Mongabay.co.id

Pusat Kebudayaan Bali Baru di Kawasan Rawan Bencana

 

Beton tebal setinggi tiga kali tubuh manusia dan selebar mobil sudah terbangun di sepanjang sungai Tukad Unda yang jadi kawasan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) baru. PKB akan dibangun di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung, abrasi, dan tsunami.

Barisan beton yang mengelilingi sungai itu sudah nampak hampir selesai. Fungsinya sebagai batas sempadan sungai. Karena Tukad Unda adalah jalur lahar erupsi gunung tertinggi di Bali itu. Termasuk saat erupsi terakhir 2018 lalu. Material batu, pasir, dan lumpur meluber sampai pinggiran sungai dan bermuara di pantai pesisir Kabupaten Klungkung.

Puluhan kendaraan alat berat dan truk pengangkut material parkir rapi pada 12 Januari 2021 lalu. Menyambut para pejabat dan Gubernur Bali Wayan Koster yang akan meletakkan batu pertama pembangunan aneka fasilitas di PKB termasuk hotel, apartemen, dan marina.

Gambar dan peta rencana pembangunan dipasang sebagai papan penyambut tamu yang memenuhi tenda di areal lapang lokasi pembangunan. Seremonial untuk meresmikan dimulainya pembangunan kawasan PKB ini berlangsung meriah dan mewah di tengah lapangan berdebu karena material bangunan.

baca : Pengungsi Menambang Material Erupsi Gunung Agung

 

Dinding beton pembatas sungai Tukad Unda di Kabupaten Klungkung, Bali, yang merupakan jalur lahar erupsi Gunung Agung. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung, kawasan PKB ini termasuk KRB 1. Dalam peta diwarnai kuning dengan radius 12 km dari Gunung Agung, berpotensi terlanda aliran lahar/banjir. Selain itu, kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan longsoran/reruntuhan tebing.

Sementara KRB II, radiusnya 9 km, berpotensi sedang kena awan panas, aliran lava, dan aliran lahar. Berikutnya KRB III, radius sampai 6 km, termasuk zona merah, artinya berpotensi tinggi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, dan gas berbahaya.

Gubernur Wayan Koster dalam pidatonya mengatakan pada 2020-2021 lahan yang sudah dibebaskan 150 ha. Dalam proses pembebasan saat ini sekitar 60 ha. Keseluruhan kontrak adalah kontrak tahun jamak yang sudah ditandatangani bersama penyedia jasa yang menang, melalui proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan Pagu Anggaran Tahun 2021/2022 yang bersumber dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Dari alokasi pagu anggaran digunakan untuk kegiatan pematangan lahan sebesar Rp535,6 Miliar, dan telah terkontrak Rp426,2 Miliar. Sisa pagu anggaran sebesar Rp109,4 Miliar. Sisa pagu anggaran ini digunakan untuk pematangan lahan pada tahap selanjutnya.

baca  juga : Sistem Peringatan Dini Siaga Bencana Gunung Agung Belum Bagus. Kenapa?

 

Jalur pondasi sempadan sungai Tukad Unda yang yang meruppakan jalur lahar Gunung Agung yang menjadi lokasi kawasan PKB baru di Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Pembangunan PKB adalah salah satu program prioritasnya. Menurutnya, Art Center saat ini di Kota Denpasar sudah tidak memadai karena kapasitasnya kecil, sementara konten seni yang dilibatkan dalam Pesta Kesenian Bali makin banyak dan kurang akses parkir.

Berbeda dengan Art Center Denpasar yang hanya berupa area pertunjukan dan diskusi, rancangan PKB baru di Klungkung ini lebih mirip resor wisata. Fasilitas yang dibuat adalah taman rekreasi, danau buatan, panggung terbuka, museum, apartemen, hotel, dan marina.

Pilihan lokasi PKB ini direncanakan pada 2017, saat Koster belum jadi Gubernur. Ia mengaku sudah tertarik membangun PKB di kawasan eks Galian C (penambangan pasir, batu kerikil) dan berkoordinasi dengan Bupati Klungkung untuk memanfaatkan 104 ha tanah negara dan lahan sitaan di kawasan ini. Namun lahan yang diperlukan lebih dari 3 kali lipatnya yakni 334 ha.

Selain danau buatan, juga akan dibuat sungai buatan dari limpasan sungai Tukad Unda sehingga bisa menjadi wisata air. Sumber air ini juga akan dimanfaatkan oleh hotel, restoran, dan lainnya di PKB.

PKB ditargetkan selesai 2024 dengan perkiraan kebutuhan dana Rp1 triliun. Selain areal rawan bencana, Koster juga menyebut areal ini ada arwah-arwah korban erupsi dan dampak peristiwa G30S. Ia berjanji akan membuatkan upacara penyucian.

baca juga : Mengenal Potensi dan Belajar Mitigasi Bencana di Kaki Gunung Agung. Bagaimana itu?

 

Gambar desain kawasan Pusat Kesenian Bali (PKB) baru di kawasan rawan bencana di Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Menakar Kerugian Investasi

IGB Eddy Sucipta, ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang beberapa kali membuat modeling simulasi evakuasi untuk warga di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung memberi sejumlah catatan di lokasi pembangunan PKB baru itu.

Pertama, pembangunan mengacu tata ruang, jika sudah diizinkan maka yang perlu diperhitungkan mitigasinya. Misalnya apakah sudah diestimasikan kerugiannya jika terjadi erupsi dan luberan lahar di lokasi yang akan padat bangunan dan aktivitas manusia. Saat ini sudah bisa diperhitungkan waktu evakuasi jika ada erupsi Gunung Agung lagi. Manusia bisa menghindar, namun bangunan tidak.

Jika terjadi erupsi, kecepatan material lahar sampai ke hilir bisa diperhitungkan. Jika alirannya kuat, sempadan sungai bisa jebol. Karena itu perlu menghitung biaya kerugian investasinya. “Bangunan tidak bisa mengungsi, manusia bisa. Masalahnya, kapan Gunung Agung akan erupsi lagi? Awan panas bisa jauh lebih cepat,” ingatnya saat dikonfirmasi Mongabay Indonesia.

Menurut Eddy, kawasan jalur lahar ini juga perlu diperhitungkan kekuatan materialnya karena secara geologi adalah area pengisian lahar. Perlu dicek sejauh mana material batuan ini mengeras dan bisa jadi pondasi gedung.

“Tidak gampang membangun di bekas lahar, batuannya lepas-lepas, karena itu lokasi tersebut jadi penambangan pasir. Di sisi lain, pemanfaatan lahan penting, agar tidak jadi sumber penyakit. Amdalnya harus jelas,” tambah Eddy.

baca juga : Geo Virtual Gunung Agung, Kapan Bisa Dibuka Kembali?

 

Papan tanda kawasan rawan bencana (KRB) tsunami di lokasi kawasan PKB baru di Kabupaten Klungkung, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Wayan Mardika, Kelian (pimpinan) Subak Gunaksa yang beranggotakan sekitar 236 petani dan lebih dari 129 hektar lahan sawah ini mengatakan pernah ikut sosialisasi dampak lingkungan PKB. Ia sendiri tidak keberatan namun minta kepastian tentang areal persawahan yang akan dialihfungsikan.

Saat ini sekitar 5-7 hektar sawah kelompok Subak Gunaksa yang dialihfungsikan dan sisanya masih dalam tahap pembebasan lahan. Ia berharap masih ada sawah yang lestari, dan minta pemerintah memastikan saluran irigasi untuk kebutuhan pengairan sebelum pembangunan jalan menuju PKB dikerjakan.

Untuk dampak bencana, ia menggantungkan sepenuhnya ke pemerintah untuk memastikan keamanan warga. “Kalau banjir tahunan mungkin tidak meluap, kecuali lahar erupsi,” katanya.

Sedangkan Putu Widiada, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung menyebut sudah ada tim yang merancang mitigasi dampak letusan Gunung Agung.

Ia berharap tim ini tidak hanya melakukan mitigasi di hilir saja. Juga di hulu yakni sekitar Gunung Agung agar luapan lahar tidak langsung melanda di 13 desa terdampak di Klungkung.

Saat ini sekitar lokasi PKB adalah lahan kosong, jadi ia tak begitu khawatir. Namun, jika kompleks PKB ini sudah jadi, bakal berisi aneka bangunan dan fasilitas wisata serta ribuan pengunjung. Bagaimana antisipasinya?

“Kalau ada bangunan, bisa timbul korban bangunan dan jiwa. Baru bisa memperkirakan kerugiannya,” elaknya. Ia juga tidak begitu khawatir dengan dampak erupsi karena sudah bisa diantisipasi. Misal Gunung Agung akan erupsi, dengan teknologi canggih sudah diketahui kekuatan dan berapa laharnya.

Selain KRB erupsi, area lokasi PBK dan pesisir Klungkung lain adalah kawasan rawan tsunami dan abrasi. Ia mengaku sudah membuat jalur evakuasi dan sosialisasi ke warga.

Sementara Made Krisna Dianta dari Walhi Bali juga sudah menyampaikan peringatan terkait kerawanan bencana di lokasi pembangunan PKB baru. Menurutnya pembangunan PKB ini merupakan proyek akomodasi yang dibalut kebudayaan Bali. “ (PKB) dibangun di atas rawan bencana. Jalur lahar, daerah dilintasi lempeng gempa megatrust 6 SR, dan bisa terjadi likuifaksi,” urainya dalam sebuah diskusi pada 10 Februari lalu.

 

Exit mobile version