Mongabay.co.id

Begini Cara Bekali Anak Muda Maluku Utara untuk Peduli Mangrove

 

Puluhan anak muda siswa SMA dan mahasiswa berkumpul di Hotel Grand Majang Kota Ternate Maluku Utara, pada akhir Desember 2021. Mereka berkumpul untuk mengikuti sebuah seminar tentang penyadartahuan dan konservasi hutan mangrove yang digagas oleh Komunitas Peduli Mangrove Maluku Utara bersama Ikatan Alumni Fakultas Perikanan (IKAPERIK).

Sahmar Ishak dari IKAPERIK Maluku Utara menjelaskan mereka diberikan pengetahuan tentang fungsi ekologi hutan mangrove di wilayah pesisir dan berbagai kebijakan dan perlindungan mangrove bagi kehidupan masyarakat sekitar.

“Anak-anak muda ini adalah pemimpin di masa depan sehingga perlu diberikan pengetahuan tentang ekologi,” jelasnya.

Sebagai narasumber seminar itu, Syahrudin Turuy, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KPPD) Provinsi Maluku Utara menjelaskan tentang kawasan mangrove sebagai bagian dari konservasi perairan dan pesisir yang saat ini sedang digalakkan di Maluku Utara.

Dia menjelaskan kawasan hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi seperti sebagai habitat berbagai jenis makhluk laut, pelindung kawasan pesisir termasuk perkampungan dan fungsi ekonomi bagi masyarakat pesisir untuk penghidupan sehari-hari.

“Hutan mangrove dimanfaatkan (penduduk pesisir) membuat keripik, sirup maupun ragam kerajinan lainnya. Belum lagi fungsi utamanya sebagai menyerap karbon,” katanya.

Karena banyak fungsi dan manfaat itu, kaum milenial harus paham agar turut serta melakukan konservasi.

baca : Hutan Mangrove Maluku Utara Kian Terdesak

 

Suasana seminar mangrove untuk anak muda di Kota Ternate, Maluku Utara. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Arbain Mahmud mewakili Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) Provinsi Maluku Utara, menyampaikan fungsi dan peran lembaganya mengurusi daerah aliran sungai dari hulu sampai ke hilir dan hutan lindung.

Berbagai kegiatan dilakukan BPDAS-HL, seperti penyediaan bibit dan penanaman pohon mangrove di hilir DAS. Saat ini, lanjutnya, tersedia 25 ribu pohon mangrove bagi siapapun termasuk anak muda untuk melakukan kegiatan penanaman mangrove.

Pihaknya sangat mendukung kegiatan anak muda yang peduli pada penyelamatan dan konservasi mangrove di Maluku Utara.

Dia menjelaskan saat ini Pulau Ternate dilanda berbagai masalah lingkungan, seperti krisis air bersih, sampah sampai air pasang laut (rob) yang melanda pesisir. Sehingga penting dilakukan penyelamatan lingkungan termasuk hutan mangrove, termasuk oleh kaum milenial.

baca juga : Wisata Mangrove di Jantung Sofifi, Kaya Kehati Jadi Pelindung Kota

 

Penanaman mangrove yang dilakukan KNPI bersama mahasiswa di Pantai Masirete. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Sementara Sarif Tjan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate mengajak anak muda peduli lingkungan dimulai dari mengubah pola pikir selama in bahwa lingkungan termasuk hutan mangrove terpinggirkan oleh paradigma pembangunan ekonomi.

“Kita berada pada paradigma antroposentris yang lebih mementingkan kesejahteraan manusia dari pada ekologi. Saya ajak adik-adik berpikir ekosentris, menganggap mangrove seperti manusia, sebagai bagian dari diri kalian. Jadi ketika ditebang atau dirusak itu sama saja merusak manusianya,” kata Syarif.

Dari berpikiran ekosentris, lanjutnya, anak muda diajak peduli konservasi lingkungan termasuk kawasan mangrove. Apalagi di tengah upaya pemerintah mendorong pembangunan ramah lingkungan, menekan emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim, menjadikan hutan mangrove salah satu item penting perlu dilakukan konservasi dan perlindungan.

“Saya mengajak adik-adik melakukan riset kecil-kecilan tentang pemanfaatan ekonomi mangrove, misalnya pembuatan sirup, sabun, shampoo dan ekowisata. Sudah pasti gerakan itu akan didukung pemerintah,” harap Syarif.

Dia mencontohkan pengrusakan kawasan mangrove seluas 1,7 hektare di Kelurahan Mangga Dua, Kota Ternate untuk pembangunan gedung dan sarana bisnis sebuah perusahaan, yang itu harus dicegah karena melanggar tata ruang setempat.

perlu dibaca : Mangrove Terakhir Ternate Dibabat, Burung dan Ikan Lenyap, Rumah Warga Kebanjiran

 

Hutan mangrove tersisa di Mangga Dua, Kota Ternate, Maluku Utara yang ditebang dan direklamasi untuk pembangunan pergudangan. Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Rizky Feby, salah satu siswa peserta seminar mempertanyakan kegiatan reklamasi yang dilakukan pemerintah Kota Ternate selama ini terutama di kawasan hutan mangrove, seperti Mangga Dua.

Reklamasi untuk pembangunan sejumlah fasilitas seperti jalan dan pelabuhan antar pulau, menurutnya, berdampak serius bagi makhluk hidup dan manusia di sekitarnya, seperti hilangnya burung-burung bangau yang biasa hidup di hutan mangrove. “Ini contoh dampak buruk pembangunan. Sayangnya dampak ini tidak dipikirkan pemerintah,” katanya.

 

 

Exit mobile version