Mongabay.co.id

Kala Gadis Lahirkan Tiga Bayi Harimau, Berikut Videonya

 

 

 

 

Kabar gembira datang dari Suaka Margasatwa Harimau Sumatera Barumun di Padanglawas Utara, Sumatera Utara. Pada 23 Januari lalu, harimau Sumatera, Gadis, melahirkan tiga bayi cantik nan mungil.

Tak ada yang mengetahui kapan hari pastinya ketiga bayi-bayi menggemaskan dan lucu Gadis ini lahir. Pasalnya, tempat rehabilitasi sang Induk cukup luas menyerupai habitat asli, dengan banyak pohon rimbun termasuk pasokan air.

Irzal Azhar Pelaksana Teknis Kepala Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) Sabtu 5 Februari lalu mengatakan, kelahiran ketiga bayi harimau itu diketahui 23 Januari lalu. Ada informasi dari penjaga yang memantau CCTV terpasang 24 jam di kandang Gadis.

“Begitu keeper mengetahui kelahiran tiga bayi harimau ini, dia melaporkan kepada Yayasan Parsamuhan Bodichita Mandala Medan untuk diteruskan Kepada BBKSDA Sumut,” kata Irzal.

Dari hasil pengamatan langsung petugas BBKSDA Sumut, dipastikan ada tiga bayi harimau sedang menyusui. Bayi-bayi itu terlihat sehat dan belum bisa membuka mata.

Saat ini, terus pemantauan ketiga bayi dan induk melalui CCTV.

 

Baca: Catatan Akhir Tahun: Jerat yang Lagi-lagi Membuat Harimau Sumatera Sekarat

Gadis besama anaknya yang lahir pada 2018. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Siap lepas liar

Tiga tahun lalu, pada 8 Desember 2018, di tempat sama lahir dua anak harimau Sumatera jantan dan betina diberi nama penanda Surya Manggala dan Citra Kartini. Keduanya juga anak Gadis.

Irzal bilang, kedua anak harimau itu sedang disiapkan untuk lepas liar ke alam.

Proses persiapan pelepasliaran sudah dilakukan, mulai pengamatan perilaku harian, analisis perilaku, pemeriksaaan kesehatan dan persiapan lokasi pelepasliaran. Pemeriksaan kesehatan dan analisis perilaku oleh BBKSDA Sumut bekerjasama dengan YPBMM dan Forum Harimau Kita. Hasilnya, Surya Manggala dan Citra Kartini layak segera lepas liar ke alam.

Rencana pelepasliaran kedua anak harimau ini masih menunggu hasil survei lokasi.

 

Baca juga: Harimau Masuk Perkampungan di Agam, Kekurangan Satwa Mangsa di Hutan?

Monang, harimau Sumatera pasangan Gadis, yang sudah mempunyai lima anak. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Jadi, kelima harimau itu merupakan anak Gadis, harimau betina dan Monang si jantan. Gadis merupakan harimau korban jeratan pemburu di Kabupaten Mandailing Natal. Ia dibawa ke suaka margasatwa ini pada 2016.

Karena terkena jerat, kaki kanan sebelah depan Gadis diamputasi. Umur harimau Sumatera yang telah melahirkan lima anak ini diperkirakan sekitar 10 tahun.

Monang merupakan harimau jantan hasil evakuasi dari Desa Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Pangaribuan, Simalungun, Sumatera Utara pada 2017. Harimau ini juga korban jerat di perkebunan warga.

“Untuk keamanan, Monang yang saat ini diperkirakan berumur sembilan tahun, di dalam kandang tersendiri, terpisah dari Surya Manggala dan Citra Kartini, juga dari Gadis serta ketiga bayi harimau yang baru lahir,” kata Irzal.

Kelahiran tiga bayi ini jadi harapan baru bagi program konservasi harimau Sumatera di Indonesia. Mengingat populasi satwa langka dilindungi ini terus berkurang.

 

Kandang harimau Sumatera semi alami di Suaka Amrgasatwa Barumun, yang menjadi ‘rumah’ Gadis dan melahirkan lima anak di sini. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Survei populasi

Harray Sam Munthe, Direktur Alam Liar Sumatera mengatakan, pada 2019, mereka melakukan survei populasi harimau Sumatera di kawasan Timur Danau Toba hingga ke Labuhanbatu Utara, hutan Hadabuan Hill.

Mereka mendata perilaku harimau Sumatera di sejumlah wilayah di Sumut. Mereka juga mengenali prilaku dari harimau. Di setiap teritori beda perilaku. Jadi, kalau ada konflik harimau dan manusia di suatu daerah bisa tahu harimau mana yang konflik, jantan atau betina, dan perilaku seperti apa.

Untuk populasi harimau, katanya, perlu kerja keras dan dukungan dari semua pihak.

Saat ini, mereka survei mulai dari Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Utara. Wilayah ini merupakan habitat harimau dan lepas dari pengawasan. Belum ada monitoring maupun edukasi di sana.

Di wilayah-wilayah tadi, katanya, sempat dianggap lokasi tak ada harimau Sumatera. Fakta mereka temukan ada beberapa harimau yang hidup terjepit karena habitat jadi kebun sawit.

Hasil pengumpulan data mereka, setidaknya lebih 100 hektar hutan lindung jadi perkebunan sawit baik dikuasai pemudal maupun warga.

Efeknya sangat serius kalau dibiarkan, katanya, beberapa tahun kedepan kondisi harimau Sumatera tak mustahil punah. Konflik akan terjadi dimana-mana karena rumah harimau terganggu.

 

******

Foto utama: Dua dari tiga bayi harimau Sumatera, anak Gadis yang baru lahiir. Foto: BBKSDA Sumut

Exit mobile version