Mongabay.co.id

Ketika Hotel ubah Taman Hias jadi Kebun Mandiri Pangan

 

Sebuah hotel di Pejeng, Gianyar, Bali bertransformasi menjadi kebun pangan. Menggantikan aneka tanaman hias di tamannya. Bahkan, pengelola hotel mencoba mengaplikasikan lima zona konsep permakultur dalam skala kecil.

Pandemi COVID-19 mendorong pengelola hotel Omah Apik, merefleksikan kebutuhannya. Anjloknya industri pariwisata memberi momentum bahwa hal terpenting adalah produksi pangan. Dari sinilah, sumberdaya manusia yakni para pekerja di hotel diajak berkontribusi dalam perencanaan kebun pangan dengan mengubah sekitar setengah hektar lahan hotel untuk ditanami.

“Pandemi ini bikin semua crash, buka mata tentang industri berkelanjutan. Kembali bertani, malah bisa bikin turis lebih banyak,” sebut Etha Widiyanto, pengelola Omah Apik yang ditemui awal November 2021.

Zona pertama adalah rumah, Omah Apik memetakan kawasan yang paling sering dikunjungi dan pusat aktivitas adalah areal dapur, laundry, dan halamannya. Areal terbuka yang sebelumnya berisi aneka tanaman hias diganti dengan membuat desain kebun aneka tanaman sayur, herbal, pembibitan, dan penyemaian benih. Kebutuhan pangan utama dipasok dari areal ini. Misalnya tomat, cabai, dan pengelolaan sampah dapur.

Berikutnya zona kedua dalam konsep permakultur adalah desa dan komunitas. Area ini adalah area akomodasi yakni kamar hotel, restoran, dan kolam. Semua tanaman hias juga diganti dengan pengganti tanaman semak seperti bayam, kangkung. Rehabilitasi tanah dilakukan dengan menyebarkan penyubur dolomit, dilanjutkan lapisan kompos daun. Material ini sudah banyak karena mereka tidak membuang tumpukan daun.

Aneka tanaman hias seperti heliconia, anggrek bandung, dan keluarga pisang-pisangan kini berganti dengan tanaman yang bisa dimakan atau diolah seperti teh gumitir, bunga telang, dan lainnya.

Kebun pangan ini juga serasi dengan lansekap persawahan di sekitarnya. Zona 2 berdampingan dengan kegiatan petani mengolah sawahnya, kolam-kolam ikan dan saluran irigasi.

baca : Kebun Hidroponik di Atap Hotel, Siasat Pasok Pangan di Nusa Penida

 

Zona 2 transformasi taman hias jadi kebun pangan di hotel Omah Apik, di Pejeng, Gianyar, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Berikutnya di zona 3 adalah kawasan produksi atau ekonomi. Ini area publik di hotel yang berupa halaman rumput luas dengan titik perhatian sebuah pohon besar. Area ini juga mengganti tanaman pagar hidupnya dengan pangan, yakni tomat sebagai tanaman tinggi, ditambah tanaman lantai berupa mint dan basil. Dari zona tiga inilah, hasil pangan juga diolah jadi aneka produk seperti selai nanas, sambal tomat, kukis, dan teh dari daun pohon kebo yang dirajang lalu dikeringkan. Teh daun kebo ini diyakini memiliki khasiat detoksifikasi.

Area publik ini menjadi tempat sejumlah kegiatan sosial ekonomi seperti sanggar anak, pertunjukan musik tradisional, diskusi, dan lainnya. Omah Apik membuat sejumlah event seperti festival tepi sawah dan mendongeng.

Dua zona lainnya adalah zona 4 sebagai kawasan hutan masyarakat. Omah Apik menyisakan sepetak lahan yang disewanya sebagai area kebun kelapa, cabai, dan pohon sengon yang bisa dimanfaatkan warga sekitar. Di area yang dirancang sebagai lahan kolektif ini pula diharapkan warga bisa memanfaatkannya untuk dibagi bersama dan keperluan adat. Sepetak lahan ini nampak dikelilingi persawahan, berjarak sekitar 200 meter dari zona 2-3, masih terlihat dari bangunan hotel.

Nah, terakhir adalah zona 5 yang prinsipnya sebagai area perlindungan atau konservasi, yang tidak bisa ditebang atau dijual. Dalam skala kecil, bisa saja sebuah atau beberapa pohon besar di rumah, kantor, atau desa. Nah, inilah area pohon karet kebo yang sangat rindang dengan akar-akar tangguhnya menopang pohon, seperti cabang-cabang baru. Inilah pohon yang menjadi jantung kawasan ini karena paling tinggi, lebat, dan memberikan kelimpahan oksigen. Termasuk rumah bagi sejumlah binatang, seperti burung dan tupai.

Hal paling penting adalah produksi oksigen 24 jam dari pohon raksasa ini serta kemampuannya meneyerap radiasi. Saat perawatan atau proses pemangkasan pohon ini, muncul stek tangkai di ujungnya yang kemudian jadi seperti cabang baru yang membuat pohon ini makin tangguh menaungi Omah Apik.

baca juga : Geliat Petani Muda Bali di Tengah Pandemi : Cara Baru Bertani [Bagian 3]

 

Area konservasi pohon lahan hotel Omah Apik di Gianyar, Balli. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Etha mencatat secara rinci berapa tambahan lahan yang dimanfaatkan sebagai kebun pangan dan hasilnya. Dengan rendah hati, ia malah memenyebut dari bisnis hotel kini banting stir jadi petani jadi-jadian. “Selama pandemi ini kami fokus internal, utamakan kesehatan, kebutuhan ke dalam,” sebutnya. Selama satu tahun pertama, ia berusaha bertahan karena tak punya tamu, sedangkan tabungan habis karena tanpa pemasukan. Karena itu prioritasnya adalah pekerja hotel masih bisa makan dari transformasi kebun pangan ini.

Di tengah kesulitan ini, Etha bersyukur dari 12 pekerja belum ada dirumahkan. Pada Juli-Agustus 2021, seluruh pekerja sepenuhnya berkebun bersamanya karena tidak ada satupun tamu. Hotelnya memiliki 11 kamar, dan kini mengarahkan ke usaha retreat, training, dan lainnya.

Dewa, salah satu pekerja hotel mengakui awalnya tidak percaya mampu memproduksi pangan. “Saya kan tukang kebun lansekap bukan sayur. Pelan-pelan belajar mengikuti. Ternyata tidak perlu lahan luas untuk mendapat hasil,” ceritanya.

Target hotel ini adalah bisa panen tomat 4 kg/bulan. Mereka panen perdana pada Juni 2021 beberapa biji tomat. Bulan ke-7 baru hasil panen bisa diproses di dapur dan dijual sebagai sambal dalam wadah kaca.

menarik dibaca : Antisipasi Krisis Pangan di Masa Pandemi, Orang Papua Kembali ke Pangan Lokal

 

Aneka olahan hasil pangan dari kebun Omah Apik di Gianyar, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Omah Apik berlokasi di Dusun Kenyem Bulan, Desa Pejeng, Gianyar. Sekitar 15 menit dari Ubud atau satu jam dari Kota Denpasar. Di desa inilah ada legenda tentang bulan jatuh, disimbolkan adanya nekara perunggu raksasa bulat panjang yang ditetapkan sebagai benda Cagar Budaya. Ada beberapa cerita terkait misteri kehadiran nekara perunggu raksasa ini. Ada yang mengatakan sebagai roda kereta yang terlepas dari langit dan bulan jatuh.

Sayu Komang, seorang pelatih permakultur adalah pendamping transformasi kebun pangan ini. Ia mengapresiasi ketekunan pengelola hotel karena membuat perencanaan yang detail serta mencatat proses dan hasilnya. Menurutnya, dalam skala kecil, Omah Apik bisa menunjukkan keseluruhan zona dalam konsep permakultur. Prinsip permakultur juga dijalankan, misalnya dimulai dengan observasi dan interaksi dengan seluruh penghuni. Mengidentifikasi apa konflik yang mungkin muncul ketika perubahan ini dilakukan.

Desainnya mampu menangkap dan menyimpan energi, peningkatan hasil, menerapkan aturan lokal, dan produksi minim limbah. Di tahun kedua pandemi, Omah Apik pun dengan bangga menjamu sejumlah tamu yang datang dengan makan siang yang sebagian bahannya dari kebun. Misalnya mie bayam, aneka sayur urab, dan sambal tomat.

Industri pariwisata Bali mengalami tekanan hebat selama pandemi sampai akhir tahun kedua ini. Namun belum banyak perubahan konsep pariwisata yang diarahkan pemerintah, terutama sebagai antisipasi jika dunia masih siaga dengan COVID-19. Padahal masa jeda ini waktu yang tepat untuk refleksi, memperbaiki, dan menyiapkan konsep pariwisata berkelanjutan dan ekologis.

 

Exit mobile version