

Baca: Tumpahan Batubara Cemari Pantai Nagan Raya, Walhi Aceh: Kerugian Lingkungan Harus Dihitung

 

Tumpahan batubara ini mengotori pantai Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, sejak awal November 2021. Foto: Rahmi Fajri/Gampong Development Institute [GDI] Aceh

 

Masyarakat Kota Banda Aceh, Ismail yang sering berkunjung ke Pantai Ulee Lheue mengatakan, dia tidak berani lagi membawa keluarganya mandi di pantai, sejak ada tumpahan batubara.

“Saya khawatir akan mengganggu kesehatan anak-anak. Lebih aman mencari pantai lain,” terangnya.

Baca juga: Pemerintan Aceh Tidak Lagi Perpanjang Moratorium Tambang, Mengapa?

 

Tumpahan batubara ini begitu terlihat jelas di pantai pantai Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Foto: Rahmi Fajri/Gampong Development Institute [GDI] Aceh

 

Harus ditangani

Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh, Muhammad Nasir mengatakan, Walhi Aceh sudah menurunkan tim untuk melihat langsung tumpahan batubara itu.

“Pemerintah Aceh harus segera melakukan pemeriksaan asal mula tumpahan, sehingga bisa sampai ke pantai. Kondisi ini tidak hanya mengganggu pengunjung, tapi juga mencemari pantai, merusak terumbu karang, dan berdampak buruk terhadap ekosistem laut. Pada akhirnya, berdampak negatif pada nelayan.”

Pemerintah Aceh harus mengambil tindakkan tegas. Jika tumpahan batubara berasal dari tongkang atau tempat lain, harus dimintai pertanggungjawaban secara administrasi maupun hukum.

“Sudah banyak ekosistem laut di Aceh rusak akibat kegiatan ilegal seperti menangkap ikan menggunakan peledak, pukat harimau, dan lainnya. Jangan biarkan bertambah karena tercemar batubara,” tutupnya.

 

 

Exit mobile version