Mongabay.co.id

Mengenal Pelikan, Burung Migran yang Populasinya Terus Berkurang

 

Hidupnya berkoloni. Diantara jenis burung air lainnya, perawakan burung ini paling besar. Secara keseluruhan panjang tubuhnya bisa mencapai 1.5 meter. Saat sayapnya membentang panjangnya bisa sampai 2,7 meter. Sementara itu, bentuk paruhnya meruncing dengan ukuran panjang sekitar 30 cm. Dialah burung Pelikan.

Selain punya paruh yang panjang, burung dengan nama latin Pelecanus conspicillatuas ini memiliki paruh yang berkantung, dan itu merupakan ciri khasnya. Diantara burung lainnya burung pelikan mempunyai paruh terpanjang. Sementara itu, bagian atas paruhnya mempunyai ujung yang bengkok berwarna merah muda.

Burung pelikan adalah salah satu jenis burung air yang bulunya berwarna hitam dan putih, merupakan bagian dari keluarga burung Pelecanidae. Bersama burung lain seperti cikalang, pecuk ular, angsa batu, dan pecuk, burung-burung ini membentuk ordo Pelecaniformers. Umumnya, burung yang dikenal juga dengan sebutan undan kacamata ini hidup di wilayah hangat. Di kawasan yang dingin seperti laut dalam, kutub dan benua Amerika Selatan mereka tidak dijumpai.

Saat mendiami lahan basah di pesisir pantai burung pelikan hidup berkelompok, begitu juga pada saat terbang. Burung pelikan bisa terbang dalam waktu yang lama, dan saat terbang formasinya membentuk huruf “V”. Di tanah, burung pelikan nampak kaku.

Sementara ketika di air atau udara mereka lincah, pelikan merupakan perenang yang baik. Hal ini karena karakter kakinya yang berselaput, kuat dan pendek.

baca : KEE Mangrove Ujung Pangkah, Lokasi Seru Melihat Burung Air

 

Umumnya burung pelikan dijumpai berkelompok, terkadang juga sendiri. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Burung Migran

Burung pelikan merupakan salah satu burung migrasi dari benua Australia. Ketika memasuki musim dingin, burung yang mempunyai berat tubuh antara 4-13 kilogram ini akan terbang ke belahan bumi utara untuk mencari makan dan berkembangbiak.

Sutopo, Dosen Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang pernah melakukan pengamatan burung pelikan di muara Sungai Bengawan Solo, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur, menjelaskan, kegiatan migrasi yang dilakukan burung pelikan tersebut juga merupakan cara untuk beradaptasi dengan ketersediaan pakannya yang terbatas di alam akibat perubahan cuaca di tempat asalnya.

Untuk itu, selain menghindari cuaca dingin di asalnya, burung-burung ini melakukan migrasi dengan tujuan untuk mencari makan. Sementara, di Ujungpangkah sendiri menurut Sutopo ketersediaan pakan untuk jenis-jenis burung air melimpah.

“Hanya ini kan perlu dibuktikan dengan data ilmiah. Sehingga menarik jika ada yang meneliti tentang kelimpahan pakan di muara Sungai Bengawan Solo ini,” ujarnya, Senin (10/01/2022).

baca juga : 10 Jenis Burung dengan Paruh Menakjubkan

 

Burung pelikan mempunyai ciri khas paruh yang panjang dan berkantung. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Tidak hanya di Ujung pangkah, Sutopo juga pernah menjumpai burung pelikan saat di Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Kupang, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu, dia juga pernah menjumpai dan Merauke, Papua. Hanya jumlahnya tidak sebanyak di Ujungpangkah yang letaknya di pesisir pantai Kabupaten Gresik itu.

Di Indonesia, burung pelikan tersebar di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Spesies ini keberadaannya di wilayah Indonesia sebagai Native Non Breeding. Sementara di negara lain sebaran burung pelikan meliputi pedalaman dan pesisir perairan Australia, Papua Nugini, sesekali terlihat di Selandia Baru dan bagian barat kepulauan pasifik.

Di Israel, setiap musim migrasi diperkirakan sekitar 45.000 ekor burung pelikan singgah untuk berburu makanan. Bagi petani setempat kemunculan burung-burung ini dianggap merugikan karena bisa memakan ikan yang dibudidaya.

Untuk melindungi perikanan nasional pihak Israel telah mendirikan waduk yang ramah pelikan. Hal ini menjadi salah satu solusi untuk mencegah burung pelikan agar tidak menganggu para petani. Selain itu, otoritas setempat juga memberikan makanan alternatif ke dalam waduk, sekitar 2,5 ton ikan kelas dua telah dimasukkan ke dalam kolam yang ditentukan di Mishmar Hasharon, sebuah kibbutz komunal di dekat pantai Mediterania Israel dimana pelikan dipersilahkan untuk berpesta.

“program ini bertujuan untuk meminimalkan gesekan antara manusia dan pelikan,” kata Ofir Bruckenstein dari Otoritas Alam dan Taman Israel, dilansir dari Reuters.

baca juga : Andai Burung Air Hilang, Apa yang Terjadi pada Lingkungan?

 

Saat sayap burung pelikan membentang panjangnya bisa sampai 2,7 meter. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Status Konservasi

Pada umumnya, burung pelikan dijumpai berkelompok. Akan tetapi kadang juga berpasangan atau sendiri. Habitatnya menyukai kawasan di perairan air tawar dan asin, danau dan sungai. Saat bersarang mereka berkelompok, memiliki jumlah 1-4 butir telur dengan ukuran sekitar 93 mm x 57 mm.

Burung pelikan merupakan jenis burung yang dilindungi Undang-Undang, hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) status konservasi burung pelikan yaitu Least Concern. Namun, Donald PF dalam jurnalnya Review Adult sex ration in wild bird populations, 2007 menjelaskan, secara global populasi dari semua spesies burung pelikan dipengaruhi oleh faktor-faktor utama yaitu menurunnya pasokan ikan karena penangkapan yang berlebihan. Atau terjadi polusi air, perusakan habitat, dan efek langsung dari aktivitas manusia seperti gangguan pada koloni tempat bersarang, serta perburuan dan pemusnahan yang dilakukan manusia.

baca juga : Foto: Cantiknya Burung Migran

 

Ketika di air burung pelikan lincah, mereka merupakan perenang yang baik. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Di Ujungpangkah, Gresik sendiri Sutopo menjelaskan berdasarkan keterangan nelayan setempat kedatangan burung pelikan tercatat baru muncul lagi pada tahun 2007, padahal lima tahun sebelumnya tidak terlihat.

Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan pengamat-pengamat sebelumnya, pada tahun 1993-2000-an di Ujungpangkah masih bisa dijumpai burung pelikan dengan jumlah 70 ekor. Ketika dia melakukan pengamatan pada tahun 2018 itu hanya menjumpai sekitar 35 ekor burung pelikan.

Selain itu, belakangan ini waktu kedatangan burung pelikan juga lebih awal, sekitar bulan Agustus. Padahal sebelumnya datangnya itu di bulan November atau Desember.

“Kalau sekarang ini singgahnya lebih lama, bisa 7 bulan. Kalau sebelumnya itu hanya 3 bulan, saat memasuki musim hujan di bulan itu mereka sudah kembali lagi,” kata pria yang menyukai hobi traveling ini.

 

Burung yang mempunyai nama latin Pelecanus conspicillatuas ini merupakan salah satu burung migrasi dari benua Australia. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dia menduga, faktor perubahan iklim juga turut mempengaruhi pola kedatangan jenis burung migran ini. Hanya untuk memperkuat dugaan itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain ada perubahan di pola kedatangan, seiring berjalannya waktu populasi burung pelikan di Ujungpangkah juga semakin menurun, diperkirakan jumlahnya tinggal 27-30 ekor.

“Mudah-mudahan kesadaran dan pemahaman untuk menjaga habitat jenis burung air ini semakin bertambah, dan memberi manfaat lainnya,” ujarnya, sembari mengajak masyarakat supaya bangga kawasannya bisa disinggahi burung migran, karena tidak semua tempat bisa dijadikan persinggahan burung migran.

 

Exit mobile version