Mongabay.co.id

Berburu Gonggong di Pesisir Pulau Penawar Rindu

 

Matahari sore itu mulai menampakan cahaya merahnya. Orang-orang lalu lalang di Pelabuhan Pancung, Kecamatan Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau, pada pertengahan Februari 2022 lalu. Pompong kayu satu mesin setiap saat silih berganti bersandar di dermaga pelabuhan, menurunkan dan mengangkut penumpang yang datang dan akan berangkat.

Ada yang berbeda dari biasanya sore itu. Terlihat sebelah kiri pelabuhan, beberapa orang tersebar di sepanjang pesisir. Tidak hanya orang dewasa, ada juga anak-anak baik perempuan ataupun laki-laki.

Tampak jelas dari pelabuhan, orang-orang itu menunduk mengamati permukaan pesisir. Langkah demi langkah, mereka menyusuri tepi laut yang masih basah setelah air surut. Sesekali mereka membungkuk mengambil sesuatu dari pesisir kemudian memasukannya ke dalam keranjang yang mereka pegang. “Mereka sedang mencari siput gonggong (Strombus canurium) ketika air laut surut,” kata Bobi Bani salah seorang warga yang berada di pelabuhan.

Belakang Padang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Kecamatan yang berbentuk pulau seluas 68 km2 tersebut berada sebelah utara Pulau Batam, berhadapan langsung dengan Singapura. Kebanyakan masyarakat di pulau ini berprofesi sebagai nelayan. Selain itu kehidupan masyarakat ditopang dari pesisir, salah satunya dengan cara mencari siput gonggong ketika air surut.

baca : Siput Gonggong yang Semakin Sulit Dicari di Teluk Kelabat

 

Warga Belakang Padang, Kota Batam, berburu siput gonggong untuk dijadikan lauk makanan. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Kekayaan Pesisir Laut

Warga di pesisir kecamatan yang sering disebut ‘Pulau Penawar Rindu’ itu mencari siput gonggong sebagai hobi untuk lauk makan sehari-hari bersama keluarga.

Yati Rosmiyati bercerita, memburu gonggong sudah dilakoninya sejak lama. Bersama kawan-kawannya, wanita 40 tahun itu terlihat terampil mencari gonggong sore itu.

Yati yang akrab dipanggil Ros mengambil gonggong dengan alat penjepit masak dan sepatu bot plastik setinggi betis. “Pakai alat ini biar tidak digigit ikan lepu (scorpionfish), kalau digigit bisa bengkak,” katanya.

Ros mengatakan, tidak ada tanda khusus untuk mencari keberadaan gonggong. Hanya perlu ketelitian mencarinya di hamparan pesisir pantai. Kawasan pesisir Belakang Padang tidak hanya terdiri dari pasir, tetapi juga terlihat terdapat rumput dan batu karang. “Kadang dia (gonggong) terdapat di bawah rumput,” kata Ros.

Hasil perburuan gonggong hari itu, katanya, tidak terlalu banyak tetapi hanya cukup untuk dijadikannya lauk. Sebelumnya Ros pernah mendapatkan gonggong dengan jumlah banyak, yang dibagikan ke tetangga, dan saudara di Kota Batam selain dikonsumsi sendiri. Ia bahkan menjualnya. “Sekarang tak banyak lagi,” kata Ros sambil menunjukan keranjang yang baru terisi seperempatnya.

baca juga : Dedi, si ‘Marco Polo’ Penakluk Badai Laut Natuna

 

Ros sedang asik mencari siput gonggong di pesisir Belakang Padang, Kota Batam. Foto : Yogi Eka Sahpura

 

Ros yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang cakue biasanya mengolah gonggong dengan direbus atau sambal tumis. Dengan mengumpulkan gonggong sebagai lauk, Ros mengatakan bisa mengurangi pengeluaran untuk masakan.

Tidak hanya gonggong, Ros dan warga lainnya juga mengambil berbagai satwa laut yang bisa dikonsumsi. “Ada juga ketam dan range, tetapi range kalau musim saja, sekarang lagi kosong,” kata warga Kampung Tengah itu.

Menurut Ros mencari gonggong ini bisa menjadi pekerjaan yang menghasilkan. Asalnya mau mengumpulkan semua gonggong yang ada. “Saya ngambil ini cuma dari ashar sampai maghrib saja,” katanya.

Di bagian lain kawasan itu terlihat juga beberapa anak kecil ikut mencari gonggong. Salah satunya Nayla. Ia datang mencari gonggong bersama ayahnya. Tidak hanya siput gonggong, Nayla juga mengumpulkan teripang, biota laut yang terkenal sebagai obat kanker dan hewan unik dari laut lainnya.

baca juga : Liputan Bau Nyale : Nyale, Cacing Laut Pembawa Kesuburan dan Cinta Lingkungan (Bagian 3)

 

Ros menunjukan siput gonggong hasil tangkapannya di pantai Belakang Padang, Kota Batam. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Camat Belakang Padang Yudi Admaji mengatakan, kekayaan laut Belakang Padang masih melimpah untuk masyarakat setempat. Mereka tinggal mencari beras untuk kebutuhan makan sehari-hari. “Sedangkan lauk bisa cari sendiri di laut, dapat beras artinya sudah aman,” kata Yudi.

Tidak hanya mencari gonggong, pada malam hari di pesisir Belakang Padang, masyarakat juga mencari udang menggunakan senter. “Kalau nanti malam, orang cari udang, pakai senter, nanti kelihatan cahaya udangnya,” kata Yudi sambil menunjuk beberapa kawasan yang memiliki banyak udang.

Tidak hanya itu, pesisir Belakang Padang memiliki tubir atau bagian yang dalam yang dekat dengan tepi laut sehingga memudahkan masyarakat untuk melaut dari pesisir. “Ada juga yang mancing ke arah tober (tubir) bagian laut yang dalam, disana banyak ikan lebam, nelayan pasang jaring ketika air hendak mau surut,” tambahnya.

 

Exit mobile version