Mongabay.co.id

Harimau Sumatera Mangsa Ternak Warga di Bengkulu, Habitat Terganggu?

 

 

Warga Trans Lapindo, Desa Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Mukomuko, Bengkulu, geger saat mengetahui seekor sapi diterkam harimau sumatera [Panthera tigris sumatera]. Padahal, hewan ternak itu dalam kandang yang hanya berjarak 15 meter dari rumah pemiliknya. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 01.00 WIB malam, Rabu [26/01/2022].

Said Jauhari, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Bengkulu-Lampung, mengatakan peristiwa ini bukan yang pertama. Dalam dua bulan terakhir ada tiga sapi dimangsa harimau.

“Sejak akhir Desember hingga Januari ini. Pemukiman Trans Lapindo memang berdekatan dengan habitat harimau,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, Sabtu [29/01/2022].

Pemukiman ini berbatasan langsung dengan Hutan Produksi Terbatas [HPT] Air Ipuh I, HPT Lebong Kandis, dan HP Air Rami. Jaraknya tidak lebih dari 500 meter.

Untuk memantau pergerakan harimau, pihak BKSDA memasang kamera jebak dan sebuah perangkap di wilayah unit permukiman transmigrasi [UPT], Desa Lubuk Talang.

“Kerangkeng dipasang guna mengevakuasi harimau di lokasi,” tuturnya.

Baca: Catatan Akhir Tahun: Jerat yang Lagi-lagi Membuat Harimau Sumatera Sekarat

 

Harimau sumatera terpantau kamera jebak/trap di Taman Nasional Kerinci Seblat. Foto: Fauna & Flora International/TNKS

 

Said mengimbau warga untuk tidak melepaskan ternak, melainkan mengurungnya dalam kandang kokoh. Ini dikarenakan wilayah jelajah harimau sangat luas, sehingga lebih baik mencegah ketimbang mengundang kedatangannya.

“Apabila harimau tersebut masuk perangkap, akan dibawa ke Bengkulu untuk diobservasi,” jelasnya.

Said menduga, harimau masuk permukiman disebabkan selain habitatnya terganggu, juga karena kurangnya pakan, atau dalam kondisi sakit.

“Empat bulan lalu, penyakit babi African Swine Fever [ASF] menyebar di hutan sekitar Trans Lapindo. Banyak babi mati massal waktu itu yang tentunya menyebabkan terbatasnya ketersediaan pakan,” terangnya.

Baca: Perburuan dan Konflik Masih Terjadi, Bagaimana Masa Depan Harimau Sumatera?

 

Tim BKSDA Bengkulu memasang kandang perangkap untuk menangkap harimau. Foto: BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Pembangunan berwawasan lingkungan

Gunggung Senoaji, Dosen Kehutanan Universitas Bengkulu menjelaskan, turun gunungnya harimau sumatera hingga mendekati permukiman warga, bahkan menyerang ternak, mengindikasikan habitat mereka terganggu dan rusak.

Secara alamiah, perilaku harimau hanya mencari makan untuk mempertahankan hidup dan berkembang biak untuk kelangsungan generasinya.

“Harimau mempunyai home range atau kawasan jelajah yang tetap, untuk mencari makan dan tempat hidup. Jika ketersediaan makanan berkurang, harimau akan keluar mencari mangsa,” tuturnya, Sabtu [29/01/2022].

Baca: Global Tiger Day: Pendekatan Bentang Alam untuk Kehidupan Harimau Sumatera Perlu Dilakukan

 

Dalam dua bulan terakhir sebanyak tiga sapi dimagsa harimau di pemukiman Trans Lapindo, Desa Lubuk Talang, Mukomuko, Bengkulu. Foto: BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Menurut Gunggung, pembukaan lahan ratusan hingga ribuan hektar, terutama di hulu daerah aliran sungai [DAS], untuk perkebunan perusahaan atau pertambangan, jelas akan merusak habitat harimau dan sumber mangsanya.

“Hutan di Mukomuko banyak perambahan, beralih ke kebun ke sawit. Jangan heran kalau ternak masyarakat menjadi mangsanya seperti kerbau, kambing, domba, sapi, dan ayam.”

Dia mengimbau kepala daerah, sebagai otoritas pemberi izin perkebunan atau pertambangan, dan juga sebagai pengelola wilayah untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang mendapatkannya.

“Pembangunan yang mengedepankan keseimbangan fungsi ekonomi, ekologis, dan sosial,” terangnya.

Banyak pembuat keputusan berdalih, izin usaha yang diberikan telah sesuai pola tata ruang atau bahasa kerennya berada di luar kawasan lindung.

“Sebut saja wilayah hulu DAS, yang semestinya dijadikan sebagai kawasan lindung justru banyak diberikan izin pertambangan dan perkebunan,” jelasnya.

Baca juga: Penjual Kulit dan Tulang Harimau Sumatera di Bengkulu Ditangkap

 

Status harimau sumatera. Sumber: KLHK/Direktorat KKH/Ditjen KSDAE

 

Penelitian genetik mengenai harimau menunjukkan, saat ini hanya tersisa 6 subspesies harimau di seluruh dunia. Enam subspesies itu adalah harimau bengal, harimau amur, harimau china selatan, harimau sumatera, harimau indochina, dan harimau malaya.

Harimau sumatera merupakan jenis satwa liar dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan IUCN, hewan yang hidup soliter ini berstatus Kritis [Critically Endangered]. Terganggunya populasi harimau sumatera di alam akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem karena satwa ini merupakan predator puncak dalam rantai makanan.

 

 

Exit mobile version