Mongabay.co.id

Muhamad Hamsah, Pelopor Penanaman Mangrove di Golo Sepang

 

Siang itu dermaga kecil Terang, Desa Golo Sepang medio Desember 2021 tampak ramai. Kapal-kapal tradisional bersandar di dermaga. Para penumpang dan barang berbaur memenuhi palka kapal kayu tradisional.

Dermaga Terang tergolong kecil dan boleh dikatakan multi fungsi. Dermaga semen sepanjang sekitar 6 meter ini berada persis di muara Kali Nanganae, kali mati di desa ini.

Persis di sebelah barat dermaga, hampara hutan mangrove memanjakan mata. Kapal penumpang pun berlayar melewati jalur yang telah dibuat membelah hutan bakau di sebelah utara dermaga hingga ke laut.

“Kapal di dermaga Terang mengantar warga ke pulau Longos, Pontianak dan lainnya. Kapal tradisional ini merupakan transportasi laut yang murah dan cepat mengantar penumpang maupun barang,” sebut Vincensius Saur.

Kepada Mongabay Indonesia, Jumat (6/1/2022) Warga Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat ini menyebutkan, mangrove di desanya merupakan yang terluas di kabupaten.

Vinsen sapaannya mengakui mangrove tersebut merupakan berkah dari kerja keras warga desa yang dipelopori H. Muhammad Hamsah sejak puluhan tahun silam.

baca : Hutan Mangrove Mageloo, Perjuangan Peraih Kalpataru Menghutankan Pesisir Pantai

 

Kapal penumpang tradisional sedang berlayar dari Dermaga Terang, Desa Golo Sepang melintasi hutan mangrove menuju beberapa kepulauan di Perairan Manggarai Barat, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

 

Mangrove Terluas

Dalam penelitiaan Struktur dan Komposisi Jenis Hutan Mangrove di Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat oleh  M. Hidayatullah dan Eko Pujiono disebutkan luas hutan mangrove di NTT mencapai 40.614,1 ha.

Sebagian besar dari jumlah tersebut telah mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan yang beragam dari rendah sampai berat (BPHM Wilayah I Bali, 2011).

Luasan hutan mangrove di Kabupaten Manggarai Barat sebesar 7.810 ha atau 19,22% dari luas hutan mangrove di NTT (BPDAS Benain Noelmina, 2006).

Dari jumlah tersebut sebagian besar juga mengalami tekanan sehingga menurunkan kualitas ekosistem mangrove. Penanaman dan perlindungan mangrove merupakan salah satu upaya menjaga kestabilan garis pantai agar fungsi dan manfaatnya dapat dipertahankan.

Kecamatan Boleng memiliki hutan mangrove dengan luas 471,36 ha, dan 356,66 ha atau 75,66% diantaranya terdapat di Desa Golo Sepang. Kondisi ini menjadikan desa tersebut sebagai desa dengan hutan mangrove terluas di Kecamatan Boleng.

Pelopor penanaman mangrove, H. Muhamad Hamsah saat berbincang bersama Mongabay Indonesia, Jumat (4/2/2022) menyebutkan penanaman mangrove dilakukan sejak tahun 2004.

baca juga : Terpilih sebagai Kepala Desa, Awaluddin Fokus Perbaiki Mangrove dan Terumbu Karang

 

Lebatnya hutan mangrove di Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Awalnya ia berinisiatif melakukan penanaman mangrove. Dia menggaji orang mencari bibit mangrove, melakukan pembibitan di dalam polybag dan menanam.

Ia pun membentuk Kelompok Lestari Alam. Kebetulan ada bantuan dana dari Dinas Kehutanan Provinsi NTT sehingga kegiatan pun bisa terbantu.

“Sebagai ketua Kelompok Lestari Alam saya berinisiatif mengumpulkan warga agar bisa menanam mangrove. Terkumpul 30 orang, 20 orang diantaranya perempuan,” ucapnya.

Lelaki 73 tahun ini pun mengenang, susah payah mereka menanam dari 2004 sampai 2011. Penanaman dilakukan sistem baris  menggunakan tali agar bisa lebih tertata.

Awalnya penanaman dilakukan untuk lahan seluas 5 ha dengan populasi 30 ribu anakan satu hektarnya. Totalnya 150 ribu anakan mangrove. Penanaman terus dilakukan di pesisir pantai hingga mencapai luas ratusan hektar.

“Kami selalu rawat sehingga mangrove tumbuh dengan bagus dan sampai sekarang saya juga rawat agar bisa bertumbuh dengan baik,” ungkapnya.

 

Sempat Dicemooh

Mangrove di Terang, Desa Golo Sepang rata-rata sudah tumbuh besar dan lebat. Tak heran, kapal pengangkut penumpang bisa berlayar melintasi celah-celah di antara hutan mangrove.

Haji Hamsah mengatakan, awal tanam mangrove, banyak cemoohan dari masyarakat. Dia dicap menjual tanah pemerintah kepada orang lain dan sempat dilaporkan ke bupati.

“Pak Bupati malah memarahi masyarakat. Beliau katakan apa yang saya perbuat demi menyelamatkan lingkungan dan kehidupan banyak orang,” kenangnya.

baca juga : Alih-alih Menanam, Hutan Mangrove di Batam Malah Ditimbun buat Perumahan

 

H.Muhammad Hamsah, pelopor penanaman mangrove di Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, dan beberapa wilayah lainnya di Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Hamsah meyakini hutan adalah sumber segala kehidupan. Untuk itu beliau tetap tetap bangga dan terus menaman serta merawat mangrove.

Ia beralasan mangrove bisa bermanfaat  banyak bagi masyarakat apalagi memberikan pendapatan bagi nelayan penangkap kepiting dan ikan.

“Dulu saya bagi anakan bakau ke masyarakat sebanyak 3 ribu anakan untuk ditanam namun hanya ditanam 30 anakan saja,” ucapnya.

Hamsah mendapat sertifikat nasional dari BPSPL Denpasar Bali serta sering ikut pelatihan. Penghargaan yang diterimanya,dua kali juara pertama tingkat kabupaten dari bupati serta  dari Kapolres Manggarai Barat.

“Saya sudah menjadi tutor dan fasih menjelaskan mengenai fungsi mangrove, budidaya dan hutan mangrove sumber kehidupan,” ungkapnya.

Selain menanam 290 ha di Terang, Hamsah juga menanam mangrove seluas 50 hektar di Lembor dan Nanganae serta 100 hektar lebih di Labuan Bajo.

Dirinya setiap hari ke kebun dan menaman jati super. Pohonnya sudah besar dan memasuki masa panen. Ada ribuan pohon dan pembeli sudah menawarkan Rp2 juta per pohon namun dia belum mau menjualnya.

“Kebun saya ada 8 hektar. Jati super 3 hektar, hutan lamatoro 4 hektar dan mahoni sekitar satu hektar. Jati supernya akan dijadikan kebun benih juga, karena kata orang dari Dinas Kehutanan, kebun saya yang terbesar di NTT,” ucapnya.

baca juga : Mangrove di Aceh Rusak, Siapa yang Peduli?

 

Pengemudi kapal nelayan sedang menuntun kapalnya melewati celah-celah hutan mangrove menuju ke daratan di Lekeng, Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Mengalami Kerusakan

Desa Golo Sepang merupakan wilayah pesisir dengan ketinggian wilayah kurang dari 100 mdpl. Luas desa mencapai 57,88 Km² atau 19,05% dari luas kecamatan. Sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan peternak.

Hasil penelitian M. Hidayatullah dan Eko Pujiono menyebutkan, kondisi hutan mangrove secara umum masih bagus seperti di wilayah Sotri, Lekeng, Nampar serta Muara sebelah kiri.

Sedangkan pada lokasi Muara sebelah kanan kondisinya agak terganggu karena banyak terdapat bekas tebangan. Sementara itu pada bagian yang agak tengah memperlihatkan tegakan mangrove hasil rehabilitasi tahun 2004 yang tumbuh subur.

Hasil analisis vegetasi mangrove diketahui bahwa pada hutan mangrove di desa Golo Sepang ditemukan sebanyak 10 jenis dari 5 famili. Sebanyak 9 dari 10 jenis tersebut termasuk dalam mangrove sejati sedangkan 1 jenis (Derris trifoliata Lour.) termasuk dalam mangrove asosiasi.

Sebagaimana pada umumnya hutan mangrove di Indonesia, komposisi jenis mangrove di desa ini didominasi oleh family Rhizophoraceae. Hal ini diduga karena kondisi lingkungannya mendukung penyebaran dan pertumbuhan dari famili ini sehingga proses adaptasi berjalan dengan baik.

Kerapatan tingkat pohon menentukan tingkat kerusakan hutan mangrove seperti terlihat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Dikatakan, jumlah pohon > 1.500 masuk kriteria baik, 1.000 – 1.500 rusak sedang dan < 1.000 rusak berat. Secara umum kawasan hutan mangrove di desa ini dapat dikategorikan sebagai kawasan hutan yang sudah rusak.

Lokasi di Sotri merupakan satu-satunya lokasi yang masuk dalam kategori baik, sementara yang lainya dalam kriteria rusak berat. Tingginya aktifitas masyarakat dalam kawasan seperti pengambilan kayu untuk keperluan bahan bangunan, bahan pembuatan kapal maupun untuk kayu bakar diduga menjadi penyebab kerusakan habitat mangrove.

Selain itu, konversi lahan menjadi area budidaya tambak sangat mudah dijumpai di lokasi ini.

“Siapa yang tanam pohon bisa berhasil karena bisa berguna bagi orang banyak. Usia saya 70 tahun tapi masih sehat. Orang-orang tanya kenapa masih sehat, saya bilang karena menanam pohon membuat saya berumur panjang,” tutur Hamsah.

 

Exit mobile version