Mongabay.co.id

Pesan Menjaga Ekosistem Pesisir Pantai pada Aksi Peringati Hari Lahan Basah Sedunia

 

Hari Lahan Basah Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 2 Februari. Tanggal ini dipilih berdasarkan penandatanganan Konvensi Lahan Basah pada tanggal 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran.

Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran global terhadap peran penting lahan basah bagi manusia dan kehidupan. Indonesia telah masuk menjadi anggota Konvensi Ramsar pada 1991 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991 tentang Ratifikasi Konvensi Ramsar di Indonesia.

Hari Lahan Basah Sedunia 2022 bertema wetlands action for people and nature atau aksi lahan basah untuk manusia dan alam. Pesan yang ingin disuarakan kepada khalayak luas adalah Value-Manage-Restore-Love Wetlands.

Value yakni menghargai lahan basah atas berbagai manfaat terhadap kehidupan manusia dan kesehatan planet. Manage yakni mengelola dengan bijak dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Restore atau pemulihan atas lahan basah yang terdegradasi.

 Lahan basah menurut Konvensi Ramsar merupakan definisi yang luas yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan alami atau buatan, tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin.

Termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut.

baca : Lahan Basah untuk Masa Depan Kita

 

Kondisi Danau Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Lahan Basah Danau Lendoen, Kabupaten Rote Ndao, NTT. Foto : BBKSDA NTT

 

Arti lain dari lahan basah adalah area dimana terjadi air bertemu dengan tanah. Contoh dari lahan basah antara lain bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, sawah, dan terumbu karang.

Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap zona iklim, dari daerah kutub sampai daerah tropis, dan dari dataran tinggi sampai daerah kering.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan wilayah kepulauan dengan bentang alam yang bervariasi dari perairan dangkal hingga pegunungan tinggi, tidak terlepas dari keberadaan lahan basah.

Beberapa kawasan lahan basah yang ada diantaranya hutan mangrove, delta, muara sungai, sungai, pantai berlumpur (mudflat), pesisir, danau dan terumbu karang.

Sebagai contoh interaksi erat antara lahan basah dengan satwa dapat dijumpai pada kawasan pesisir dan atau mudflat dengan burung air dan burung migran.

Balai Besar Konservasi Sumder Daya Alam (BBKSDA) NTT menyebutkan, sejalan dengan agenda Asian Waterbird Census guna mendorong kepedulian masyarakat terhadap lahan basah dan burung air, pihaknya melaksanakan pengamatan terhadap burung air atau burung migran pada beberapa lokasi.

baca juga : Bukan Hanya Manusia yang Butuh Lahan Basah, Burung Juga

 

Kelompok burung gajahan yang dijumpai di pesisir Pantai Manikin, kawasan penyangga TWAL Teluk Kupang, NTT. Foto : BBKSDA NTT

 

Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud menyatakan bahwa lahan basah di NTT telah jelas dan nyata menjadi penyangga kehidupan manusia dan turut memastikan kesehatan ekosistem di Planet Bumi.

Arief sebutkan, aksi merusak lahan basah dan dampak perubahan iklim telah mengancam keberadaan lahan basah.

“Oleh karena itu dalam peringatan Hari Lahan Basah Sedunia ini diharapkan semua pihak mencintai lahan basah dengan bersama-sama menghargai, mengelola, dan memulihkannya demi masa depan kita semua dan seluruh makhluk hidup,” pesannya dalam rilis BBKSDA NTT yang diterima Mongabay Indonesia, Rabu (26/1/2022).

Arief tegaskan, keberadaan lahan basah vital bagi ekosistem termasuk kehidupan manusia diantaranya sebagai penyimpan karbon, sumber air, sumber pangan, jalur transportasi, penyokong perekonomian, mengurangi risiko bencana alam, dan sumber keanekaragaman hayati.

 

Beberapa Kegiatan

Selama dua hari pada 25 dan 26 Januari 2022, BBKSDA NTT menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Lahan Basah Sedunia pada beberapa lokasi di dalam dan sekitar kawasan konservasi baik di Pulau Timor, Flores dan Rote.

Kegiatan berlangsung di Cagar Alam (CA) Hutan Bakau Maubesi, Suaka Margasatwa Danau Tuakdale, Taman Buru Bena, Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang, Tujuh Belas Pulau dan Teluk Maumere.

Kegiatan juga berlangsung di Taman Wisata Alam (TWA) Menipo, KEE Rote Ndao, Pantai Nunkurus dan Pantai Manikin sebagai kawasan penyangga TWAL Teluk Kupang.

Arief menyebutkan kegiatan yang dilakukan meliputi pengamatan satwa, eksplorasi mangrove, penanaman mangrove, dan bersih sampah.

Kegiatan melibatkan personil BBKSDA NTT serta partisipasi dari mahasiswa pencinta alam Universitas Nusa Cendana, siswa SMK Negeri Poco Ranaka dan SMA di Riung, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan juga masyarakat.

baca juga : Surga Burung Itu Ada di Taman Nasional Matalawa [4]

 

Kegiatan pembersihan sampah di Pantai Manikin, kawasan penyangga TWAL Teluk Kupang, NTT. Foto : BBKSDA NTT

 

Beberapa jenis burung air dan atau burung migran yang dapat diidentifikasi oleh tim di area lahan basah tersebut antara lain raja udang, gajahan besar, trinil pantai, trinil ekor kelabu, ibis, kuntul, bangau, dan belibis.

Dari aksi bersih sampah terkumpul sekitar 90 kg sampah anorganik (plastik) dengan rincian 50 kg dari TWAL Teluk Maumere, 10 kg dari CA Hutan Bakau Maubesi, 15 kg dari TWAL 17 Pulau, dan 25 kg dari area Pantai Manikin.

“Sampah plastik dari kemasan pembungkus selanjutnya akan diolah untuk menjadi ecobrick,” sebut Arief.

Dia mengatakan, peristiwa badai siklon Seroja pada bulan April 2021 lalu turut berdampak pada habitat burung air, misalnya saja di kawasan Pantai Manikin selaku penyangga TWAL Teluk Kupang yang terkena abrasi.

“Tim yang melaksanakan pengamatan satwa menjumpai burung pantai berjenis gajahan sejumlah 32 ekor dan kawanan bangau putih sekitar 100 individu,” ungkapnya.

baca juga : BKSDA NTT Lepas Ribuan Ekor Burung Sitaan Asal Ende. Kenapa Penyelundupan Marak?

 

Kawanan burung bangau di Suaka Margasatwa Danau Tuakdale, Kabupaten Kupang, NTT. Foto : BBKSDA NTT

 

Tanam Bakau

Rikardus Buto Lewar, anak muda yang berprofesi sebagai montir dan pegiat lingkungan di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur menyesalkan minimnya kesadaran masyarakat dalam menanam dan merawat bakau.

Erik sapaan Rikardus mengaku banyak pantai mulai tergerus abrasi termasuk Pantai Heras, Desa Mokantarak, Kota Larantuka. Saat air pasang, jarak dengan jalan negara Trans Flores Larantuka-Maumere hanya sekitar semeter.

Dia berinisiatif mengajak saudaranya, Markus Lebu Maran atau biasa disapa Kus seorang petani. Keduanya sejak pandemi COVID-19 awal tahun 2020 mulai mananam ratusan anakan bakau di pesisir pantai ini.

“Pantai berpasir hitam ini dulunya merupakan pantai wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Jarak dengan jalan beberapa belas meter. Namun dampak abrasi kini mengancam jalan negara,” ujarnya saat ditemui Mongabay Indonesia penghujung Januari 2022.

Sebanyak 500 anakan bakau  ditanam secara swadaya. Bibit bakau diambil di pesisir pantai Desa Konga, dibibitkan lalu ditanam. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 30 pohon yang tumbuh.

“Banyak yang dicabut orang, dirusak dan diinjak. Kami tidak putus asa dan terus menanam dan merawat agar bisa mencegah abrasi dan ekosistem pesisir kembali pulih,” ucapnya.

baca juga : Hutan Mangrove Mageloo, Perjuangan Peraih Kalpataru Menghutankan Pesisir Pantai

 

Penanaman bakau di pesisir pantai Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT dalam rangka memperingati HUT Basarnas. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Dalam rangka memperingati HUT Basarnas ke-50 pada 28 Februari 2022, Kantor SAR Maumere menanam mangrove di pesisir pantai Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka.

Kepala Basarnas dalam aksi penanaman bakau yang dibacakan Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere I Putu Sudayana mengatakan, mangrove berfungsi sebagai pencegah abrasi dan pengikisan kawasan pesisir pantai.

Putu katakan ekosistem mangrove juga menjadi tempat hidup bagi biota laut dan satwa-satwa lainnya. Sebanyak 171 bibit bakau jenis Rhizophora mucronata ditanam.

“Kegiatan penanaman mangrove serentak ini untuk merehabilitasi kawasan pesisir, selain itu sebagai bentuk kepedulian dalam pelestarian lingkungan dan ekosistem serta mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional sesuai arahan presiden,” ucapnya.

Putu menambahkan kegiatan ini juga untuk menjalin silaturahmi bersama potensi SAR dan beberapa instansi guna bersama-sama memelihara lingkungan pesisir.

Lanjutnya, menanam mangrove dapat memberi motivasi kepada masyarakat pesisir untuk terus menjaga kelestarian hutan mangrove khususnya kepada masyarakat Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng.

“Penanaman bakau ini dapat mengurangi gelombang, melindungi pantai dari abrasi, menghambat intrusi air, kemudian memperbaiki lingkungan pesisir, dan memperbaiki habitat di Kampung Garam ini,” ungkapnya.

 

Exit mobile version