Mongabay.co.id

Tapir Luka-luka Terjebak di Sungai Batu Busuk, Ini Foto dan Videonya

 

 

 

 

Arus sungai Desa Batu Busuk, cukup deras. Seekor tapir (Tapirus indicus) tampak terjebak dan berusaha berenang di sungai dekat permukiman warga di Desa Batu Busuk, Kelurahan Lambuang Bukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, 17 Februari lalu.

Tapir  diperkirakan usia tiga tahun itu pertamakali ditemukan warga yang hendak mencari ikan sekitar pukul 16.30 WIB. Dia melihat hewan besar warna hitam putih seperti berenang melawan arus. Tapir diduga sedang sakit.

Dari bagian tubuh terdapat luka lecet dan bekas cakaran. Salah satu tungkai kaki terlihat seperti patah. Warga menduga, hewan dilindungi ini baru terlepas dari kejaran satwa pemangsa.

 

 

Binatang sekitar 100 kilogram ini sontak jadi tontonan warga, beberapa mendokumentasikan melalui telepon seluler.

Awalnya, tapir terlihat biasa dengan keberadaan manusia di sekitarnya, lama-kelamaan mulai tak tenang dan berusaha menjauh. Ia perlahan berjalan gontai hingga ke tengah sungai dan hampir tenggelam.

Melihat kejadian ini, beberapa warga berinisiatif menarik tapir ke tepi agar tak tenggelam dan hanyut. Dengan tali tambang untuk menarik ternak, warga mengalungkan tali ke leher tapir dan menarik hingga tepi.

Atas laporan masyarakat, Tim dari Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA Sumbar tiba sekitar pukul 18.30 WIB. Saat itu, tim belum bisa evakuasi karena kaki tapir diduga patah. Tim memutuskan untuk membiusnya tetapi menunggu dokter hewan datang.

Sekitar pukul 23.00 WIB, tapir  dibius dan evakuasi ke Tempat Transit Satwa (TTS) BKSDA Sumbar di Padang untuk penanganan medis. Esoknya satwa ini dibawa ke balai kesehatan hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Warga mengerumini tapir yang berada di tepi sungai di Desa Batu Busuk. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Pertama kali

Kemunculan tapir di Batu Busuk kali pertama. Sebelumnya, desa yang berhubungan langsung dengan Suaka Margasatwa Barisan ini pernah beberapa kali kemunculan harimau. Terakhir 2018, harimau memakan ternak warga.

Wilson Novario, peneliti satwa Universitas Andalas, mengatakan, ada berbagai perubahan kondisi habitat, baik penurunan kualitas (degradasi), penyempitan dan luasan berkurang (fragmentasi dan deforestasi), jadi masalah bagi tapir.

Sebaran tapir di Sumatera, ada di berbagai provinsi pulau itu. Tahun-tahun terakhir ini, kabar tapir teramati di luar hutan mulai sering terjadi. Pada 2021, tercatat ada pertemuan tapir di luar habitat di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung. Terbaru, di Batu Busuk pada 2022.

“Batu Busuk bagian hulu merupakan hutan lindung dan berhubungan langsung dengan SM Barisan. Tentu potensial sebagai habitat tapir.”

 

Tapir yang ditemukan terjebak di arus sungai di Desa Batu Busuk. Foto: Vibolia/ Mongabay Indonesia

 

Ada perkebunan, katanya, bisa jadi daya tarik satwa herbivora karena menyediakan berbagai jenis dedaunan tetapi itu sekaligus memicu awal konflik.

Dia mengatakan, satwa keluar habitat terutama bukan pemangsa bisa diamati dari jarak jauh. Kalau tak ada tanda cidera parah, katanya, bisa langsung giring ke habitatnya.

“Jika ada luka dan cedera kecil, secara alami satwa punya mekanisme mengatasi. Tidak mesti ketika ada satwa keluar dari habitat dievakuasi.”

Terkadang, katanya, satwa alami dehidrasi dan stres ringan, yang bisa sembuh dengan sendirinya. Kalau kondisi parah, baru perlu pertimbangkan evakuasi dan rehabilitasi.

 

Proses evakuasi tapir di Desa Batu Busuk. Foto” Vibolia/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version