Mongabay.co.id

Ancaman Serius Hutan Mangrove Simau

 

Burung Gosong Maluku menyimpan telurnya di pasir pantai dekat hutan mangrove Desa Simau, Kecamatan Galela Utara Halmahera Utara Maluku Utara. Kawasan dengan luasan sekira 3 hektar itu menjadi tempat perkembangbiakan burung ini.

Lalu apa hubungannya hutan mangrove dengan burung Gosong Maluku? Beny Aladin Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia bilang, ada hubungan erat hutan mangrove dengan Gosong Maluku. Burung lantai hutan ini meski hidup cukup jauh hingga 30 kilometer di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (DPL), tetap bertelur di pantai yang dekat hutan mangrove.

“Hutan mangrove jadi tempat singgah sementara. Dia singgah sebelum dan sesudah bertelur. Singgah di hutan mangrove dalam beberapa hari hingga telurnya habis. Selanjutnya kembali ke habitatnya di hutan belantara,” jelasnya kepada Mongabay Indonesia, awal November.

Meski hubungan hutan mangrove dengan keanakeragaman hayati begitu penting, perusakan hutan mangrove tetap saja terjadi.

Pada April 2020, PT KSO CC lakukan land clearing dan membabat sekira 3 hektar mangrove Simau. Perusahaan yang menanam singkong  untuk tapioca itu karena diketahui masuk hutan mangrove, kemudian dipersoalkan warga. Pihak perusahaan mengklaim lahan itu masuk konsesi yang statusnya APL. Ada juga sedikit lahan yang dibabat masuk hutan lindung.

Radios Simanjuntak Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Halmahera membagikan kasus ini ke grup whatsapp Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Kehutanan Indonesia. Kemudian sampai ke Dirjen Gakkum KLHK. Selanjtnya balai GAKKUM Ambon meminta laporan resmi dan dilaporkan atas nama pribadi.

baca : Mangrove Simau, Ekowisata yang Belum Tergarap di Halmahera Utara

 

Safri Bubu ketua komunitas Salabia saat bersama anggota KPA menyaksikan proses pengambilan telur mamua oleh warga. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

“Waktu itu saya berketetapan hati, mangrove masuk status lahan APL maupun HL fungsi ekologisnya sama. Mangrove disebut bernilai konservasi tinggi (high conservation value) apa pun status kawasannya. Berhubung areal utamanya di APL, GAKKUM kemudian meminta bantuan Dinas Lingkungan Hidup tangani. Akhirnya kami bersepakat bersama DLH, KSO tidak lagi melaukan aktivitas eksploitasi,” jelas Radios. Mangrove yang dieksploitasi ini menjadi habitat hidup burung mamua/gosong Maluku yang juga satwa endemik dilindungi.

“Waktu itu saya juga masih kerja di perusahaan dan melihat mereka sudah membabat melewati batas hutan mangrove Simau. Akhirnya saya lapor ke warga dan minta dihentikan,” jelas Safri.

Pengambilan mangrove sebenarnya masih terjadi hingga kini meski sudah sangat berkurang. Hal ini seiring adanya Peraturan Desa yang mengatur Perlindungan Mangrove yang dibuat masyarakat desa Simau.

“Memang sudah sangat berkurang. Kita sudah imbau warga jika mengambil kayu bakar bisa menebang mangrove yang sudah mati,” jelas M Alfan Solemen salah satu pengurus Komunitas Salabia. Dia bilang, untuk mengembalikan kerusakan yang terjadi, sudah 4 kali mereka lakukan penanaman mangrove di areal ini. Penanaman ini tidak hanya dilakukan komunitas, tetapi juga didukung berbagai pihak, termasuk kampus Universitas Halmahera. “Ada juga program padat karya untuk penanaman dari pemerintah dan dikerjakan komunitas Salabia,” jelas M Alfan.

baca juga : Wisata Mangrove di Jantung Sofifi, Kaya Kehati Jadi Pelindung Kota

 

Kegiatan susur mangrove Simau salah satu tawaran kegiatan yang bisa dinikmati pengunjung di hutan mangrove Simau. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Sekadar diketahui, sesuai riset Boyke Raymond Toisuta dan kawan kawan dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa, Universitas Halmahera April 2019, ada 15 jenis mangrove di Desa Simau. Yaitu Aegiceras corniculatum, Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Heritiera littoralis, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris.

Luasan sebaran jenis mangrove seluas 5.465,6 ha dengan jumlah 15 spesies mangrove ini, sebenarnya telah mengalami penurunan drastis akibat aktivitas manusia. Penelitian sebelumnya dilakukan Pical (2017), ditemukan ada 24 spesies jenis mangrove di wilayah Tobelo.

Perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa hutan mangrove telah terancam dan mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia dan terbawa ombak. Riset itu juga menjelaskan, perubahan fisik lingkungan wilayah pesisir Desa Simau akibat aktivitas manusia sangat mempengaruhi lingkungan hutan mangrove. Ada juga akibat pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan dinamika pantai.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk setiap tahunnya, dan sebagian hidup di pesisir mengakibatkanmeningkatnya aktivitas manusia di wilayah pesisir terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan ekosistem pesisir.

“Penebangan hutan mangrove itu untuk kayu bakar, bahan bangunan, dan kebutuhan lainnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan fungsi hutan mangrove.” jelas riset tersebut.

baca juga : Operasi PT Antam Cemari Pesisir Halmahera Timur

 

Kondisi Mangrove yang masih terjaga di kawasan hutan mangrove Simau. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Biasanya, penebangan hutan mangrove dilakukan sebagian besar masyarakat. Disamping itu, masyarakat memanfaatkan areal sekitar hutan mangrove untuk pencurian telur burung mamoa, karena lokasi tersebut merupakan habitat bertelurnya burung mamoa.

“Masalah lainya sampah semakin menumpuk yang dapat menimbulkan pencemaran, sumber penyakit dan merusak keindahan alam sekitar. Bahkan menurunkan nilai ekonomi sebagai ekowisata bagi wisatawan atau masyarakat yang berkunjung,” jelas Boyke Ramond dan kawan kawan dalam risetnya.

Hutan mangrove di Desa Simau bertipe semi tertutup. Di mana tidak berhubungan langsung dengan perairan laut secara langsung dan terlindung dari hantaman ombak. Tersebar di muara dan aliran sungai. Letaknya di bagian pesisir timur hingga utara Desa Simau. Mangrove ini dimanfaatkan sebagai sumber mata pencarian dan berbagai aktivitas masyarakat.

 

 

Exit mobile version